4. The lady

3.2K 375 3
                                    

Jennie bangun lebih awal pagi ini, jujur saja dia pusing karena mengalami insomnia semalam. Siapa lagi kalau bukan Kim Hanbin, penyebabnya.

Tadi malam, sesaat setelah mobil milik laki-laki itu berhenti tepat didepan pagar rumah Jennie, ia yang hendak turun malah tidak sengaja mencium pipi sebelah kanan milik Kim Hanbin dibarengi ucapan terima kasih.

Serius! Jennie bukannya sengaja, tetapi Kim Hanbin malah menahan lengannya, pipi sang gadis sudah memerah malu, sengaja membelakangi Kim Hanbin tidak ingin menatap mata dingin laki-laki itu.

Menarik nafas dalam, Jennie mulai gugup saat hangat nafas Hanbin tepat berhembus di sekitar tengkuknya yang bebas "Jangan lancang begitu, kamu harus dapat izinku dulu."

Jennie menegak, mundurkan wajahnya beberapa centi karena hidungnya yang menyentuh hidung Kim Hanbin ketika kepala menoleh. Mata hitam pria itu terus-terusan menatap bibirnya.

"Duh... mobilmu panas sekali ya."

Jennie berlagak mengibaskan wajah menggunakan jari, raih pintu mobil dengan tangan gemetar "Aku mau langsung mandi! Ah iya mandi! Terima kasih ya tumpangannya!"

Dengan tergesa Ia keluar, menutup pintu mobil dengan dorongan keras, memukul-mukul sendiri pipinya yang memanas, merutuki kebodohannya walau tidak dipungkiri Jennie menikmati setiap inchi wajah Kim Hanbin dari dekat.

Kembali pada kenyataan, gadis itu dengan malas turun dari single bed-nya, berjalan lunglai ke kamar mandi untuk sekedar gosok gigi dan membasuh muka tahan kantuk luar biasa. Tak perduli pada kamarnya yang super berantakan, Jennie berniat ke dapur saat sadar sesosok tubuh duduk disofa menghadap tv dengan analog playstation bertengger ditangan.

"Astaga Raesung!!" Jennie melirik jam dinding, masih menunjuk pukul 05:39 pagi Waktu Korea Selatan "Sejak kapan kau ada disana!"

Biasanya di hari minggu seperti sekarang ini, Raesung akan sangat amat berterima kasih jika Jennie tidak membangunkannya di bawah jam 1 siang. Karena pads malam hari, Raesung akan menghabiskan waktu menamatkan video game miliknya sampai menjelang subuh.

"Laki-laki yang mengantarmu pulang semalam siapa?"

Jennie kembali dari dapur membawa sekotak susu, mendelik disamping adiknya yang terlalu fokus menatap tv "Bukan urusanmu."

Meski tidak tau dimana letak keseruan permainan itu, Ia duduk tenang-tenang saja, menunggu ponselnya yang sedang mengisi daya dari baterai portabel.

"Nemu laki-laki seperti itu dimana? Aku tidak bodoh loh untuk tau berapa harga mobil yang dia pakai tadi malam."

Raesung Kim tidak ada di ruang tengah ketika Jennie pulang, gadis itu menyipitkan mata curiga "Kau menguntitku ya?"

"Sembarangan! Untung apa aku lakukan hal tak berguna itu." adu Jennie kesakitan ketika dengan sengaja tulang keringnya Raesung tendang sensi.

"Makanya jangan banyak tanya, intinya kau harus bantu doa semoga aku bisa dapat dia. Bayangkan aku jadi kaya raya, yang kena cipratnya memang siapa lagi kalau bukan kau?"

Raesung anggukan kepala, fokus pada game analognya, beri pujian tak langsung direspon senyum puas Jennie yang  mengambang "Kau 'sih urusan begitu mana pernah gagal."

•❄•

Seoul dihiasi langit cerah petang ini. Wajar jika cuaca sering berubah mendekati pergantian musim. Jennie Kim nikmati udara dijalan setapak dari pinggir Sungai Han, membiarkan angin menerbangkan  beberapa helai rambutnya.


"Jung Jaewon."

Menegak kaget, Jennie tatap datar laki-laki yang malam itu Ia temui. Orang yang selalu hadir dimanapun Kim Hanbin berada.

Mata runcingnya melirik sekitar, cari tau apa Jung Jaewon juga membawa Kim Hanbin bersamanya? Omong-omong soal Kim Hanbin, Jennie belim memutuskan ingin minta apa dari laki-laki itu.

"Ya."

Jaewon tersenyum lebar, pamer deretan gigi putihnya yang rapi, bertepuk tangan dengan girang "Wah,... cantik!"

Bukan senyum manis yang Jennie beri, tau diri Jaewon memujinya. Pastikan bahwa benar kali ini, Kim Hanbin tidak ada diantara mereka.

"Gadis yang waktu itu Hanbin tolak,'kan? Benar kau ternyata!"

Senyum culas berkat pujian itu memudar, diganti tatapan jelas menahan kesal "Jangan ajak aku bicara. Mulut kalian berdua benar-benar sampah."

Berjalan dengan hentakan kaki disusul Jaewon dari belakang. Menyamai langkah lebar Jennie bersama tawa ringan "Masih sakit hati soal itu?"

Jennie tak menjawab, berjalan terburu-buru tanpa arah, disampingnya Jaewon semakin terbahak-bahak "Maaf deh! Tapi jangan suka diambil hati ya, Hanbin kalau bicara kadang memang tidak pakai otak."

Kali ini gadis itu berhenti, tatap tajam Jung Jaewon yang meringis kaku satu langkah dibelakangnya "Terlanjur masuk ke hati tuh."

"Tapi kudengar kau berhasil dapat bibirnya ah semalam." balas Jaewon, satu alis terangkat ketika Jennie mengusap tengkuknya canggung.

"Hanbin cerita padamu?"

Pria Jung itu mengitari sekitar, cari bangku kosong untuk di duduki "Tidak."

"Lalu darimana kau tau?"

Jennie ikuti langkah Jaewon, pandangi  laki-laki yang tetap pasang senyum meledek itu penasaran.

"Kuberitahu saja ya, Kim Hanbin itu tak pernah punya kekasih sebelumnya. Bahkan selama hampir 9 tahun kami berteman, tidak pernah tuh kulihat dia tersenyum pada perempuan manapun. Kecuali mungkin Ibunya?"

Jennie tak jadi menyela ketika mata Jaewon menuju tepat titik matanya "Dan Ahn Nera, wanita yang kau katai jalang tadi malam sampai detik ini satu kalipun belum bisa menyentuh Hanbin. Jelas aku heran saat Nera cerita bahwa kau, Jennie Kim benar? Mencium bibir laki-laki yang Ia kejar selama lebih dari 5 tahun tepat didepan matanya."

Jaewon angkat dua ibu jarinya didepan dada "Salut 'sih! Menurutku kau yang pertama."

Satu kali lagi! Senyum Jennie mengembang bangga, soal dia akan jadi yang pertama benar-benar terwujud. Memang belum menjadi yang pertama menyangkut segala hal tentang Kim Hanbin, tapi setidaknya dia punya satu hal yang belum perempuan manapun bisa lakukan.

Bagaimana rasa manis bibir Kim Hanbin selama lima sekon.

❄•❄

If You | Jenbin [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang