8. Freaky boy

2.5K 307 7
                                    

btw habis benerin cerita ini keinget dulu aku pernah jadi penumpang kapal garis kerasnya Hanlice eh :v

•❄•

Gadis cantik dengan sepatu kets itu berlari kecil sesaat setelah turun dari mobilnya yang berjajar rapi digarasi. Merangkul akrab Kim Hanbin yang terlihat lelah dengan pakaian kantor, rindu bukan main saat melihat wajah tak ramah milik si laki-laki.

"Hai, sepupu! Apa kabar?"

Sapaan riang itu dibalas decakan malas. Lalisa—anak adik kandung Ayahnya, merotasikan bola mata jengah "Ayolah! Memangnya kau tidak rindu padaku?"

"Tidak."

"Omong-omong Bibi Hanna dan Paman Yu ada di rumah tidak?" Lalisa mengalihkan seluruh atensi ke rumah besar di hadapannya, pura-pura tuli akan jawaban Hanbin barusan.

"Mana aku tau." berhasil melepaskan cekikan lengan Lalisa, Hanbin melangkah lebar berusaha pergi dari gadis yang masih sibuk mengoceh itu.

"Serius tuh dia tak rindu padaku? Jahat sekali 'sih!" decak Lalisa heran.

Sambutan langsung datang saat Ia bahkan masih berada di ambang pintu masuk. Jeritan dan pelukan langsung menghantam, sedangkan Kim Hanbin sudah hilang entah kemana.

"Bibi Hanna!!!"

Kim Hanna memeluk Lalisa penuh rindu, merasa seperti anak gadisnya yang hilang kini telah pulang kembali "Bagaimana kabarmu Lalisa? Ya Tuhan, Bibi rindu sekali pada mu! Kau jajan apa saja selama di Thailand? Kenapa kau jadi kurus sekali begini?!"

Dengan senyuman lebar Lalisa menjawab "Aku ikut program diet tau! Kabarku baik sekali!!"

Hanbin yang melihat agedan di depan pintu itu bergidik ngeri, buru-buru masuk kamar tidak ingin Lalisa mengganggunya lagi.

Membaringkan tubuhnya keatas kasur, merasa lelah luar biasa setelah 6 jam mengurus berkas-berkas baru di kantor. Mengecek ponselnya yang di matikan daya, meringis saat notifikasi 54 panggilan tak terjawab dengan nomor ponsel yang sama masuk beruntun, panggilan terakhir sekitar 13 menit yang lalu.

Saat Hanbin memutuskan untuk bangun hendak mandi, ponselnya berdering tampilkan sebaris angka dengan nomor yang sama, lagi. Menggeser ke tombol hijau, pilih membisu ketika pekikan suara Jennie langsung terdengar.

"Terhubung!! Aku harus bagaimana nih??"

"Ya sudah bicara! kenapa heboh sekali sih?!"

"Kau iri ya padaku? Nada bicaramu kelihatan kesal tuh!"

"Percaya diri sekali! Lebih baik siapkan mentalmu jika dengar makiannya."

"Aku ini Jennie Kim, bukan Bae Irene! Mana berani dia memarahiku? Kalau kau yang sering dimarahi olehnya ya terima nasib! Siapa suruh kerja gak becus."

"Wah gak ingat? Pertama bertemu kau dibilang menyedihkan, girl!"

Hanbin berdeham, meredam ledakan tawa. Baru tau begini kelakuan wanita jika sedang adu mulut.

"Sambungannya masih terhubung 'kan? Mampus deh."

"Memangnya belum dia matik-"

Panggilan terputus, senyum sulas terukir saat satu pesan terkirim, tak habis pikir pada gadis bernama Jennie Kim ini.

010-xxx-xxx

Aku akan berpura-pura kau tidak dengar obrolan ku dengan Irene tadi
Aku mau tagih bayaran untuk jasaku, waktu itu kau bilang akan mengikuti kemauanku seharian 'kan? Kita ketemu di Hongdae jam 9 ya? Jangan sampai lupa!

Kim Hanbin
ya.

Melirik arloji, masih sekitar satu setengah jam lagi untuk sampai dipukul 9 malam. Memutuskan untuk mandi saja, badannya serius terasa sangat lengket.

Butuh waktu 20 menit untuk selesai mandi, Hanbin turun ke lantai bawah untuk makan malam, gunakan oversized stiped shirt, slim fit jeans, dengan sneakers, buat Lalisa yang melihat melongo di bangku-nya.

"Mau kemana?"

"Mau tau saja anak kecil."

"Umurku sudah 23 tahun, Oppa."

"Masa? Bukannya kau bocah yang masih suka mengemut permen karet dan bekasnya dibuang sembarangan?"

"Menyebalkan sekali, sial."

Hanbin tertawa kecil, tarik kursi meja makan untuk Ia duduki "Daripada mengoceh, lebih baik bantu Ibuku didapur"

Lalisa pilih opsi menyerah, menuju dapur dengan kaki menghentak lantai, merajuk ceritanya. Lima menit, gadis berponi itu datang dengan dua tangan memegang piring berisi makanan diikuti Kim Hanna dari belakang.

"Kau memang tidak berguna, Hanbin Oppa."

Hanna melerai dengan tawa ringan lihat Lalisa dan Hanbin yang akur kembali setelah terpisah 6 tahun lamanya.

"Ayah kemana?"

Tanya Hanbin saat Hanna sudah duduk dihadapannya "Pergi ke Jeju, ada peresmian perusaahan baru milik keluarga Park."

"Kenapa paman tidak bilang 'sih kalau ingin pergi ke Jeju? Aku 'kan ingin liburan juga di sana.."

Rajuk Lalisa di balas senggolan pelan di lengannya oleh Hanbin "Pamanmu kesana untuk bisnis, bukan liburan."

"Aku 'kan tidak tanya padamu."

"Aku juga 'kan sedang bicara dengan angin." ledek Hanbin dengan nada bicara mengikuti Lalisa.

Hanna merunduk dengan dahi mengerut, buat sendok Hanbin terhenti diudara "Ibu? Ada apa?"

"Bagaimana jika undang Jennie Kim untuk makan malam bersama kita saja?"

❄•❄

If You | Jenbin [√]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt