28. Long

1.9K 229 0
                                    

Hujan terus. Malam ini benar-benar dingin, Jennie sempat merutuki sendiri dirinya kenapa memakai pakaian terbuka untuk ke minimarket di persimpangan jalan raya yang sebelum hujan tiba-tiba turun, Ia anggap lumayan dekat.

"Ck, merepotkan."

Jennie berdiri malas di ubin depan minimarket, bersama beberapa orang yang meneduh untuk menghindari baju lepek sebab terguyur hujan. Menumpukan tangan kanannya pada payung yang barusan Ia beli, tidak berniat pulang menggunakan payung itu disaat hujan deras begini.

Jennie yang awalnya memeluk diri sendiri karena kedinginan tersentak kaget, saat seorang bocah laki-laki berumur sekitar 4 tahun menarik ujung kaos warna pink yang ia kenakan. Benar-benar mendangak menatap Jennie yang jauh lebih tinggi dengan tatapan sayu, seperti mengharapkan sesuatu.

"Hai," Jennie berjongkok, menyamakan tinggi tubuhnya dengan si bocah, meneliti pakaian kemudian mengelus rambut hitam yang lepek karena kehujanan itu dengan lembut "Ada yang bisa ku bantu?"

"Aku..." wajah menggemaskan di depannya tertunduk, seakan enggan menatap balik Jennie yang tersenyum begitu teduh "Aku lapar."

•❄•

  "Lezat 'kan?"

Bocah yang tidak bicara sama sekali setelah mengatakan jika Ia lapar pada Jennie hanya mengangguk, menyeruput ramyeon yang tadi Jennie belikan dengan sangat lahap. Buatnya berkali-kali memperingatkan agar makan pelan-pelan saja, bisa-bisa lidah bocah itu melepuh karena panas nantinya.

"Jadi, boleh kita kenalan?" duduk di tangga masih di daerah minimarket, hujan juga masih turun dengan deras, menempatkan bocah itu dipangkuan, menyalurkan hangat tubuhnya "Nama ku Jennie, kamu?"

Hanya diam yang Jennie dapatkan, berusaha maklum, Jennie mengedarkan pandangan ke sekeliling, sadar akan satu hal "Kamu sendirian?"

Kali ini bocah itu mengangguk, melirik sebentar Jennie yang menatapnya dalam, kemudian fokus pada ramyeon nya lagi "Ibumu tidak mencari mu?"

Saat gelengan yang menjadi jawaban, Jennie mengerutkan alis. Serius, bocah kecil seperti ini dijalanan sendirian? Malam-malam begini?

Jennie tersenyum bangga sat lihat si bocah dengan apik membuka tutup botol air mineral, menenggaknya perlahan dengan dua tangan yang mengapit, botol itu terlalu besar untuk dua tangannya yang masih mungil. Mengangkat alis saat Ia rasa bocah ini menggapai udara didepan, berusaha turun dari pangkuan.

"Ada apa?" Jennie tanyakan itu saat si bocah kembali ke depannya setelah membuang mangkuk ramyeon dan botol plastik bekas air mineral. Lihat wajah menggemaskan itu seolah menahan dingin dengan senyum lima jari, bahkan baju kecilnya masih terlihat sangat lepek.

"Terima kasih." bocah itu membungkuk dalam dengan waktu lama, seolah benar-benar berterima kasih pada Jennie yang membelikan makan dan minum untuknya malam ini.

"Sama-sama sayang" Jennie membalas, sedikit bersyukur saat bocah itu mengatakan satu hal, Ia pikir si bocah mendadak bisu tadi.

Bocah itu berlari menjauh, buat Jennie langsung berdiri dengan teriakan memanggil "Astaga, hei!! Kembali!"

"Hei!" Jennie lelah berteriak, sedikit canggung juga saat dapati beberapa orang yang meneduh melirik ke arah dirinya. Menatap pakaian bagian depannya yang ikut basah karena memangku bocah tadi, melirih dengan sebal "Aku 'kan belum tau nama mu!"

❄•❄

"Hai, bro!"

Lalisa merangkul Hanbin, ikut menonton aktifitas yang dilakukan lelaki itu malam-malam begini. Berdiri di depan sebuah benda yang tidak bisa di sebut komputer karena memang bukan, terlihat sangat fokus "Sedang apa?"

"Buang air besar." jawaban Hanbin dibalas dengan sebuah pukulan di bahu. Bercanda saja, masa buang air besar keadaannya begini.

"Akhir-akhir ini gerimis terus ya?" mengedarkan pandangan ke sekeliling dari balkon kamar Hanbin entah bicara pada siapa. Hujan deras sudah sejak tadi berhenti, tapi rintik-rintiknya masih turun menjadi penutup.

"Aku punya sesuatu untuk mu, Oppa!"

Hanbin menghela nafas sabar, sudah senang selama beberapa menit Lalisa hanya diam saja diluar. Kemudian tiba-tiba malah masuk kembali ke kamar, menariknya dengan tergesa menuju ruang tamu. Astaga, nada-nada yang Hanbin ciptakan hampir rampung padahal.

"Memalukan."

Tidak bisa dipungkiri, walaupun menghadiahi Lalisa dengan jeweran di telinga, Ia tetap tersenyum lebar murni ikhlas untuk dirinya sendiri. Dapati sebuah hoodie berwarna navy dengan wajah mickey mouse, sebagai main character hoodie nya. Dengan satu kaleng besar pringless rasa sour cream, kesukaannya.

"Happy birthday, Hanbin Oppa! Yang terbaik untuk mu tahun ini!"

Hanbin menggeleng heran, berdecih "Kau mengigau?"

"Tidak." Lalisa duduk di sofa, tersenyum sombong saat dapati Hanbin yang memeluk hoodie pemberiannya "Bulan depan aku ke Thailand, takut-takut kalau nanti aku masih disana tepat saat kau ulang tahun. Yasudahlah tidak perlu protes! Intinya tahun ini yang mengucapkan dan memberi hadiah pertama kali aku ya, Catat itu!"

❄•❄

"Dasar sinting!"

Raesung merotasikan bola mata dapati Jennie dari setengah jam yang lalu hanya mondar-mandir, memilih action figure yang sampai sekarang masih Ia pegang-pegang saja.

"Mau mati kau ya?"

Raesung kesal akhirnya, memilih sekitar 4-5 patung-patung itu untuk di bawa ke kasir. Buat Jennie memekik keras menahan "Sabar dulu 'sih! Aku 'kan bingung mau memilih yang mana!"

"Hei, aku berdiri seperti orang tak waras hampir satu jam!" Raesung gantian mengomel, berdecak menatap tajam Jennie "Aku bukan kau. Pacarku sudah mengomel saja 'nih!"

"Putusi saja jika masih rewel! Susah sekali."

Menarik ujung rambut Jennie, buat wanita itu memekik menahan tawa "Aww, sakit bodoh!"

"Hei kalian jadi beli tidak?!" Si pemilik toko menatap geram dua kakak-adik pembuat keributan dari hampir satu jam yang lalu ditokonya "Kalau tidak jadi, pergi sana!"

"Iya, iya jadi, he he"

"Kalau memang niat jualan itu harus sabar Paman, nanti kalau marah-marah seperti ini pembelinya malah jadi takut."

Dan akhirnya Raesung berhasil kena timpuk sandal dari Jennie dan delikan tajam dari si pemilik toko karena kalimatnya barusan.

•❄•

If You | Jenbin [√]Where stories live. Discover now