Dia di Sini . . . .

138 7 0
                                    

Aku membawa Amanda berdiri di belakangku dan aku yang tepat berhadapan dengan Kak Anggar.

"Coba tebak aku bawa siapa?" Tanyaku pada kak Anggar yang dibalas tatapan tanda Tanya olehnya.

"Jeng jeng jeng . . . ."

Kak Anggar berdiri tidak menyangka, sementara Amanda kembali seperti biasa nyengir kuda.

"Buluk banget sampe aku nggak kenal." Kalimat pertama kak Anggar langsung membuat Amanda cemberut.

"Ih, apa-apaan, kalian berdua sama aja ya, hilang tanpa kabar eh tau-taunya ketemu di sini. Kalian jahat, terutama ini nih hmmm."

Aku membekap Amanda, aku tidak ingin gadis ini menyebut satu nama lagi. Berhubung dia tidak tau tentang Kara, lebih baik aku buat dia menyebutku dengan namaku di SMA sebelumnya. Aku berbisik padanya untuk memakai nama Stella untukku.

"Kamu ngapain di sini Amanda?" Tanya kak Anggar.

"Aku ke sini cari ini nih, biang kerok. Pergi nggak pamit, kan aku bingung, khawatir sama dia."

"Jadi kamu bela-belain pindah kesini buat cari aku? Sayang banget aku tuh sama kamu."

Aku melihat pandangan Amanda tertuju pada kak Ayu yang sejak tadi berdiri di samping Kak Anggar. Kak Anggar juga mengerti maksud tatapan pertanyaan dari Amanda.

"Kenalin, ini Ayu, Ayu ini Amanda."

"Ayu . . . ."

"Amanda kak."

"Oh iya aku lupa, nih kenalin sahabat aku di sini, ada Musda sama Afkar. Nah kalo yang di belakang itu ada Kak Leo sama Salma, kita satu tim nanti." Kataku.

Aku dan Amanda mengobrol banyak. Dia cerita, bagaimana setiap pulang sekolah dia akan berkeliling ke setiap tempat untuk cari aku. Sampai aku mengabaikan apa yang ada di luar kami berdua. Hampir empat bulan aku berpisah dengan Amanda, ternyata dia tidak marah. Hanya sedikit kesal karena harus mencari aku tanpa punya pegangan yang jelas harus kemana mencari aku.

Lama kami mengobrol Syam mendekatiku, dia terus berdiri menunggu aku dan Amanda selesai mengobrol. Amanda terlihat memperhatikan Syam, mungkin dia berfikiran aneh melihat Syam yang aku sadari sesekali masih memandangiku.

"Satu tim sama siapa Syam?" Tanyaku saat Amanda menghentikan ceritanya.

"Sama kak Ayu, dan kakak kelas yang lain. Aku kelas sebelas sendirian." Jawabnya.

"Amanda, hari ini istirahat dulu ya, gue cape." Suara itu tidak Nampak wujudnya, selain yang aku liat Amanda mematung.

"Cie, jadi ini orangnya." Ejek kak Anggar.

"Bukanlah, Amanda bantuin gue cari cewe gue. Kalo Amanda, udah jadi adik buat gue."

"Oh gitu . . . . emang cewe lo belum ketemu juga sampe hari ini."Ejek Kak Anggar, tapi aku masih melihat Amanda masih mematung dan wajahnya memucat.

Aku mencari kenapa Amanda sampai sebegitu nya, sampai aku melihat ke sebelah kananku, di mana arah mata Amanda tertuju. Aku melihat sesosok siswa yang lumayan tinggi berdiri di sampingku. Tinggiku hanya sampai di telinganya. Aku hanya melihat wajah sebelah kirinya, karena dia asik mengobrol dengan Kak Anggar.

"Aku sudah ketemu sama dia . . . ." Akhirnya Amanda bersura.

Kalimat Amanda berlaku untuk aku dan orang yang berdiri di sampingku. Aku melihat dia diam, lalu dengan ekspresi yang tidak bisa aku jelaskan dia bertanya.

"Dimana?"

"Di sini, sekarang, di samping kamu."

Aku lihat dia berbalik ke arahku, Nampak wajahnya yang tidak seperti dulu. Dia agak pucat, ada lingkaran hitam di bawah matanya. Aku tidak tau bagaimana sekarang, ada banyak hal yang tidak bisa aku jelaskan. Waktu seakan berhenti setelah apa yang ada di hadapanku sekarang.

PulangWhere stories live. Discover now