Bicara Penting

143 7 0
                                    

Setelah pembahasan terakhir tentang Nia adik Ayu, Kara sedikit menjauh. Bukan hanya pada Ayu, tapi juga pada Afkar dan Musda. Menjauhnya Kara, membuat Musda bingung.

"Kara itu menggantikan Nia. Sekarang setelah Nia menjauh, setelah dia berubah, aku takut Kara pergi." Keluh Musda pada Afkar.

"Kita tidak bisa menahan Kara, untuk tetap bersama kita. Ada saatnya dia berhak memilih dunianya sendiri."

"Afkar, kamu kok gitu sih. Kamu bilang sama aku kalau Kara melengkapi kita lagi. Kenapa kamu dengan gampangnya melepaskan Kara, kamu kok tega sih sama aku."

"Kara berantemnya sama Kak Ayu. Kamu sadar nggak kak Ayu itu siapa? Dia orang yang menganggap kita adiknya. Aku tidak mungkin membela Kara, tapi aku juga tidak bisa menyalahkan Kara. Tapi nggak harus kan kamu diemin Kara, tapi ngadunya sama aku."

"Afkar kok gitu . . . ." Musda menunjukkan raut wajah sedihnya pada Afkar yang membuat Afkar kesal.

"Kamu yang menjauh, tapi aku yang salah. Kalau kamu mau Kara balik sama kita, kamu aja sendiri."

Musda tidak menanggapi Afkar lagi. Afkar juga meniggalkan Musda untuk membeli minuman. Setelah kembali, Musda tetap pada posisinya bersandar di meja membelakangi Afkar.

"Ini jus jeruk buat kamu, minum gih." Afkar menyodorkan segelas jus jeruk pada Musda.

Musda tidak bergeming dari posisinya.

"Minum gih, entar masuk bunyi loh. Sia-sia aku traktir kamu." Afkar mengguncang punggung Musda tapi Musda enggan merubah posisinya.

Sekali lagi Musda enggan merubah posisinya, membuat Afkar yang bergeser ke hadapan Musda.

"Kamu nangis?"

Melihat Afkar di hadapannya, Musda mengangkat wajahnya dan menghapus air matanya.

"Iya, iya aku turutin permintaan kamu. Nanti kita bicara sama Kara." Afkar akhirnya menuruti permintaan Musda.

"Oke, pulang sekolah kita ketemu sama Kara." Musda akhirnya sumringah mendengar pernyataan Afkar untuk menurutinya.

"Iya, kamu minum tuh minuman kamu. Aku tinggal kamu di sini ya."

Saat Afkar meninggalkan Musda, ia melihat Kara keluar dari kantin. Mengikuti Kara, Afkar melangkah cepat untuk bisa mengejar langkah Kara.

"Kara aku mau bicara sama kamu." Afkar meraih lengan Kara untuk menghentikan langkah Kara.

"Mau bicara apa?" Tanya Kara.

"Tolong, kamu jangan buat aku memilih antara kamu sama kak Ayu."

"Aku tidak meminta kamu memilih. Aku punya jalanku sendiri. Tapi aku juga minta sama kamu untuk tidak mengusir aku. Biarkan aku tetap di sini, kalau sudah waktunya nanti, saat semua urusan aku selesai, aku akan pergi sendiri." Kara kemudian meninggalkan Afkar.

Seperti sebelumnya, Afkar tidak akan banyak bicara. Saat melewati kelas Kara, Afkar kembali berdiri di depan kelas Kara. Berdiri cukup lama menyaksikan Kara duduk bersandar pada kursinya. Entah sejak kapan mata keduanya bertemu, baik Afkar maupun Kara tidak ada yang mengalihkan pandangan mereka sampai Musda datang ke hadapan Afkar. Baru saat itu pandangan Afkar dan Kara beralih satu sama lain.

Sebelum Afkar pergi, ia masih sempat mengarahkan matanya untuk melihat Kara yang sudah mengobrol dengan Syam yang duduk di seberang bangku Kara.

Kara menyadari saat Afkar sudah meninggalkannya. Meskipun berhadapan dengan Syam, sudut matanya masih bisa menangkap Afkar.

"Jadi Afkar orangnya . . . ." Kata Syam kemudian setelah Afkar pergi.

Kara tersenyum, tapi pandangan matanya tidak tertuju pada orang di hadapannya lagi. Pembicaraan keduanya tidak berlanjut. Kara juga masih enggan berhadapan dengan Musda. Musda dan Kara akhirnya saling diam sampai jam pelajaran selesai.

PulangWhere stories live. Discover now