Perkenalan

995 25 1
                                    

06:15 Am

Seorang gadis dengan seragam abu-abu berjalan memasuki pagar. Bola matanya tidak tertuju pada jalan, melainkan berputar mengelilingi sudut sekolah barunya. SMA 17 Makassar. Tulisan yang sangat sangat jelas terpampang di samping pagar yang baru saja ia lalui.

Tidak seperti murid yang baru pertamakali memasuki sekolahnya, tampilan gadis itu lebih mirip siswi yang sudah usang di sana. Dengan seragam rapih, dan papan nama bertuliskan nama Kara tapi dengan rambut yang disanggul tidak rapih . Mungkin tidak akan ada yang mengira bahwa ia adalah siswi baru.

Masih pagi buta, tapi beberapa siswa sudah datang. Sebuah suasana yang mungkin akan membuatnya betah di tempat barunya.

"Sepertinya kamu cukup bersemangat ya di hari pertama kamu...." Seorang laki-laki berseragam hitam putih mendekati gadis itu.

Kara sedikit membungkukkan kepalanya sebagai jawaban iya mewakili senyum, tapi wajahnya tak menunjukkan senyum sama sekali.

"Kamu tunggu di ruangan tes kamu kemarin, setelah ini saya akan mengantar kamu ke kelas kamu." Perintah laki-laki yang bernama Pak Husein itu. Guru BK yang cukup terkenal karena sikapnya yang bersahabat menghadapi murid-murid sekolah itu.

Kara berjalan menjauh. Meninggalkan Pak Husein yang sedang menjemput murid-muridnya di depan gerbang sekolah.

07:30 Am

Gadis yang belum tersenyum di hari ini itu berjalan mengikuti langkah Pak Husein. Melewati lorong-lorong sekolah tanpa melirik apapun selain terfokus pada langkah Pak Husein.

"Kamu tunggu di sini, saya akan memberitahu guru pertama kamu tentang kedatangan kamu."

Pak Husein lalu pergi. Tidak berapa lama ia kembali keluar.

"Silahkan masuk, semoga kamu betah dengan kelas dan teman-teman baru kamu."

Kara melangkah masuk, ia langsung menjadi pusat perhatian. Tapi jangankan tersenyum, menoleh pada orang yang duduk di dekat pintu saja tidak.

"Anak-anak, hari ini kita kedatangan personil baru yang akan berjuang bersama kalian. Silahkan perkenalkan nama kamu dan asal sekolah kamu." Pinta Salma, sang guru.

"Perkenalkan, nama saya Kara, saya pindahan dari SMAN 8 Jakarta."

"Selamat datang Kara....." Ucap siswa-siswi kelas XI IPA 1 serempak.

Yaaaa, Kara kini telah menjadi personil kelas XI IPA 1 SMA 17 Makassar, atau nama kerennya SMA Jubel.

"Bisa kamu perkenalkan nama lengkap kamu dan alamat kamu." Pinta sang guru lembut.

"Nama lengkap saya Rania Auristela Kara, kalian bisa panggil saya dengan nama Kara. Saya tinggal di Jl. Sunu, tidak jauh dari sini." Jawab Kara masih tanpa senyum.

"Baiklah, silahkan kamu duduk di samping Musda, teman duduknya baru pindah dua hari yang lalu." Tunjuk Ibu Salma pada kursi kedua tepat di depan papan tulis.

Kara langsung duduk di samping gadis bernama Musda. Mata Kara langsung tertuju pada sosok Bu Salma sang guru. Kara menyadari mata Musda yang menjadi teman duduknya tengah memperhatikannya. Setelah yakin Musda sudah terfokus pada penjelasan Bu Salma, Kara baru berbalik menatap gadis itu. Memperhatikan dengan seksama teman sebangkunya yang harus ia kenali jika ingin punya teman pertama untuk hari pertamanya.

Lalu dua jam berlalu, bel jam istirahat pertama akhirnya berbunyi. Tiga jam pelajaran matematika telah selesai. Selanjutnya, Kara masih belum tau untuk mata pelajaran selanjutnya. Kara membaringkan kepalanya di meja, ia merasakan Musda yang masih duduk membereskan buku di mejanya. Saat Musda memegangi punggungnya, bersamaan Kara bangkit dan mengangkat panggilan telfon dari seseorang.

Kara tidak berdiri dari tempat duduknya. Sikap tersebut membuat Musda juga tidak berdiri. Ia menunggu Kara menyelesaikan panggilan telfonnya.

"Iya ma, bye." Terputusnya panggilan itu membuat Musda tersenyum.

Menatap layar ponselnya, Kara tidak mematikan panggilan telfonnya. Ia menunggu sampai lawan bicaranya memutuskan panggilan itu.

"Love you ma." Kara meletakkan ponselnya ke dalam tasnya.

Kara menatap Musda, ia menyadari bahwa gadis itu sedang menunggunya untuk mengatakan sesuatu.

"Ke kantin yuk." Ajak Musda.

"Enggak ah, aku bawa bekal." Jawab Kara.

"Jam makan siang masih nanti, istirahat kedua. Kita cari minum." Musda tersenyum berusaha memancing Kara untuk ikut tersenyum.

Kara mengangguk, sepertiya ia belum ingin tersenyum. Hari pertama yang belum cukup menarik perhatiannya.

Sepulang Kara dan Musda dari kantin, rupanya ketua kelas mereka sudah berdiri di pintu kelas. Bukan untuk Musda, tapi untuk seorang Kara.

"Halo, kenalkan, aku Syam, ketua kelas kita." Syam mengulurkan tangannya pada Kara.

"Ketua kelas, sekaligus ketua angkatan kita." Kata Musda saat Kara menjabat tangan Syam.

"Oh iya, aku mau bilang kalau setiap siswa di sini punya kesempatan untuk ikut olimpiade. Untuk persiapannya, bebas mau ikut bimbel mana aja, tinggal dipilih."

Kara mengangguk tanpa senyum.

"Oh iya, aku keluar dulu, kamu pikir-pikir aja mau ikut bimbel mata pelajaran mana yang kamu suka." Syam mengambil langkah untuk meninggalkan Kara dan Musda.

"Eh iya, ini ambil." Syam menyondorkan bola ping pong berwarna putih kepada Kara.

Dengan ragu, Kara menerima bola ping pong pemberian Syam. Saat membalik bola, ada gambar wajah senyum. Saat Kara menatap Syam, pria itu terlihat meletakkan dua jari di atas keningnya memberikan sebuah penghormatan. Saat itulah senyum pertama dari seorang Kara hadir.

"Syam, selain ketua angkatan dia juga jago main tenis meja. Makanya dia juga ngasihnya bola ping pong, bukan bunga atau coklat. Karena dia bukan kang bunga atau mas mas penjual coklat." Musda berlalu meninggalkan Kara.

Kara menyusul Musda, mereka kemudian menyelesaikan hari sekolah yang sisa separu. Lalu akan dilanjutkan besok, besok dan selanjutnya sampai waktu pelulusan nanti.

Bersama waktu yang akan menyingkap semua rahasia-rahasia takdir. Tentang sebuah keinginan, keadaan yang tak mendukung sampai pilihan yang nyatanya hanya semakin memperburuk keadaan.

* * *

Maaf ya kalau alurnya masih belum jelas. Soalnya ini cerita pertama author

PulangWhere stories live. Discover now