3. Lullaby

3.2K 404 11
                                    

"Astaga,.."

Laki-laki itu, yang Jennie hindari selama hampir 2 tahun belakangan. Menatapnya tepat dengan menyunggingkan sebuah senyum yang Jennie yakini bukan niat baik.

Berlari secepat yang ia bisa, demi apapun Jennie bersumpah tidak ingin mendengar paksaan dari laki-laki itu lagi. Menerobos gerombolan orang maupun sepasang kekasih yang sedang ber-romantis ria di bahu jalan, peduli setan dengan delikan orang-orang itu, yang Jennie inginkan hanya pergi dari tempat ini secepat dia bisa.

Acara lari-larian seperti adegan di-film action itu akhirnya berhenti, tak kala tubuhnya menabrak tubuh seseorang, tepat dalam dekapan tubuh laki-laki.

Jennie meronta, mencoba melepaskan dekapan erat itu dengan segala kemungkinan yang mulai masuk kedalam otaknya "Hei lepaskan!!"

Hangat semakin Jennie rasa, pria itu berusaha menenggelamkan wajah cantik si gadis ke depan dada bidangnya "Diam dulu."

Entah kenapa Jennie menurut, mulai merasa tenang sebab suara intonasi perintah itu terdengar rendah sekali.

Hingga perlahan tubuh mereka dijauhkan hati-hati, Jennie tatap wajah laki-laki yang masih memindai sekitarnya. Memang terlihat tenang saja tapi dari gerak mata, Jennie tau laki-laki itu menghindari seseorang.

"Bisa lepaskan tanganmu tidak?" sindirnya ketus, masih sakit hati pada Kim Hanbin—pelaku yang beberapa menit lalu memeluk tubuhnya.

Hanbin menegak kaget, tatap mata Jennie dengan gemetar, mencondongkan wajahnya supaya lebih dekat, sapu pipi lembut si gadis dengan nafas sama memburu "Bantu aku."

Jennie menyerit, tatap bibir penuh Kim Hanbin yang ada persis didepan matanya "Kenapa harus?"

"Pokoknya bantu saja! Nanti kalau ada perempuan yang menghampiri, bilang padanya kau tunanganku."

Hanbin gagal tarik Jennie yang sengaja menahan diri untuk tidak ikut melangkah, paksa lengannya agar dilepas dulu, silang tangan angkuh kedepan dada, Jennie punya satu rencana hebat.

"Wow.. wow.. pelan-pelan." senyumnya tertahan, berniat mempermainkan Kim Hanbin yang harap-harap cemas ditempatnya berdiri "Omong-omong aku dapat imbalan tidak nih kalau membantumu? Asal ingat saja ya, tadi kau yang memelukku tanpa izin."

"Aku antar pulang," belum dapat anggukan Jennie, pria itu menggeram kesal "Sampai rumahmu."

Jennie meringis sinis, tatap Hanbin yang balik terlihat menyedihkan dimatanya "Kau bercanda ya?"

"Aku turuti kemauan mu deh seharian." kalimat itu terpaksa meluncur, entah akan Hanbin sesali setelahnya atau tidak.

Jackpot! Berjalan angkuh setelah menautkan jari lentiknya pada jari Hanbin, ada senyum menang yang hadir diantara mereka "Sepakat!"

Kim Hanbin mengeratkan tautan jari, memberi isyarat bahwa perempuan dengan tatapan tajam didepan sana adalah target mereka. Dibuat sengaja tubuhnya merapat pada tubuh Hanbin, wangi lemon sisilia da. anggur langsung menyeruak masuk kedalam hidungnya.

Selain penggila kafein, gadis Kim itu juga penggila parfum. Tentu saja, Jennie tau brand parfum apa yang Kim Hanbin kenakan, salah satu koleksi dengan harga fantastis milik Annick Goutal, Eau d'Hadrien. Sudah jatuh cinta pada harta, Jennie Kim juga candu pada tubuh Kim Hanbin, sepertinya.

"Iya, iya. Aku tau kok harus bagaimana."

Jennie pasang senyum semanis mungkin, berbanding terbalik dengan Hanbin yang mendatarkan tatapan. Bergandengan layaknya sepasang kekasih, melewati jalan yang tak kunjung sepi, masih diramaikan pasangan-pasangan yang seakan dimabuk asmara.

"KIM HANBIN!"

Teriakan itu cukup buat terkejut Jennie dan orang disekitar. Hanbin mendengus kasar, berharap acting Jennie nanti tidak seburuk apa yang Ia takutkan.

Pemilik suara tadi menghampiri keduanya, memelototi tautan jari mereka yang belum saling melepaskan.

"Jauhkan tubuhmu dari kekasih ku!" bentak kasar wanita itu, berusaha tarik Jennie untuk menjauh dari Hanbin, tautan jari mereka terlepas dan Jennie menyerit dendam.

"Kekasihku katamu? Hei bangun! Jangan bermimpi terlalu tinggi." Jennie menjentikan ibu jari dan jari tengahnya bersamaan, tatap remeh perempuan itu.

"Hanbin tunanganku, jalang." culas, diam-diam juga Hanbin menarik garis bibir walau samar. Jennie yang jelas lihat senyum langka itu jadi berbangga diri.

"Setelah ini kita akan kemana?" tanyanya lembut, berusaha buat iri perempuan yang masih beku dengan tatapan tajam di depannya.

Hanbin yang meski tahan geli karena nada bicara Jennie tetap menoreh senyum kaku, mengelus surai cokelatnya lembut bersama pipi gadis itu yang dapat cubitan gemas cuma-cuma "Gangnam bagaimana? Cari minum, aku haus."

Demi Tuhan Jennie seperti di bawa menuju langit ketujuh, jantungnya kembali berdetak gila, memandang tak fokus antara mata dan bibir penuh Kim Hanbin. Jennie lepas kendali, mengecup ranum yang jadi pusat lebih atensinya itu, hanya sekilas karena Hanbin justru menegak terkejut.

Kembali memberi perhatian untuk perempuan yang beberapa detik lalu tak keduanya hiraukan, menganga tidak percaya pada apa yang barusan Jennie Kim nekat lakukan. Melambaikan tangan dengan senyum manis "Kami duluan ya? Jangan repot mengikuti jika tak ingin wajah bedahan besimu itu kupukul menggunakan high heels milikku kalau ketahuan~"

Perempuan itu mulai menggeram ditempat, ketika Jennie kembali menggandeng Hanbin agar menjauh. Senyum samar masih terukir diwajah tampannya, dibalas tawa kecil Jennie bersama deretan kata yang buat jujur jantungnya sendiri berdebar tak karuan.

"Anggap saja bibirku tadi bonus untukmu."

•❄•

If You | Jenbin [√]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें