14. Two Human

2.3K 274 1
                                    

"Jadi bagaimana? Lamaran kerjaku di terima tidak?"

Jennie menggigiti jari kukunya, bingung ingin diganti warna apa lagi setelah sudah coba warna merah kemarin. Raesung yang duduk di karpet tepat dibawah sofa yang Jennie duduki hanya mendengus, bosan dan menyesal menjual playstationnya. Tonton televisi yang menampilkan film dokumenter hewan dengan tidak minat.

"Belum aku tanyakan lagi, nanti kalau dia sudah kasih kabar kuberitahu kau."

Jennie mengangguk, ikut menonton film dokumenter hewan itu dengan tanpa minat pula. Tangan kanan sibuk memegang ponsel yang di tempel di telinga, tangan kiri masih sibuk terangkat di depan bibir, menggigiti kukunya pelan.

"Kabari secepatnya ya, pengeluaranku akhir-akhir ini terus membeludak." sisa kuku jarinya Ia sembur asal, mendarat tepat di pipi Raesung sesuai harapan.

Pemuda itu mendelik jengkel membalas pukul paha Jennie tanpa menoleh ke belakang.

"Iya, pasti. Sudah ya, aku harus siap-siap pulang, sudah hampir jam 10 malam."

Langsung memutuskan sambungan telepon sepihak, Jennie menggerutu sendiri pada ponselnya, menendang punggung belakang Raesung pelan "Woi bocah!"

Raesung menoleh luar biasa tahan emosi, tatap Jennie yang memandang langit-langit rumah dengan posisi telentang, buat Raesung menjambak pelan rambut si perempuan yang tergerai panjang "Aku masih memandangmu sebagai wanita, jangan sampai wajahmu ku tenggelamkan di bath-up."

"Kau ingin temani aku tidak akhir pekan?"

"Tumben sekali."

Raesung meraih snack jagung berbungkus plastik warna merah, ambil satu persatu isinya kemudian Ia kunyah dengan rakus, walaupun bosan tetap saja film itu masih mereka tonton hingga sekarang.

"Entahlah, perasaan ku kok tidak enak ya?"

"Memangnya kau ingin kemana? Aku tidak bisa lama-lama, orang penting selalu sibuk."

Jennie menyerit tanda jika dia juga kebingungan sekali "Hapjeong-dong, aku disuruh datang kesana jam 8 malam?"

"Untuk apa?"

"Kan aku bilang entahlah bodoh!"

Raesung bangkit dari duduk setelah kepalanya didorong keras oleh Jennie, geram bukan main pada wanita yang tengah tersenyum lebar menyatukan dua telapak tangan di depan dada, takut pada Raesung yang beberapa detik kedepan bisa saja memutilasi dirinya.

"Benar-benar ya kau!"

"Yasudah aku minta maaf, hehe..."

Amarahnya sedikit mereda, kembali duduk sedikit lebih jauh dari jangkauan kakak perempuannya itu, merambet kembali bungkus snack yang baru Ia buka beberapa menit lalu.

"Aku dapat bayarankan jika membantumu?"

"Ayam goreng dan soda, mau?"

"Sepakat!"

Kakak-adik ini sama-sama memegang prinsip timbal-balik. Bagi mereka berdua tidak ada usaha jika tidak membuahkan hasil, seperti dapat jackpot kesempatan bersama Kim Hanbin seharian atau bahkan ayam goreng gratis sekalipun.

•❄•

Kim Hanbin duduk di depan televisi, telinganya fokus pada berita yang disiarkan oleh reporter salah satu stasiun televisi, tapi matanya tidak berhenti memperhatikan setiap postingan di salah satu akun Insta yang jadi pengikutnya. Pandangi nanar foto yang baru sekitar 20 menit lalu di unggah si pemilik akun,

RubbyJane
Seoul, South Korea.

RubbyJaneSeoul, South Korea

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

❤ 2.934        💬5.739

RubbyJane Aku mencintai salah satu dari milyaran makhluk mu Tuhan, tidak salah kan jika aku berusaha berharap padanya? @shxxbi

Komentar di non-aktifkan.

Hanbin mendengus, sumpah? Apa 'sih yang diinginkan perempuan ini sampai men-tag akun miliknya segala?

Lalisa yang sadar perubahan wajah masam Hanbin mengangkat satu alis "Akunmu, ya?"

Hanbin membenarkan tanya Lalisa, sedangkan Donghyuk memilih diam, tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan dua orang ini. Melirik crop-tee dan celana training Lalisa disampingnya dengan senyum manis, tak ada yang berubah sejak pertemuan terakhir mereka.

"Masih betah dengan poni?"

Lalisa menyentuh poni rata diatas alis yang masih terlihat rapi, mengangguk tenang "Aku ingin coba pakai poni samping, cocok tidak ya kira-kira?"

Donghyuk gantian menggeleng, membenarkan letak rambut Lalisa yang berantakan sebab tersentuh "Tidak usah, begini lebih menggemaskan."

Lalisa tertawa ringan dengan rona di pipinya, menyender pada pundak Donghyuk, tersenyum memejamkan matanya nyaman "Aku selalu memikirkan mu setiap malam, sampai pernah dalam seminggu tertidur pulas hanya sekali saja."

Donghyuk mencium pucuk kepala gadisnya, semua kerinduannya terbayar malam ini. Kim Donghyuk tidak akan mencemaskan Lalisa yang pergi jauh darinya lagi, sebab studi akhir perempuan itu sudah hatam bulan lalu, hanya tinggal menunggu sidang kelulusan saja, berharap Lalisa akan terus ada di Korea untuk waktu yang lama "Disini saja ya? Jangan kemana-mana lagi."

Keduanya sama-sama saling menghangat, mengabaikan seseorang didepan yang menatap mereka dengan pandangan jijik.

•❄•

If You | Jenbin [√]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن