Dara-Daeng Feat Putri Belia

97 4 0
                                    

*Author POV*

Malam minggu akhirnya tiba, saatnya malam penobatan siapa yang akan menjadi putra-putri pariwisata, atau sebutan kerennya Dara untuk putri dan Daeng untuk putranya. Setelah selama masa karantinya terpisah, calon Dara dan Daeng akhirnya dipertemukan dalam panggung yang sama. Bukan hanya mereka, tapi orang tua juga mereka turut dihadirkan dalam acara itu.

Kara memiliki ruang make up sendiri, ditemani penatarias dan Maya, Kara mempersiapkan dirinya dengan baik.

"You look so beautiful, kamu memang bintangnya." Puji Maya.

"Saya liat pacar kamu juga datang malam ini, dia duduk paling depan." Kata Maya lagi.

"Mungkin dia mau liat gadis-gadis cantik, makanya ambil tempat duduk paling nyaman." Jawab Kara asal.

"Ya kalo pacar kamu mau kayak gitu, sayangnya pacar kamu cuma mau melihat ke satu arah dan diam di sana. Mungkin karena dia tau untuk mendapatkan kamu itu susah. Beruntung loh kamu dapat dia." Lanjut Maya.

"Saya aja nggak tau mba, kenapa bisa sama dia." Kara tersenyum.

Saat detik-detik pengumuman dan penobatan, Kara baru keluar dari ruang make up.

"Siapakah Dara dan Daeng kita pada tahun ini . . . ."

"Beberapa saat lagi, akan segera kita dapatkan pasangan terbaik sebagai duta pariwisata Sulawesi Selatan . . . ."

Sementara sepasang MC sedang membuat semua orang khawatir, Maya memperhatikan Kara yang sepertinya sedang menerbangkan bayangannya pada masa lalu.

"Kamu ingat saat kamu ada di posisi mereka, sangat tegang sepertinya."

Kara mengangguk, namun pandangannya tertuju pada orang yang menemuinya malam itu. Gadis itu terlihat memperhatikan Kara, terlihat terkejut karena Kara tidak berdiri bersamanya, malah asik mengobrol dengan orang-orang penting di sana.

"Daeng kita adalah, Muhammad Arham Noer . . . ."

Arham maju dan langsung disambut dengan tepuk tangan yang meriah.

"Siapakah pasangannya, akan segera kita ketahui bersama . . . ."

"Dan Dara 2019 adalah, Ayu Ardilla Rana Haris Pradipta . . . . Selamat untuk kalian berdua."

Saat pasangan Dara dan Daeng mengganti kostum, Kara juga meninggalkan tempat duduk penonton.

"Para hadirin, selanjutnya Dara dan Daeng kita akan berjalan menyapa semuanya. Setelah itu akan dilanjutkan dengan pemberian buket bunga yang di dampingi oleh orang tua para pemenang."

"Sambutlah, Dara-Daeng 2019 bersama Putri Belia 2018, Rania Auristella . . . ."

Tepuk tangan meriah menyambut kedatangan Kara yang berada di antara Ayu dan Arham. Dengan gaun berwarna putih, Kara menyita banyak perhatian. Sangat sempurna bersanding dengan Ayu yang mengenakan gaun berwarna biru langit. Sementara Arham terlihat gagah dengan setelan kemeja putih yang terbalut jas hitamnya.

Kara berpindah ke samping kiri Arham, sesuai arahan, Arham menggandeng dua gadis di sampingnya.

"Oh, kabar yang sangat sempurna baru saya dapatkan, ternyata Dara-Daeng kita tahun ini adalah saudara, saudara kembar kebanggan Bapak Haris Pradipta."

Tepuk tangan riuh kembali bergemuruh di ruangan itu. Buket untuk Ayu di berikan, barulah saat itu tangan ketiganya berhenti bergandengan.

"One picture please, posisinya tepat seperti saat kalian berjalan, tapi orang tuanya di samping ya." Pinta seorang foto grafer, lalu sebuah kamera hanphone yang diarahkan ke mereka.

"I miss you ma." Ucap Kara pelan namun berhasil terdengar oleh Ayu.

Setelah penobatan malam itu, para orang tua sudah ada yang meninggalkan acara, termasuk orang tua Arham dan Ayu. Seperti kebiasaannya, walaupun hari libur, Haris tetap sibuk dengan pekerjannya.

Malam belum larut, karena baru pukul sembilan malam. Selanjutnya adalah acara ramah tama. Saatnya berganti pakaian kembali dengan pakaian yang lebih santai. Saat berganti pakaian di kamarnya, Ayu masih sempat memuji kecantikan Kara.

"Kamu cantik banget, kamu tau nggak, bahkan bunda aku juga suka banget liat kamu."

Kara terenyum.

"Kakak juga cantik, hebat pula karena berhasil menjadi Dara 2019."

Setelah itu mereka tidak bicara lagi. Mereka berjalan bersama menuju tempat ramah tamah. Baru melangkah mendekat, mereka berdua disambut oleh Amanda dan Rafif.

"Selamat ya kak Ayu . . . ." Amanda mengulurkan tangannya pada Ayu.

Saat Ayu menjabat tangan Amanda, "Aduh greget banget aku tuh, boleh peluk nggak sih kak, soalnya kakak cantik banget."

Ayu tersenyum lalu memeluk Amanda.

"Selamat ya Ayu." Ucap Rafif.

"Eh iya, besok acara nikahan orang tua kalian ya. Kamu keluyuran jauh lagi." Kalimat terakhir Kara ia tujukan pada Amanda yang masih dempet-dempetan dengan Ayu.

"Emang dasar tuh sahabat kamu banyak maunya," Celetuk Anggar yang membuat Amanda langsung bereaksi kesal.

"Walaupun aku pengen banget ke sini, tapi aku juga nggak bakalan bisa kalau kakak nggak maksa ke sini. Huh dasar, aku lagi yang kena jual." Ejek Amanda.

"Kak, fotoin aku sama kak Ayu sama Kara dong." Amanda memberikan ponselnya Rafif.

Saat sedang berpose dan memeluk Kara, Amanda menegur sesuatu.

"Kamu demam? Tangan kamu anget banget."

"Nggak kok, cuman di sini aja yang dingin."

Amanda memeriksa baik-baik sahabatnya, memegangi bahu dan lehernya.

"Nggak ah, kamu yang demam. Kamu juga sih, nggak ingat istirahat. Pokoknya kamu harus istirahat, nggak boleh sampe sakit. Ingat ya, besok datang ke nikahan papa."

Kara mengangguk, setelah usai, giliran Rafif yang pamit.

"Aku pulang ya, kamu istirahat, besok juga jangan lupa datang ke nikahan mama."

Kara menjawab kalimat Rafif dengan senyum.

"Kamu cantik." Ucapnya lalu meninggalkan Kara dan Ayu.

* * *

PulangOù les histoires vivent. Découvrez maintenant