Kesepakatan

194 8 0
                                    

Setelah hampir dua puluh menit, Kara baru membuka matanya. Itupun setelah seluruh tubuhnya diberi minyak kayu putih Ayu dan Musda.

"Kara, kamu sakit ya?" Tanya Musda.

Kara menggeleng dan menjauhkan minyak kayu putih darinya.

"Kamu pulang aja, biar di anterin." Usul Afkar.

Kara masih belum bicara, tapi ia sudah memperhatikan orang-orang yang menungguinya.

"Handphone aku mana?" Ucap Kara.

Saat Anggar menyerahkan ponsel Kara, ia langsung menekan satu nomor pada daftar panggilan cepatnya dan meletakkan ponselnya di telinganya. Tanpa mengatakan apa-apa, Kara kembali meletakkan ponselnya dan bangun atas bantuan Ayu.

"Makasih kak." Ucap Kara.

"Kamu pulang aja ya, istirahat." Pinta Ayu sekali lagi.

Saat Kara mengangguk, Anggar langsung berjalan keluar dari ruang UKS. Kara berjalan dipapah oleh Ayu. Sementara Afkar dan Musda mengambil tas mereka.

"Tadi Kak Anggar, yang pegang HP aku?" Tanya Kara.

"Iya."

"Dia telfon seseorang?"

"Iya."

Setelah itu Kara tidak bicara lagi sampai mereka tiba di lobi dan Anggar sudah menunggu dengan mobilnya untuk mengantar Kara. Ayu tidak melepaskan Kara dan bahkan memintanya untuk bersandar padanya.

"Mama kamu masuk rumah sakit?" Tanya Anggar.

"Iya, tapi mama larang aku pulang sebelum minggu depan." Jawab Kara.

"Untuk apa kamu pulang minggu depan?" Tanya Anggar lagi.

"Aku mau jemput Alia, kalau mama baikan dan semua urusannya sudah selesai, baru dia akan menyusul kami."

Setelah tidak ada pertanyaan dari Anggar lagi, giliran Ayu yang bicara.

"Seharusnya kamu bicara kalau kamu punya masalah begini. Setidaknya kita bisa bantu kamu, ada aku atau Musda, juga ada Afkar."

Kara menatap Ayu. Rasanya hubungannya dengan Ayu tidak lebih dari hubungan senir junior di sekolah dan dalam bimbingan belajarnya. Atau mungkin karena Anggar menganggapnya adik, makanya Ayu pun bersikap demikian. Melihat keduanya sepertinya dalam proses pendekatan.

Tatapan Kara diartikan Ayu sebagai sebuah pertanyaan yang harus ia jawab. Tapi sebelum Ayu menjawab, rupanya Musda lebih dulu belajar.

"Kita kan sudah jadi teman. Tentang apapun itu, baik sekolah ataupun urusan pribadi aku berhak tau dong. Aku kan sahabat kamu sekarang."

"Kemarin aku dapat kabar kalau mama pingsan, semalam terpaksa di bawa ke rumah sakit. Terakhir kali aku bicara sama mama, dia tidak mau aku pulang sekarang. Mama Cuma bilang, aku boleh pulang kalau sudah minggu depan, kalau aku harus jemput Alia." Jawab Kara akhirnya.

"Kenapa kamu tidak nekat pulang? Maksud aku, kamu kan tau sendiri kalau keadaan mama kamu sedang butuh kamu. Atau mama kamu lagi sama papa kamu atau kamu punya saudara di sana?" Tanya Ayu.

"Kalau aku nekat pulang, nanti mama marah terus tambah sakit. Sementara aku cuma bertiga sama mama dan adik aku. Ya bagaimanapun aku pasti ingin ada di sana temenin mama, tapi di sisi lain aku juga punya tanggung jawab untuk memenuhi semua keinginan mama di sini."

"Seandainya aku jadi kamu, sudah sejak kemarin aku pulang." Ucap Ayu sedikit tersenyum kecut.

"Sayangnya aku harus nurut sama mama kak."

PulangWhere stories live. Discover now