Amarah

147 6 0
                                    

Setelah Kara selesai dengan janjinya, ia tidak langsung pulang. Kara memilih menghabiskan sorenya dengan jalan-jalan dan pulang menjelang sore hari. Kara melalui jalan yang pulang menuju rumahnya seperti biasa.

"Ada apa dengan Makassar hari ini, tidak biasanya jalan selonggar ini." Kara membawa mobilnya dengan kecepatan rata-rata.

Saat sedang asik membawa mobilnya, Kara dikejutkan dengan sebuah mobil yang keluar dari sebuah jalan kecil. Memaksa Kara membanting stir agar tidak menabrak mobil tersebut. Untungnya Kara dengan cepat bisa merem dan tidak menabrak apapun.

Niatnya adalah menenangkan diri, namun dalam usaha itu Kara malah diuji dengan ulah seseorang yang membuatnya hampir menabrak. Kara berdiam di dalam mobilnya mencoba menahan agar tidak marah. Semua orang pasti pernah melakukan kesalahan, hal itu harus diterima sebagai sebuah tindakan wajar.

Melihat orang yang hampir ditabraknya memundurkan mobilnya dan keluar dan mendekat, Kara juga keluar dari mobilnya. Kara dikejutkan saat wanita itu mendekat, membuat Kara ingin berteriak memaki namun didahului oleh permintaan maaf oleh wanita itu.

"Maafkan saya, karena kecerobohan saya kamu hampir saja menabrak."

"Meminta maaf memang mudah nyonya, tapi anda tidak pernah tau apa yang harus saya alami karena anda."

"Nyonya, kenapa kita tidak bertemu di tepi jurang? Kenapa kejadian ini tidak terjadi di tepi jurang sehingga saya bisa menabrak anda dan membuat anda masuk ke jurang."

"Apa ya maksud kamu?" Tanya wanita itu tidak mengerti maksud Kara mengatakan hal tersebut kepadanya.

Sebelum mereka kembali bicara, datang seseorang yang menghentikan Kara bicara.

"Bunda, ngapain di sini bun?"

Kara melihat wajah itu, wajah Ayu.

"Oh jadi benar kamu. Dan wanita ini bunda kamu?"

"Iya, ini bunda aku. Kamu kenal sama dia?"

"Bukan kenal lagi, tapi aku sangat tau bagaimana orang ini." Kara sejenak menatap wanita yang Ayu sebut sebagai bundanya.

Baru akan bicara, ponsel Kara berbunyi. Dari pembicaraan Kara, yang bisa Ayu lihat adalah perubahan wajah. Setelah menutup telfonnya, Ayu sempat bertanya namun tidak dijawab oleh Kara. Kara langsung masuk ke mobilnya tanpa mengatakan apa-apa pada Ayu.

* * *

Setelah kejadian hari Rabu, Kara tiba-tiba menghilang. Tidak ada kabar tentangnya. Bahkan di hari jumat, Kara belum kelihatan batang hidungnya.

"Afkar, kamu tau alasan Kara, tidak masuk sekolah beberapa hari ini?" Tanya Anggar di sela-sela mereka menunggu untuk persiapan bimbingan.

"Nggak kak, di kelas dia juga absen karena dia nggak ngasih kabar." Jawab Afkar sembari memainkan ponselnya.

"Emang sebelum pergi dia tidak menghubungi kamu atau Musda?" Tanya Anggar sekali lagi.

"Nggak ada kak, gue udah coba hubungi dia, nggak ada yang direspon sama dia."

Ayu yang duduk menjadi pengamat sudah tidak sabar ingin bicara.

"Di hari rabu sore aku sempat ketemu dia di jalan. Tapi setelah dia terima telfon, dia langsung pergi." Ucap Ayu.

"Dia sendirian?" Tanya Anggar pada Ayu.

Saat Ayu mengangguk, Anggar menarik nafasnya pelan. Memang selama ini, Kara tidak bersamanya lagi, tapi sampai kapanpun gadis itu tetap tanggung jawabnya. Kara adalah amanah yang dititipkan kepada Anggar untuk ia jaga.

PulangWhere stories live. Discover now