Rapat Persiapan Olimpiade

137 5 0
                                    

Menjelang libur semester pertama, ada kesibukan yang didapatkan oleh para pejuang olimpiade SMA 17 Makassar. Di awal tahun akan ada olimpiade terbesar di Indonesia Timur, hanya berjarak satu bulan lebih sebelum tes Olimpiade Nasional. Bedanya olimpiade yang akan mereka jalani sebelum OSN adalah olimpiade per kelompok yang terdiri atas enam orang. Makanya, hari itu beberapa orang yang dipilih mewakili sekolah di kumpulkan di masjid untuk diperkenalkan kelompok mereka yang sudah diatur oleh guru mereka.

Setelah sambutan dari kepala sekolah dan guru pendaping, saatnya penyebutan anggota kelompok. Sebelum pembagian dimulai, Kara tiba-tiba izin keluar.

*Kara POV*

Pertemuannya sudah hampir selesai, sekarang sesi pengumuman kelompok. Tiba-tiba aku melihat sosok yang tidak asing berdiri di area masjid, aku tidak ingin melewatkan kesempatan untuk memastikan orang itu benar dia atau bukan.

"Pak Bambang . . . ?"

Tuhan aku harap aku tidak salah menyapa orang. Beberapa detik tidak ada jawaban, tapi pak guru itu terlihat memperhatikan diriku.

"Stella . . . ?" Ucapnya menatapku sambil tersenyum, aku tidak salah orang.

Aku langsung mencium tangannya, tidak menyangkaakan bertemu beliau di sini. Pak Bambang adalah guruku di SMA sebelumnya.

"Oh, jadi kamu sekolah di sini? Naluri saya memang hebat, tidak salah menunjuk sekolah." Katanya, tapi aku kok tidak mengerti.

"Menunjuk sekolah untuk siapa pak?" Tanyaku.

"Untuk CS kamu, siapa lagi. Setelah kamu pindah dia jadi terus-terus mencari kamu. Saya tidak menyangka hubungan kalian sampai sekuat itu."

Sumpah aku tidak mengerti tentang arah pembicaraan ini. Daripada terlihat mengerti padahal tidak tau apa-apa, lebih baik aku bertanya agar tidak penasaran tau-tau aku mati sebelum rasa penasaranku terjawab.

"Bapak ngomongin siapa ya?" Tanyanya nyengir.

"Amanda, siapa lagi. Dia terus mencari kamu waktu tiba-tiba kamu hilang dari sekolah. Kamu sih, pindah sekolah tapi minta pengawai sekolah menutupi kemana kamu pergi. Kasihan itu Amanda, yang setiap hari berjaga membujuk pegawai untuk bilang kamu kemana."

"Amanda di sini pak???" Aku terkejut, senang, sedih, arghhhh tidak bisa aku jelaskan jika itu menyangkut gadis satu itu.

"Iya, setelah dua bulan, katanya dia sempat melihat kamu secara tidak sengaja di bandara. Dari situ dia tau kalau kamu ada di Makassar. Lalu karena minta saran sekolah untuk ia tempati selama mencari kamu, bapak sarankan di sini."

Tidak tau apa yang ingin aku katakan sekarang. Amanda di sini? Tuhan, jika bisa pertemukan aku dan dia sekarang, di sini, aku sangat merindukannya. Aku jadi bersalah karena benar-benar menghilangkan diriku, sampai Amanda harus bekerja keras untuk menemukan aku, bahkan sampai harus pinda sekolah dari Ibu Kota ke sini untuk aku.

"Oh iya, kamu kenapa belum pulang?" Pak Bambang seaan menyadarkan aku kembali dari rasa yang tidak bisa aku jelaskan sekarang.

"Oh iya pak, ada persiapan olimpiade sains Indonesia Timur, saya diminta untuk tinggal."

Pak Bambang menepuk pundakku. Pak guruku yang satu ini masih sangat menyayangiku seperti dulu.

"Kamu pasti menang, kamu belum pernah kalah selain kamu menyerah. Cepat ke sana, saya juga harus segera pergi, penerbangan saya beberapa jam lagi."

Hal yang paling aku sukai dari Pak Bambang guru Fisika ini adalah dia selalu memegang kepalau setiap akan pergi. Aku merasa menemukan kembali sesosok ayah dari dalam dirinya.

Aku cepat-cepat kembali ke masjid, tapi sayang saat aku kembali ternyata pembacaan kelompoknya sudah selesai. Tapi Musda bilang kalau kami ada di tim yang sama.

"Terus siapa-siapa aja tim kita?" Tanyaku.

"Ada dua orang kakak kelas, sisanya seangkatan kita. Setelah ini kita ketemu semua kok." Jawabnya.

"Wow, terus Kak Anggar sama Afkar di mana?" Tanyaku lagi.

"Mereka se tim, yang misah Kak Ayu sendiri."

Aku mangangguk, aku senang bisa satu tim dengan Musda, setidaknya aku punya teman. Tidak lama Kak Bian datang membawa selembaran kertas, berarti dia yang jadi kapten timku bersama Musda.

"Ini personil kita, tapi sebelum itu aku ke sana dulu ya, ada yang mau aku bicarakan bersama kapten tim lain mengenai tempat kita belajar bareng."

Aku dan Musda mengangguk, au mengambil kertas yang diberikan Kak Bian dan melihat daftar anggota tim kami.

Astronomi = Leo Irawan (XII IPA 1)

Kebumian = Bian Tri Putra Gideon (XII IPA 1)

Kimia = Salma Selviana (XI IPA 3)

Geografi = Rania Auristella Kara HP (XI IPA 1)

Matematika = Musdalifa Saman (XI IPA 1)

Fisika = Amanda Zivanya (XI IPA 2)

"Amanda Zivanya ini yang mana?" Tanyaku pada beberapa orang yang sudah berdiri bersamaku termasuk Kak Leo.

"Lah, dia seangkatan kalian, gue mana tau." Kak Leo mengangkat bahunya.

Salma juga tidak memberiku jawaban, sampai kemudian Musda datang membawa Afkar bersamanya.

"Afkar, Amanda Zivana itu yang mana sih, kok gue baru dengar dan gak tau orangnya." Tanya Salma mendahuluiku.

"Sekelas gue, pindahan sekitaran satu bulan lalu. Tapi jarang nggak pernah keluar kelas emang dia, sekalinya keluar langsung pulang." Jawab Afkar.

Afkar lalu mengarahkan kami menuju seorang gadis yang terdiam memperhatikan orang-orang disekitarnya. Aku sengaja mengambil tempat di belakangnya dan membiarkan Musda dan yang lain berkenalan lebih dulu dengannya.

"Loh, kok cuman empat orang? Sisanya kemana?" Tanyanya pada Musda yang tampangnya paling ramah saat itu.

"Kak Bian lagi ngobrol sama kapten tim lain." Musda mengentikan kalimatnya dan memintaku memperkenalkan diriku sendiri.

"Heran gue sama lo, nama Rania Auristella Kara gue yakin nggak akan ada yang sama persis, tapi bahkan lo belum juga sadar." Kataku yang membuatnya lagsung berbalik ke arahku.

"Ngapain ke sini hah? Keluyuran jauh-jauh, kayak nggak ada kerjaan aja." Kataku lagi yang disambut tatapan oleh gadis itu.

"Kangen . . . ." Kataku langsung memeluknya.

Dia benar-benar Amanda, orang yang paling sabar denganku sebelum aku meninggalkannya tanpa pamit.

"Kamu kemana ajasih, pergi nggak bilang-bilang. Semua sosmed udah dimatiin, ganti nomor HP. Kamu marah gara-gara aku tinggal. Terus ngapain ngomongnya lo-gue? Sejak kapan kamu mulai nggak sopan gitu?"

Ya ampun Amanda, benar-benar aku yang gadis ini cari sampai ke sini.

"Aku pindah nggak bilang-bilang karena mama minta aku cepat-cepat pindah, selain itu, kamu pasti taulah apa alasan akhirnya aku setuju pindah. Kamu sendiri ngapain di sini?"

"Ya aku cari kamu lah, sebulan lebih aku di sini nyari kamu. Setiap pulang sekolah aku kelilingi semua sudut untuk cari kamu, tau-taunya betah aja ngumpet di sini."

Tidak sengaja aku melihat Kak Anggar yang berdiri tidak jauh dari kami, aku manarik Amanda mendekati Kak Anggar. Aku yakin akan menjadi kejutan yang besar untuk Amanda.

...............

PulangDove le storie prendono vita. Scoprilo ora