17. Stuck

2.6K 280 5
                                    

"Jennie sakit tuh."

Hanbin mengemut permen batangnya dengan satu alis terangkat "Peduliku apa."

Jaewon melirik malas, angkat dua bahunya sinis "Hanya memberitahu, dia menelfon ku tadi."

"Jennie itu siapa 'sih?" Junhoe sibuk menyisir rambut hitamnya, siap pergi kencan dengan gadis bernama Roséanne Park.

"Ishh,.. ketinggalan berita." cibir Jaewon sangsi.

"Diam-diam begini, hyeong cemburu ya sama bangsat seperti dia?" ucap Junhoe menunjuk Jaewon dengan ekspresi datar, dibalas tendangan keras di bokong pria bermarga Koo itu.

"Sialan bocah tengil!"

Junhoe menyemprotkan rakus minyak wangi milik Hanbin ke tubuhnya. Jaewon jadi mendelik dengan tangan mengibas wajahnya "Kena wajahku, bodoh!"

"Sudah ya aku mau jemput bidadari dulu, kalian jangan homo ku tinggal berdua di sini!"

Sebelum keluar pintu, Junhoe mengibaskan jaket denim ke wajah Jaewon buat laki-laki itu mengejar sampai keluar rumah Kim Hanbin.

"Ku sumpahi agar putus dengan kekasih mu itu keparat!!"

Hanbin diam saja ketika Ibunya berteriak memarahi Junhoe, pekikan tak menyenangkan dari Lalisa, amukan Jaewon yang terlihat sangat murka, dan gelak tawa milik Junhoe yang terdengar hampir ke seluruh sudut rumah.

Mengetik pesan lalu dengan nafas kesal terhembus saat pesan itu telah terkirim dengan nama Jennie Kim, sebagai si penerima.

Kim Hanbin

Diam disana, aku jemput 10 menit lagi.

  ❄•❄


Jennie Kim pasrah dipaksa masuk ke dalam mobil, menyandarkan kepalanya ke jendela disamping, tatap lesu jalan raya yang lenggang akibat hujan deras padahal hari sedang sangat terik. Menggosok kasar hidungnya yang keluar hingus, bertanya dengan suara serak "Jika nanti upah ku dipotong karena izin bagaimana?"

Hanbin melirik kecil, kasihan pada gadis yang wajahnya berubah pucat itu "Sehat tidak bisa dibeli dengan uang."

"Untuk orang berduit sepertimu 'sih bilang begitu mudah saja."

Kim Hanbin berbelok masuk kedalam kawasan parkir apotek buat Jennie menengak ketika pria itu turun dari mobil diguyur hujan.

"Dasar keras kepala."

Jennie membuka random aplikasi di ponsel, bosan menunggu Hanbin yang tidak kunjung kembali. Satu panggilan dengan nomor tanpa nama berhasil muncul di layar, menggesernya ke tombol hijau, menempelkan benda hitam pipih itu ke telinganya.

"Keluar dari mobil itu sekarang."

Belum sempat Jennie mengatakan 'Halo', satu kalimat dengan nada mengancam terdengar tidak jelas karena terhalau hujan amat deras, memastikan jika sambungan telfon nya masih tersambung "Apa aku mengenalmu? Apa maksudnya?"

"Tetap tidak ingin keluar, ya?"

Jennie tambah kebingungan, menoleh ke jendela belakang. Tetap saja Ia tak temukan apapun, hanya ada guyuran air hujan yang menimpa seluruh atap mobil "Tidak lucu menakut-nakuti seperti itu!"

"Astaga!" pekik Jennie tersentak pasti saat tubuh seseorang terlempar hingga membentur pintu mobil sebelah kemudi. Jennie merangsek keluar, berjalan ke sisi sebelah lain dengan pandangan kabur, tetesan hujan terasa seperti jarum yang menimpa kepalanya.

Di aspal parkiran, tergeletak tubuh seorang laki-laki yang darahnya bahkan tercampur dengan genangan air tepat di samping ban mobil. Dan berdiri disana Kim Hanbin, dengan tubuh tercetak jelas dari kaus tipis warna putihnya, dengan rambut lepek menginjak dada laki-laki yang tergeletak di bawah, menarik nafas rakus dengan satu kepalan kuat berhasil mendarat diwajah tertutup masker hitam itu jika saja Jennie tidak berteriak dengan lantang.

"Hanbin!!!" merasakan tubuhnya membentur aspal, pandangan Jennie jadi sangat gelap setelahnya.

•❄•

If You | Jenbin [√]Where stories live. Discover now