Kenangan Masa Kecil

98 3 0
                                    

Hari setelah Intan kembali hadir sedikit menyatukan kembali Kara dan Musda. Intan yang memang sengaja tidak diberitahu keadaan mereka saat itu kembali mengajak teman-temannya berkumpul bersama. Kali ini khusus Intan, Musda, Afkar, Kara dan Ayu. Arham terpaksa tidak ikut karena sedang ada ujian praktek di sekolahnya.

"Eh kalian semua inget gak apa yang pernah kita bilang sebelum aku pergi?" Intan memulai pembicaraan.

"Apa tuh kak?" Tanya Afkar yang diikuti tatapan tanda tanya oleh yang lain.

"Waktu kalian semua janji kalau aku pulang, kalian akan memberikan aku satu hari untuk mendengarkan cerita kalian selama aku pergi." Intan menatap satu persatu wajah teman-teman yang baru ditemukannya kembali.

Pandangan Musda dan Afkar tertuju pada Kara. Tapi Kara dengan santainya mengangguk seakan setuju dengan apa yang dikatakan Intan.

"Kamu dulu nih, biasanya kamu yang paling banyak punya cerita." Intan langsung menunjuk Kara.

"Bukan aku, tapi mereka." Tolak Kara.

"Kenapa jadi mereka, bukannya kalian?" Tanya Intan penasaran.

"Ya dengerin aja dulu kak, aku ceritanya belakangan."

Akhirnya cerita dimulai oleh Afkar. Intan dan Musda yang menjadi orang yang paling memperhatikan cerita Afkar. Sementara Kara lebih sering tertangkap Ayu sedang memperhatikannya. Kara sangat ingin tau bagaimana ekspresi yang akan ditunjukkan oleh kakaknya. Bagaimana Kara sangat ingin Ayu merasakan perasaan bersalah.

Berbeda dengan Kara, Ayu sangat ingin mendengarkan cerita dari Kara. Sangat penting baginya untuk mengetahui apa yang terjadi pada Kara selama lima tahun kepergiannya. Masih mencari tau siapa Aliya yang kini menjadi adiknya yang ia tau hanya memiliki hubungan satu ibu dengannya.

"Kalau aku dengar cerita Afkar, Nia pernah tidak ada. Tapi kenapa aku rasa mereka semua memang kehilangan kamu, tapi tidak ada yang melebihi rasa kehilangan yang dialami oleh Afkar." Intan menatap Afkar dan Kara bergantian.

"Mungkin iya, tapi tidak peduli apa itu. Alasan aku kembali ke sini memang karena aku tidak menemukan sosok yang sama persis dengan Afkar. Selama lima tahun, standar teman cowo yang aku punya memang Afkar, dan selama itu pula tidak ada yang mencapainya." Sambung Kara yang membuat Intan mengangkat satu alisnya ingin menyimpulkan sendiri maksud penyampaian Kara.

Kepergian Kara selama lima tahun tidak membuatnya buta tentang apa yang ada di hadapannya. Tidak juga ingin berbohong tentang keberadaan Rafif di sampingnya. Meski hubungannya dengan Rafif saat ini menemui ketidak jelasan.

"Jangan salah paham, tapi salah satu alasan kenapa aku mau kembali ya untuk menemukan mereka kembali. Tapi sayang, aku sudah pergi terlalu lama, sampai sepertinya sangat sulit untuk dikenali. Jadi aku jadi harus memperkenalkan diri lagi."

Kalimat Kara sebenarnya bukan ditujukan sebagai penjelasan untuk Intan. Tapi lebih untuk menyinggung Ayu.

"Oke kalau kamu pernah pergi? Jadi pasti ada banyak cerita di sana yang bisa kamu ceritakan sekarang." Pinta Intan.

Kara menarik senyum di bibir kanannya, terlihat seperti senyum senang. Namun banyak yang tersimpan dari senyum setengah itu.

"Memang banyak cerita selama lima tahun itu, tapi lebih banyak yang menyedihkan. Terlalu banyak perpisahan sampai akhirnya aku kembali dan berharap hal itu tidak akan terjadi lagi."

Intan mengangkat alisnya, Ayu menatap dengan menyipitkan sebelah matanya. Afkar dan Musda menunggu bagaimana cerita seorang Kara selama lima tahun.

"Masa SMP aku habiskan biasa saja, aku cuma punya dua orang yang dekat denganku. Amanda dan kak Anggar. Mereka benar-benar banyak membantu aku. Mereka yang membantu aku merawat Aliya adik aku, saat mama harus bolak-balik ke rumah sakit untuk pengobatan saat usia Aliya masih sembilan bulan. Beruntung ada ayah sama ibunya kak Anggar yang mau merawat aku dan Aliya. Berteman dengan kak Anggar dan Amanda yang selalu memberi semangat menjadikan aku menjadi seperti mereka. Kak Anggar dan Amanda berjanji untuk selalu sama-sama sama aku, bahkan sampai Aliya juga sangat mengenal mereka berdua sebagai kakanya." Kara menghentikan ceritanya, menarik nafas sebentar lalu menghembuskannya kembali.

"Berarti kamu dekat ya sama orang namanya Anggar itu, termasuk sama orang tuanya." Intan tersenyum penuh arti pada Kara.

"Kak Anggar selalu bilang kalau setelah dia, aku yang paling di sayang sama ayah dan ibu. Tapi sayang, semua berakhir saat satu kejadian yang merenggut ayah pergi. Hanya butuh beberapa waktu sampai ibu juga meninggal. Kak Anggar kemudian tiba-tiba menghilang, dan baru aku temukan kembali saat aku di sini."

Intan sudah menyimpulkan sendiri bagaimana hubungan Kara dan Anggar.

"Perlakuan kak Anggar sama aku tidak jarang membuataku lupa kalau hubungan adik kakakku dengannya hanya karena aku menyusu sama ibu waktu aku kecil. Aku sebenarnya tidak benar-benar hanya berdua dengan Amanda, karena ada kak Rafif yang selalu ada. Tapi mungkin seluruh hak cipta tentang kisah perpisahan sudah dipatenkan untukku, kak Rafif juga menghilang tanpa kabar. Sampai aku memutuskan lari dari Amanda, pergi saat Amanda sedang tidak masuk sekolah."

Cerita Kara diakhri begitu saja. Tanpa penjelasan bagaimana hubungannya sekarang dengan Rafif. Cerita mereka berakhir. Lalu pada akhirnya pertemuan mereka hari itu berakhir dengan adanya telfon yang meminta Kara dan Ayu segera ke rumah sakit.

"Mama dilarikan ke rumah sakit . . . ."Ucap Ayu menatap Kara.

"Mama . . . ." Kara langsung menjatuhkan air matanya dan terus menggelengkan kepalanya menolak semua pikiran negatif yang ada di kepalanya.

Afkar langsung memegang kedua bahu Kara, berusaha tetap membuat gadis itu kokoh. Yang Afkar tau, Kara sedang terkejut dan mungkin itu tidak baik untuknya.

"Kita pegi sekarang . . . ." Afkar menarik Kara.

Ayu, Amanda dan Intan mengikuti mereka berdua memasuki mobil Afkar. Dalam perjalanan Afkar terus memperhatikan Kara yang mulutnya sedang ber komat-kamit mengatakan sesuatu yang entah apa itu. Namun yang Afkar tau saat itu Kara sedang dalam keadaan cemas.

* * *

PulangWhere stories live. Discover now