9. That Girl

2.4K 294 9
                                    

Jennie melipat dua tangan di depan dada, kesal bukan main pada Hanbin yang tiba-tiba menyeretnya paksa untuk masuk ke dalam mobil, menggerutu hampir 15 menit lamanya "Aku tak mau tau, intinya malam ini tidak terhitung kesepakatan kita."

"Cerewet!" balas Hanbin fokus pada jalan raya, sesekali menyedot boba milk teanya yang masih seperempat gelas, membiarkan diri sendiri jadi bahan makian Jennie.

Hampir 20 menit Hanbin bertahan dengan Jennie yang masih saja menggerutu, lepas safety belt saat sudah tiba di garasi rumah. Angkat alis ketika lengannya digenggam erat Jennie dengan tatapan kosong mengarah ke sebelah kanan—tepat ke pintu masuk rumah.

"Ini apa? Rumah majikanmu?" tanyanya polos tatap Hanbin yang malah terkekeh sendiri, merasa gadis ini tersedak kafein sebab terlalu sering minum kopi.

"Yang benar saja."

Hanbin keluar lebih dulu, menunggu Jennie agar menyusulnya didepan pintu. Gadis itu buru-buru turun, mengusap tengkuknya kikuk "Kenapa membawaku kesini?"

"Kau punya masalah?"

"Tapi pakaianku,.." Jennie merunduk, perhatikan penampilannya sendiri "Tidak sopan sekali jika bertemu dengan calon nenek dari anak-anakku begini?"

Jennie Kim menyesali keputusan memakai oversized sweater dan hot pants malam ini. Hanbin yang sadar itu bergidik acuh, membuka pintu rumah dengan pandangan datar "Masih punya urat malu ternyata."

Menahan lengan Hanbin kesekian kali, menggeleng pelan memohon "Antar aku pulang saja ya."

"Ah merepotkan!" Hanbin melepaskan genggaman itu, lanjut melangkah masuk kedalam rumah tak perduli.

Jennie jadi berdecak, memilih ikut masuk kedalam rumah besar bercat putih Kim Hanbin. Pulang naik bus bisa saja, tapi Jennie benar-benar tak membawa dompet saat ini. Amati lekat ruang tamu yang jika dibandingkan dengan milik rumahnya, mungkin rumah Kim Hanbin 4x lebih besar ukurannya.

"Ibu dan Lalisa masih menungguku?"

Seorang wanita paruh baya mengangguk beri jalan Hanbin untuk lewat, buat laki-laki itu melengos tanpa garis senyum. Jennie membungkuk kecil, tersenyum kaku membalas dengan berlari kecil menyusul.

"Ini benar-benar rumahmu?"

"Jangan bertanya jika kau sudah tau jawabannya."

Langkah Hanbin tertahan, hanya harus berbelok sedikit untuk sampai diruang makan, berdecak tidak sabar "Kenapa lagi 'sih?!"

"Apa tidak apa-apa?" tanya Jennie memastikan, Hanbin rotasikan bola matanya jengah, berakhir dengan dia yang menarik lengan si gadis untuk menghadap Lalisa dan Kim Hanna.

"Lama sekal-" Lalisa yang siap memaki Hanbin jadi bungkam mendadak. Melebarkan mata saat Hanbin berdiri mengandeng lengan seorang perempuan yang meringis kaku diujung meja, membungkuk sopan walau kelihatan sekali canggung.

"Ya Tuhan..." lirih Lalisa tiba-tiba, sedangkan Kim Hanna tak melepas tatapan dari Jennie yang perlahan mundur kebelakang punggung Hanbin.

"Ini Jennie Kim." sela Kim Hanbin cepat, melirik kecil Ibunya.

"Aku takut pada Ibumu, aku mau pulang.." rengek Jennie berbisik seraya menggoyangkan lengan Hanbin.

Dua detik setelahnya Kim Hanna tersenyum lebar merentangan tangan, menyambut riang Jennie dengan antusias nada suaranya "Sini duduk disampingku sayang!"

Hanbin menoleh pada sang Ibu memberi isyarat dengan senyum kecil agar Jennie segera duduk. Lalisa yang duduk disebelahnya berbisik "Kau menyogok dia dengan apa?"

Lalisa menuangkan air kegelas Hanbin, tatap lekat Jennie yang masih menunjukan senyum canggung ketika Hanna mulai bertanya-tanya "Not bad. Tapi aku belum percaya laki-laki kaku sepertimu bisa dapat yang begitu dengan cara bersih."

Bisikan Lalisa terus terdengar, direspon Hanbin yang menajamkan tatapan, berhasil buat gadis cerewet itu jadi diam.

"Jennie berapa bersaudara?"

"Aku cuma punya satu adik laki-laki."

"Jika terus bicara, kita akan makan kapan?" sindir Hanbin sinis tanpa menatap, sendokan makanan keatas piringnya sendiri.

"Maaf, Bin." Hanna tertawa, menyendokkan lauk untuk Jennie "Kau belum makan malamkan?"

Lengan itu ditahan dengan sopan, Jennie meringis kecil "Biar aku saja."

Layar ponselnya tiba-tiba menyala, menunjukan satu notifikasi pesan. Hanbin raih benda pipih itu malas, buat Jennie melirik diam-diam.

Berdecak setelah pesan itu terbaca, memasukan ponsel kesaku celana, menoleh kearah Lalisa yang menyenggol pelan lengannya, angkat dua alis meledek berhasil curi pandang pada notifikasi tadi.

Min Sara

Aku di depan rumah mu
Bisa keluar sebentar?

❄•❄

If You | Jenbin [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang