Full Family

123 2 0
                                    

Rasa yang tidak bisa diungkapkan setelah dibuang paksa selama bertahun-tahun, ingin marah, tapi menjaga agar seseorang tidak semakin terluka. Hal paling sulit adalah mencari perdamaian antara hati dan pikiran. Egois dipikir untuk menyelamatkan diri, nyatanya siapa yang terluka paling parah?

Kara berdiri dari tempat duduknya dan langsung menabrak seorang yang membawa nampan berisi minuman.

"Maaf, mba saya tidak sengaja." Ucap orang itu.

"Tidak apa-apa." Jawab Kara, perempuan pemilik rumah itu langsung berdiri meminta pembantunya pergi untuk menyiapkan minuman yang baru.

"Kamu ganti baju di atas, di dalam kamar ada orang." Katanya meminta Kara pergi.

Tanpa mengatakan apa-apa, Kara menurut dan langsung pergi.

"Aku anterin Kara dulu ya ma." Pamit Ayu.

"Tidak usah, lagian ada orang juga di kamar. Oh iya, siapa namanya tadi?"

"Kara ma. Dia adik kelas aku, kebetulan waktu pulang tadi aku ikut ke rumah dia dulu sebelum di jemput. Setelah aku bilang mau ke rumah sakit, dia juga yang nawarin aku untuk di antar aku."

Perempuan itu mengangguk.

"Oh iya ma, Nia mana? Kok dari tadi dia nggak keliatan?"

Orang yang ditanya tidak menjawab. Ada banyak pertanyaan, dan ada rindu yang begitu besar butuh untuk dilampiaskan. Tidak lama Haris tiba, semuanya saling melepas rindu. 

Tidak terasa, sore telah datang. Rianti, istri pertama Haris yang merupakan pemilik rumah itu mengajak seluruh anggota keluarganya untuk mengobrol di ruang keluarga. Rianti merasa sudah waktunya untuk membicarakan perpisahan mereka sejak lima tahun lalu.

Baru akan tiba di ruang keluarga, Kara juga keluar dari sebah kamar dengan tampang yang terlihat tidak seperti ketika pergi untuk mengganti bajunya. Barulah Ayu juga menyadari bahwa ada Kara, yang tadinya hanya pergi mengganti bajunya dan beru terlihat kembali setelah hampir dua jam.

"Oh wow, full family's here." Katanya yang langsung dijawab senyuman oleh Ayu, namun berbeda dengan Rianti.

"Bukannya tamu biasanya di ruang tamu? Kenapa di bawa ke sini?" Tanya Kara lagi yang membuat Rianti berjalan mendekatinya.

"Kita duduk dulu yuk." Ajak Rianti, termasuk pada Kara.

Setelah duduk, Rianti memulai pembicaraan.

"Ada hal yang harus sama-sama kita jelaskan untuk apa yang terjadi di lima tahun terakhir. Mama rasa ini waktu yang tepat, agar tidak ada kesalah pahaman yang terjadi di antara kita."

Belum lagi ada yang bicara, mereka didahului oleh seorang gadis kecil.

"Kakaaaak........" Katanya membuka pintu sambil mengucek matanya yang baru bangun tidur.

Kara berdiri dan langsung tersenyum sambil mendekati gadis kecil itu.

"Udah bangun kamu? Lama banget tidurnya?" Kara menggending gadis kecil itu yang langsung mendapat tatapan heran kecuali dari Rianti.

"Ada tamu ya? Mereka siapa?" Tanyanya lagi.

Gadis kecil itu adalah Aliya, putri bungsu Rianti.

"Abang kok belum datang? Katanya mau bawa kado untuk Aya, kan hari ini Aya ulang tahun."

Kara mengangkat bahunya sambil mencium pipi Aliya. Aliya balas memeluk Kara yang masih menggendongnya.

"Mereka siapa?" Tanya Aliya yang membuat Rianti mendekat untuk mengambil Aliya.

PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang