22. Fxxk it!

2.6K 279 10
                                    

Jennie memutar tubuh hadap Hanbin dengan sebelah tangan masuk kedalam saku denim jaketnya "Kenapa lagi?"

Hanbin semakin gelisah ketika Jennie berdiri mengetukan kaki malas ke aspal jalanan "Aku ingin pulang, cepat dong."

Suaranya merendah, menggenggam lengan Jennie erat "Kau percayakan padaku?"

"Hah?" ulang Jennie mengangkat alis, rapatkan jaket untuk halau dingin serasa menusuk pori-pori kulitnya.

"Aku bersumpah Demi Tuhan aku mencintaimu Jane, kumohon mengertilah,.."

Bahu pria itu dipukul pelan dengan air mata diujung pupil, siap terjun bebas membasahi pipi jika Jennie berdekip sekali, senyum getir hadir ditengah mereka "Aku mencintaimu, katamu? Lalu apa yang baru saja aku lihat?"

"Berani sumpah Jane, dia bilang akan menjauh dariku setelah dapat pelukan!"

Jennie berdiri kaku tepat kalimat Hanbin selesai, satu buliran jatuh bebas tanpa beban, tanpa berpikir bahwa Jennie benar-benar tidak ingin air matanya jatuh didepan Kim Hanbin. Hati dan logika berdebat tentang siapa yang akan Jennie pihak malam ini, keinginan hati untuk memaafkan atau logika yang menyuruh untuk pergi saja.

Jennie bersikeras, sesakit apapun yang Ia rasakan sekarang, dia tidak akan menangis, tidak di depan Kim Hanbin.

"Kau tau 'kan wanita punya komitmen cinta dan kesetiaan?"

Jennie tatap angkuh Hanbin dengan dagu terangkat, mengepalkan tangan geram "Dan aku paling benci dibohongi."

"Memangnya yang kau tau tentang kesetiaan?" tanya pendek Hanbin berhasil buat Jennie terdiam, kata-katanya tersendat di pangkal tenggorokan sebelum si Pria Kim kembali melanjutkan kalimat "Kau sendiri yang bilang jika komitmen wanita adalah cinta dan kesetiaan, tidak bisa menjawab pertanyaan sederhana ku."

Hanbin tersenyum ringan ketika mata Jennie kembali berlinang air. Sakit sebenarnya menjadi penyebab tangis wanitanya malam ini, tapi Hanbin tidak punya pilihan selain membuat Jennie berfikir dengan tidak menjunjung emosi.

"Saat waktu itu kau bilang bahwa kau juga mencintaiku, apa kau bersungguh-sungguh?"

Dengan air mata yang mulai deras turun membasahi pipi Jennie mengangguk yakin. Air mata yang Jennie teguhkan untuk tak lagi terlihat kembali muncul seolah berkata bahwa Jennie Kim, perempuan lemah yang begitu mencintai Kim Hanbin.

"Lantas kenapa kau ragu padaku?" Hanbin diam sejenak, menarik nafas kasar "Hanya karena aku berikan dekapan?"

Jennie tertawa geli ditengah derasnya air mata, sangat lucu rasanya saat Hanbin menganggap enteng perasaannya "Hanya kata mu? HANYA?!"

Sengaja meninggikan suara diakhir pertanyaannya, tatap Hanbin tak habis pikir dengan tawa masih menghiasi wajah angkuhnya "Maaf jika kau keberatan, tapi aku tipe wanita yang menolak keras terbagi atau membagi apa yang ku anggap milikku." jeda Jennie sebentar, mendesis dengan lengosan wajah "Pada siapapun."

Hanbin menengadah pada langit kosong diatas, gusar berkali-kali. Malam ini sepertinya malam terberat yang pernah Hanbin lewati, bahkan waktu pun enggan membantu mengurangi rasa canggung keduanya.

"Kau tau Jane? Sebelum bertemu dirimu, aku tidak pernah semenyedihkan ini didepan siapapun. Tidak pada Min Sara sekalipun Ahn Nera."

Hanbin merunduk untuk seseorang, hal yang tak pernah mau dia lakukan "Dulu, kupikir kesetiaan hanya omong kosong."

Hanbin menolak percaya, menganggap bahwa manusia sudah sepantasnya tak saling bergantung, ditakdirkan hanya untuk mencintai kemudian menyakiti. Tapi itu dulu, jauh sebelum Hanbin mengenal Jennie Kim. Jauh sebelum Hanbin benar-benar mengerti apa arti 'berjuang'. Jauh sebelum Hanbin menyadari bahwa Tuhan lah, penulis skenario terbaik hidupnya.

"Tapi kau bisa memilih." lirih Hanbin pelan, tatap tengah mata runcing Jennie "Pergi saja jika menurutmu aku buruk. Tapi kau boleh menetap, jika kau yakin aku pantas."

Lutut Jennie sukses mencium aspal jalan, benar-benar menangis sejadi-jadinya. Tidak perduli pada orang sekitar yang menonton ataupun bagaimana keadaan wajahnya yang pasti sangat buruk saat ini.

Dia salah meragukan Kim Hanbin. Setelah semua ini, Jennie rasa Ia tak pantas mendapat cinta laki-laki itu. Cinta yang Kim Hanbin berikan sepenuh hati hanya untuk Jennie Kim miliki. Jennie mencoba redam tangis tapi serius tak bisa, bangkit dengan tertatih dari posisi berlutut didepan kaki Hanbin yang hanya diam menatapnya.

Hanbin merentangkan tangan dengan lebar, memberi isyarat agar Jennie menyambut undangannya. Sedetik kemudian Jennie berlari masuk membalas dekapan hangat Hanbin, dekapan yang Jennie syukuri masih bisa dia rasakan ditengah dinginnya malam ini, dekapan tubuh yang semoga hanya terbuka lebar untuknya, hanya untuk dia.

"Mau coba bahagia?" tanya Hanbin  tersenyum teduh, menikmati setiap detik yang tercipta diantara hangat mereka "Bersamaku?"

❄•❄

If You | Jenbin [√]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora