Terpisah dan Memisahkan

98 3 0
                                    

*Rafif POV*

Aku tidak tau bagaimana Kara sekarang. Ah tidak, dia Stellaku. Dia cinta pertamaku yang entah bisa kumiliki atau tidak. Setelah apa yang aku ketahui, aku juga menyadari, bahwa Stellaku sebenarnya adalah Nia. Sahabat seseorang yang sudah dinanti sejak lama.

Tapi aku tidak bisa melepaskan dia begitu saja. Aku sudah terlalu parah menyakitinya. Setidaknya harus kusembuhkan lukanya. Jika pilihannya bukanlah diriku, lalu aku bisa apa?

"Aku harus apa kak?" Tanya Amanda yang duduk di sampingku.

"Jagain dia buat gue, gue sayang sama dia. Tapi gue nggak bisa egois, lebih baik kalau dia sendiri yang mengambil keputusannya."

"Aku yakin pilihan dia adalah kakak . . . ."

"Tapi gue nggak jamin akan milih dia . . . ."

* * *

*Author POV*

Setelah kejadian pertengkaran Kara dan Ayu, banyak hal yang berubah. Ayu dan Kara kembali terpisah. Afkar dan Musda sepaket dengan Ayu, sementara Amanda tetap bersama Kara. Bukan hanya antara Kara dan Ayu, tapi juga hubungan Ayu dan Anggar menemui ketidak jelasan.

Seperti saat istirahat, Kara duduk bersama Amanda, Rafif dan Anggar. Ayu bersama rombongannya duduk saling membelakangi dengan Kara.

"Gara-gara aku ya?" Tanya Kara melihat Anggar sudah beberapa hari tidak bertegur sapa dengan Ayu.

"Udahlah, nggak usah dipikirin. Semuanya akan baik-baik aja." Anggar berusaha setenang mungkin.

Mereka seperti dua kelompok asing. Tidak ada interaksi sama sekali.

"Nia . . . ." Seseorang siswi dengan lambing kelas X langsung berjalan mendekati Nia.

Kara yang tidak mengerti mengerutkan alisnya, mengarahkan pandangan pada Amanda untuk bertanya. Tapi Amanda mengangkat bahunya tidak tau. Anggar pun sama saat menerima isyarat pertanyaan dari Kara.

"Kamu beneran Nia kan?" tanya siswi itu yang sudah berdiri di samping Kara.

"Iya, kamu siapa ya?"

"Yaampun masa kamu lupasih, aku Intan. Intan Permatasari. Teman main kamu dulu."

Kara langsung berdiri dan memeluk orang itu, yang langsung disambut hangat oleh Intan.

"Yaampun kak Intan, udah lama banget nggak ketemu, aku sampe nggak ngenalin kakak."

"Tapi aku masih bisa ngenalin kamu loh." Intan langsung duduk di depan Kara, menghadap ke arah Ayu dan teman-temannya.

"Oh iya, sejak kapan kakak di sini?"

"Ini hari pertamaku di sini, aku baru pindah dari Semarang. Aku di kelas X IPS 1."

Kara sedikit terkejut, mengingat Intan dulu sekelas dengan Ayu dan Arham di kelas 4 saat ia pindah. Namun sekarang, malah satu tingkat di bawah Kara. Ekspresi Kara membuat Intan tersenyum.

"Kenapa aku kelas X gitu?"

Kara tersenyum tidak enak karena ekspresinya ternyata terbaca oleh Intan.

"Waktu mau UN SD, aku kecelakaan, koma setahun lebih. Makanya sekarang aku baru kelas X. Oh iya, kamu apa kabar?"

"Baik kak." Inta dan Kara duduk bersampingan

Keduanya lama saling berbagi cerita sampai jam istirahat habis. Sampai ada satu pertanyaan yang Intan berikan atas pertanyaan Kata yang menyentil perasaan Ayu yang mendengar pembicaraan mereka.

"Aku langsung kenal sama kamu setelah pertama kali liat kamu karena kamu adalah Nia. Mungkin kamu lupa, tapi aku selalu ingat apa yang pernah kita bicarakan dulu waktu kita main bersama. Waktu Ayu bilang kalau ada waktu dimana kita harus bisa berpisah lalu bertemu kembali, satu-satunya orang yang paling gampang kita kenali adalah kamu. Dan itu terbukti benar, aku langsung kenal sama kamu di saat pertama kali aku liat kamu kembali."

Kalimat itu mengundang Amanda untuk tersenyum simpul ke arah orang-orang yang baru saja bangit dari tempat duduk di belakang Kara.

"Nia, kamu yang paling mudah untuk dikenali. Kita tumbuh dan main bersama dulu, aku yakin itu sudah alasan yang jelas untuk aku tetap bisa mengenali kamu."

Ayu, Musda dan Afkar sudah menjauh. Amanda tersenyum puas. Sementara Anggar seperti menemukan alasan kenapa Kara pada awalnya tidak pernah ingin menjelaskan siapa dirinya. Saat tidak ada yang menyadari keberadaannya membuat Kara murka dan semakin tidak bisa menerima orang-orang yang dianggapnya telah membuangnya.

* * *

Menyusuri lorong sekolah berdua, dimanfaatkan Amanda untuk kembali bicara dengan Kara.

"Kita semua kembali terpisah. Tapi yang terpisah bukan hanya kamu dan masa lalu kamu, tapi kamu juga menjadi penyebab terpisahnya kak Ayu dan kak Anggar. Yang kamu sendiri tau bagaimanapun pasti kak Anggar akan memilih kamu."

Kara hanya menatap Amanda sekilas.

"Aku kecewa atas apa yang mereka lakukan. Termasuk kenapa yang lebih mengenal aku adalah kak Intan dan bukannya kak Ayu. Aku boleh marah nggak sih Manda? Mereka keterlaluan tau nggak kamu!"

Amanda diam, mungkin bukan waktu yang tepat untuk bicara pada Kara. Luka sahabatnya itu masih sangat basah, sehingga tak mudah menghilangkan rasa sakitnya.

* * *

PulangWhere stories live. Discover now