Masa Karantina

102 4 0
                                    


Anggar, dan Ayu ternyata dipilih mewakili SMA mereka dalam pemilihan putra-putri pariwisata 2019.

"Acaranya akan sepuluh hari sebelum pesta sains, jadi sepulang dari acara tersebut, kalian istirahat baik-baik. Lima hari setelahnya kita berangkat ke Tidore untuk pesta sainsnya." Pesan pak Husein.

Sembari mempersiapkan untuk pesta sains, Anggar juga siaga menemani Kara setiap ada pemotretan.

"Minggu ini aku ada acara di puncak, pemilihan Dara-Daeng. Jumat pagi aku berangkat, nanti pulangnya minggu sore. Jadi selama itu aku nggak akan bisa nganterin kamu."

"Yang di puncak Malino bukan?" Tanya Kara memastikan.

"Iya."

"Aku juga ke sana, tapi aku pulang sekolahnya sih."

"Hm kalo gitu kita berangkat bareng, nanti aku bilang sama Ayu."

Kara setuju.

* * *

Sesuai rencana awal, Kara berangkat sepulang sekolah. Namun ada hal yang tidak terduga saat sampai di tempat yang mereka tuju, ada Arham di sana.

"Kamu kamarnya sama siapa Kar?" Tanya Anggar saat akan membawa barang-barang Kara.

"Aku udah disiapin satu kamar sendiri sih tapi . . . ."

"Sekamar kan berdua, tapi Ayu nggak kebagian pasangan, gimana kalau kamu sama Ayu aja." Tawar Arham.

"Iya, kebetulan aku juga sendiri." Sambung Ayu.

Ayu menyadari hubungannya dengan Kara sempat merenggang karena pembicaraan tempo hari. Melihat ada yang sedikit berbeda dengan Kara, sampai hari ini Ayu masih tetap memberikan itikad baik untuk memperbaiki hubungannya bersama Kara.

"Oh iya yu, minta tolong jangan tinggalin Kara sendirian di kamar ya." Pesan Anggar.

* * *

*Kara POV*

Aku tidak tau harus bagaimana jika benar sekamar dengan kak Ayu. Dulu waktu kecil kita memang selalu satu kamar, tapi setelah kejadian itu aku jadi tidak menyukainya. Aku marah pada kak Ayu, tapi anehnya aku bahkan tidak bisa balas dendam bahkan untuk menyinggung perasaannya saja aku tidak bisa. Rasanya berat untuk melakukan itu.

"Aku mau ke dapur, mau masak. Kamu gimana?" Tanya kak Ayu saat aku mencoba istirahat.

"Aku ikut deh kak." Aku bangkit dari tempat tidur dan mengikuti kak Ayu.

Sampai di dapur aku melihat sudah ada beberapa orang juga di sana. Aku melihat mba Anggi di sana sedang memperhatikan calon putri pariwisata 2019.

"Gimana Stella, nyaman kamar kamu?" tanyanya.

"Saya di kamar salah satu finalis, saya masih takut sendirian di kamar." Jawabku.

"Asal kamu tidak terganggu, itu bukan masalah. Malam ini makan malam akan disiapkan oleh mereka, saya harap kamu menikmati makan malam ini. Sekalian saya akan memperkenalkan kamu kepada mereka."

"Mba, saya bisa minta tolong sesuatu."

Aku membisikkan sesuatu ke telinga, mbak Anggi.

"Kamu bilang sama mba Maya aja, dia pasti bisa atur semuanya. Dia lagi di ruang tamu, kamu kesana aja." Saran mbak Anggi.

"Yaudah, saya kesana sekarang ya mba." Kataku mengambil langkah meninggalkan dapur.

Aku langsung mengangguk, dan berencana untuk menemui mbak Anggi sekarang.

Aku beruntung, karena mbak Maya ternyata memenuhi keinginanku. Aku ingin waktu berjalan lebih cepat dari ini. Malam penobatan, pesta sains, lalu aku akan jenguk mama.

* * *

"Sebenarnya ada tempat khusus buat kamu, tapi karena ada ternyata kamu tidak bisa sendiri, kamu terpaksa bergabung dengan mereka semua, apa itu tidak menjadi masalah untuk kamu?" Tanya mbak Maya saat aku sedang bersantai menunggu waktu makan malam.

"Iya tidak apa-apa, kakak saya juga tidak akan mengizinkan saya kalau saya harus tinggal sendirian."

"Ayo kita makan malam, setelah ini, kamu juga harus istirahat. Atau kamu mau makan malam di luar?"

"Kita makan sama-sama aja." Jawabku tidak ingin banyak ulah di sini.

"Ya sudah, sudah waktunya."

"Nanti saya nyusul mbak."

Aku masih memberi diriku kesempatan untuk mendapatkan keyakinan untuk memenuhi keinginan mama.

"Enak banget lo ya . . . ."

Suara itu mengejutkanku, entah siapa dia, tapi sepertinya aku tidak menyukainya.

"Ini ajang bergengsi, jangan berharap dengan mendekati beberapa orang di sini bisa ngegampangin lo di sini." Katanya lagi.

"Saya tidak mengerti maksud kamu apa?" Tanyaku.

"Gue tau, lo ikut ajang ini dengan cuma mengandalkan kemampaun untuk mendekati orang-orang di dalam sini ya. Karena nggak ada di dalam diri lo yang bisa dibanggain." Katanya lagi.

Aku pernah mengikuti ajang pemilihan seperti ini sebelumnya, tapi aku tidak semurahan ini. Inginku mengumpatnya dengan kata-kata kasar macam aspal dan amplas . . . .

"Mungkin kamu yang tidak percaya diri, bukan aku yang memanfaatkan kemampuanku mempengaruhi semua orang. Tapi kamu tenang saja, aku tidak pernah menggunakan cara murahan untuk mendapatkan sesuatu."

Aku meninggalkannya. Aku pernah sangat suka menjambak rambut ada orang yang menggangguku. Untungnya aku sudah berhenti dengan semua itu, jika tidak, pasti sudah kulakukan pada orang ini.

Aku berjalan menuju meja makan, sudah banyak orang di sana. Aku duduk di samping kak Ayu yang kebetulan masih kosong. Tapi aku penasaran, siapa nama orang yang sudah melabrakku barusan.

* * *

PulangWhere stories live. Discover now