12. Flower

2.3K 317 12
                                    

"Dua potong cheese cake, butter cookies, dan rainbow muffin dimeja nomor 7."

Kim Hanbin langsung berlalu, meninggalkan Jennie yang masih beku ditempat seolah tidak ada apapun yang terjadi. Raesung melirik ke belakang, ke meja yang di huni beberapa laki-laki dewasa itu, menyerit ketika Kim Hanbin yang menurunkan masker kemudian duduk disamping pria yang merunduk asik pada ponsel.

"Kok sepertinya pernah lihat ya?"

Jennie angkat alis saat Raesung tiba-tiba memandangnya "Yang waktu itu mengantarmu pulang, bukan?"

"Cih, yang benar saja." jawabnya buru-buru melengos, sibuk membuat pesanan Kim Hanbin dibantu Nancy, mengabaikan Raesung yang masih berkutat dengan otak yakin dia pernah lihat pria itu sebelumnya.

"Hei kalian tidak tau ya kalau barista yang disanakan kekasih Hanbin!"

"Yang perempuan atau laki-laki?"

"Diam Jung Jaewon sialan!"

"Ya tentu yang perempuanlah bodoh!"

"Tapi yang perempuankan ada dua?"

"Terus kau berfikir kalau Hanbin homo, begitu?"

"Yang rambutnya warna hitam ya?"

"Sial! Mana mungkin!"

"Aku kan hanya tanya, lagipula Bobby hyeong kenapa sih sepertinya dendam sekali pada ku?!"

"Aww Hanbin hyeong!! Ternyata ada yang mau juga ya dengan teplon gosong seperti mu.."

"Bukannya yang teplon gosong itu Mino hyeong ya? Kan dia hitam."

"Nah mulut mu itu Chanwoo! Minta ku gampar terus-terusan ya?"

"Apasih? Aku 'kan tidak bohong, kalau Mino hyeong hitam itu memang fakta."

"Maklum, Mino kalau mandi tidak pernah pakai sabun, jadi dakinya mengerak di tubuh,"

"Oh."

"Tapi lebih tidak menarik Bobby hyeong 'sih."

"Hei! Aku punya banyak penggemar asal kau tau, bocah!"

"Tapi aku tidak percaya tuh. Wanita mana 'sih yang mau dengan laki-laki tukang modus sana-sini seperti mu?"

"Wah? Ingin kubuang lipbalm tidak berguna mu itu ya Yunhyeong?"

Jennie menggeleng heran dengan tawa kecil hanya mendengarkan tanpa menoleh, buat Raesung menyerit bingung tatap antara Jennie dan kerumunan laki-laki itu bergantian lebih sepuluh sekon.

Pesanan selesai, tinggal mengantarkan saja ke meja nomor 7. Tapi entah kenapa, Jennie jadi gugup sendiri, berkali-kali hela lalu buang kasar nafasnya. Setelah yakin, Ia berjalan mantap dengan sebuah senyum manis.

"Wahh.. Hanbin memang tidak warasnya melebihi kita!"

Satu ucapan terdengar saat Jennie masih setengah jalan, semua mata tertuju kepadanya, tak terkecuali milik Kim Hanbin.

"Hei, hyeong! Aku tidak keberatan kok jika kau tidak mau, untukku saja."

"Ya tuhan! Kau pakai ilmu hitam ya untuk dapatkan dia?"

"Boleh tau nama mu?"

"Nanti pulang naik mobil? Atau ingin kujemput?"

"Jangan mau sama Hanbin, dia bau."

"Harga parfum Hanbin saja bisa lebih dari harga dirimu, Mino."

"Kalian ini bisa diam tidak 'sih! Tidak sadar ya wajah Hanbin sudah kecut sekali begitu?"

"Apa?" tanya Hanbin saat semua memperhatikan wajahnya, disangkal sekalipun kelihatan sekali wajahnya yang merengut kesal.

"Aku ulangi..." Jennie raih secarik kertas gemetar, senyumnya saat ini berubah kaku, sesekali mencuri pandangan ke arah Hanbin yang malah memainkan ponselnya acuh "Satu Latte yang tidak terlalu manis, tiga Macchiato, empat Ice Americano, dua potong cheese cake, butter cookies dan rainbow muffin?"

"Hei, lihat tidak? Dari tadi dia melirik ke arah Hanbin terus tau."

"Aku tinggal tunggu undangannya saja."

"Laki-laki didepan meja bar siapa 'sih? Dari tadi kok menengok ke sini terus?"

"Mungkin bingung, kenapa ada manusia dengan wajah sejelek dirimu, June."

"Sialan! Kau saja seperti orang autis, butuh kaca?"

"Lebih tampan aku daripada Hanbin. Kenapa mau 'sih sama wajah datar seperti dirinya?"

"Terserah mu saja, Bob."

Jennie meringis, menatap balik Hanbin yang diam menatapnya tanpa kedip. Kontak mata itu berlangsung lama, sampai tiba-tiba suara Jaewon mengompori " Kenapa deh kalian tidak selesai-selesai saling memandang? Kata Ibuku, jika lewat dari 9 detik berarti kalian saling mencintai loh.."

❄•❄

If You | Jenbin [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang