24. Everything!

2K 235 14
                                    

Menghela nafas lega saat yang tersisa diatas meja hanya tinggal satu map berwarna kuning terang. Merambet benda itu kemudian dibuka lembar perlembar kertas yang terdapat di dalamnya. Membaca satu persatu lembar dengan teliti dan senyum sukar, sekitar dua menit sampai ia benar-benar memberi cap berwarna merah dan berbentuk kontak dengan tulisan besar di tengahnya.

Menempatkan kembali map kuning itu ke tumpukan map lainnya dibagian teratas. Merenggangkan otot yang seperti mati rasa ditambah senyum ringan, menatap Sekertaris dengan nametag disebelah kanan baju bertuliskan  Margetta Bill dengan alis terangkat. Wanita blaster Inggris-Korea yang berdiri ditambah senyum formal pada Kim Hanbin, bertanya apa ada sesuatu yang Hanbin butuhkan untuk Ia kerjakan.

Hanbin menggeleng, bangun dari duduknya kemudian berjalan kearah jendela. Tatap langit Korea Selatan yang masih saja mendung tapi tak kunjung turun hujan sejak pagi. Melelahkan memang, tapi Hanbin senang diberi kehormatan untuk memimpin perusahaan, dan yap! ini adalah hari terakhirnya menjadi CEO sementara. Lega saat mengetahui bahwa beberapa petinggi yang puas pada hasil kerja kerasnya selama sebulan kebelakang ini.

Berbalik dengan kedua lengan masuk disaku trousers, mengangkat bahu bersiap meninggalkan ruangannya "Terima kasih."

Perempuan yang kerap di sapa Bill itu mengangguk, membungkuk sopan pada Hanbin "Sama-sama Sajang-nim, terima kasih juga sudah percaya pada saya."

Hanbin balas mengangguk, jangan berharap lebih dari hubungan mereka yang hanya sekedar atasan-bawahan. Untuk mengobrol jika bukan perihal pekerjaan saja rasanya jarang sekali. Memang awalnya Bill menaruh hati pada Hanbin, tapi hanya rasa kagum, bukan ingin memiliki apalagi terobsesi. Dan Bill sadar diri saat beberapa minggu terakhir Ia sadar di meja Kim Hanbin ada foto seorang perempuan yang tersenyum kearah kamera, perempuan cantik dan kelihatannya orang baik. Yang mungkin saja sangat di cintai oleh boss Kim, pikirnya

"Dan saat kau merapihkan semua berkas yang ada di meja, jangan sentuh foto itu, biarkan saja tetap disitu." Hanbin menunjuk sebuah foto dengan figura berwarna hitam dan putih, foto Jennie Kim yang ia ambil saat mereka berdua sedang di café beberapa waktu lalu "Dan map yang berwarna kuning, pisahkan dulu sementara ini."

Bill lagi-lagi menangguk dengan kalimat 'mengerti, Pak' sebagai respon.

Hanbin berhenti membuka pintu saat terdengar sebuah kalimat, "Anda tetap akan bekerja disini lagi, 'kan?"

Menoleh, Ia mengangkat bahu acuh "Jangan berharap apapun padaku," tersenyum culas saat kalimat Hanbin dengan nada sarkas terlontar "Karena jika kau jatuh sendirian, aku tidak mau ambil resiko."

Menutup pintu meninggalkan wanita dengan wajah dominan Korea yang tersenyum getir di dalam ruangannya. Bill menghela nafas, melirih seolah menjadi wanita paling tak bahagia sekali lagi "Aku berdo'a semoga, perempuan yang kau cintai itu tidak akan pernah menyakitimu, Hanbin." menatap foto Jennie Kim dengan sebuah senyum samar.

❄•❄

"Mau kemana kau?"

Jennie tatap sinis Raesung, bertanya kenapa bocah itu semakin lama semakin ingin tau urusannya saja. Awal-awal Raesung benar-benar mencecar Jennie dengan pertanyaan yang sama berulang, tapi karena di pukuli dengan apapun yang tertangkap oleh mata Jennie, Raesung akhirnya bungkam.

"Aku sudah di depan! Rumah mu yang mana 'sih? Ku tebak pasti yang pagarnya warna merah kan? Eh bukan-bukan pasti yang warna putih! Iya kan?"

Jennie merotasikan bola mata saat suara itu melengking di sambungan telepon yang baru saja terhubung. Berdecak heran setelah sebelumnya membuka pagar lalu menemukan Lalisa yang menyender pada pintu mobil berjarak enam rumah dari pagar rumah Jennie yang berwarna hitam.

"Aku di sebelah kananmu."

"Hah, dimana? Kok aku tidak lihat!" Lalisa menoleh berputar, buat lagi-lagi Jennie gemas karena kepala gadis itu tertuju kearah yang salah.

"Kau di sekolahkan oleh orang tua mu, tidak sih?"

Lalisa membulatkan bola mata dengan tangan berada di depan dada, seolah terkena serangan jantung mendadak "Seperti Hanbin Oppa sekali mulutnya."

Hela nafas lega saat lihat Jennie yang berdiri sekitar 20 meter dari tempat mobilnya terparkir, melambaikan tangan menyuruh si wanita Kim segera datang menghampirinya.

"Jadi kapan si Dongi-Dongi mu itu ulang tahun?" Jennie duduk nyaman di dalam sedan hitam milik Lalisa, memasang sabuk pengaman demi keselamatan nyawa, "Besok?"

Lalisa mengangkat alis tak paham "Ulang tahun siapa?"

"Lho, kamu minta ditemani beli hadiah 'kan?"

Lalisa mengangguk pelan dengan alis menyerit, menutup habis kaca mobil saat mulai melaju. Buat Jennie ikut kebingungan "Lalu kalau bukan ulang tahun untuk apa? Kalian anniversary?"

Lalisa tertawa geli, baru sadar maksud pertanyaan Jennie barusan "Oh. Bukan, bukan" menggonta-ganti saluran radio lalu berhenti saat temukan satu saluran yang menyetel lagu milik ex-2ne1 CL 'Hello Bithces'.

"Bagiku, setiap hari dengannya selalu istimewa, jadi kami tidak pernah merayakan apapun."

"Oh iya, mau ikut rayakan ulang tahun Hanbin Oppa?"

Jika tidak ditawari pun, Jennie pasti tetap akan datang "Tanggal 22 Oktober 'kan?"

Lalisa sekali lagi mengangguk, entah mengiyakan pertanyaan Jennie atau mengikuti irama lagu yang seolah menyuruh pendengarnya untuk jingkrak-jingkrak.

"Hanbin sedang suka apa 'sih akhir-akhir ini?"

"Entah, tapi kemarin lusa saat aku masuk kamarnya di etalase paling atas dekat pintu kamar mandi ada action figure anime sekitar 12 atau 15 buah ya? ya pokoknya jumlahnya segitu. Mungkin dia sedang suka patung-patung seperti itu."

Jennie mengulum bibir mengerti, untuk urusan begini dia tau siapa yang harus diandalkan.

"YEAH!! I LOVE THIS GUY!!"

Teriak Lalisa menghentakkan kepala kedepan dan kebelakang saat chorus dinyanyikan, lalu Jennie yang mulai merapalkan do'a agar Ia selamat dari potensi kecelakaan lalu lintas dengan Lalisa yang menggila sebagai penyebabnya.

•❄•

If You | Jenbin [√]Where stories live. Discover now