Mama Pulang

96 4 0
                                    

*Kara POV*

Saat di bandara, kak Anggar tidak ikut dalam rombongan kami untuk kembali ke sekolah.

"Kamu pulang sendiri nggak apa-apa ya, soalnya aku mau langsung pergi dulu." Katanya padaku lalu meninggalkanku.

Tidak lama Amanda dan kak Rafif juga bilang tidak akan ikut pulang bersama rombongan. Dalam perjalanan pulang, kak Arham malah mengirimiku pesan untuk pulang bersama kak Ayu ke rumah. Katanya kak Arham akan menjemput kak Ayu di rumah, membuat aku heran akan apa lagi yang akan dilakukan oleh kak Arham kali ini.

Tiba di sekolah, Musda dan dan Afkar pulang masing-masing. Yang lain juga langsung pulang. Aku berdiri melihat kak Ayu, sepertinya dia tidak dikabari oleh kak Arham.

"Kak Ayu, belum dijemput ya?" Tanyaku mendekatinya.

"Belum, orang rumah juga ada yang bisa dihubungi. Takutnya kalau aku pulang, ternyata ada yang jemput aku kan kasian." Katanya.

Aku bingung bagaimana mengatakan pada kak Ayu tentang pesan kak Arham. Kak Arham bilang kakak ikut aku dulu, nanti kak Arham jemput kakak di rumah. Sepertinya aku bingung bagaimana cara bilangnya. Akhirnya aku hanya menunjukkan pesan kak Arham padaku kepada kak Ayu. Awalnya ia mengerutkan kening melihatku. Tapi lalu mengangguk.

"Taksi online yang aku pesan udah deket." Kataku langsung.

Setelah kami di mobil, kak Ayu baru kembali mengajakku bicara.

"Aku liat dong, semua percakapan kamu sama Arham." Pintanya.

Bingung apa maksudnya, tapi aku juga merasa tidak ada yang perlu disembunyikan dari kak Ayu. Apalagi ini masih menyangkut kak Arham.

"Semua pesannya berisi perintah, dan kamu menurut begitu saja sama dia." Kata kak Ayu sambil membaca semua pesan yang diberikan kak Arham.

Aku mengangkat bahu, tidak tau mau jawab apa. Tapi memang benar yang dikatakan oleh kak Ayu, kak Arham selalu memberikan perintah.

Tiba di rumah, aku mengajak kak Ayu untuk istirahat setelah kami bersih-bersih dan makan siang. Tidak seperti biasanya, setiap tidur siang aku sellau ditemani oleh mba Rara. Yah selalu seperti itu, aku selalu merepotkannya untuk menemaniku tidur pada siang atau malam hari. Aku memiliki kenangan buruk saat ayah meninggal, membuat aku tidak pernah bisa tidur sendirian di kamar.

* * *

Aku rasa tidur kami belum terlalu lama, dan ternyata memang benar saat aku melihat jam yang hanya dua puluh menit lebih saat aku melihat jam sebelum aku tidur. Aku melihat kak Ayu seperti orang yang terkejut setelang mengangkat telfon.

"Kenapa kak?" Tanyaku bangkit dari tempat tidur.

"Mamaku ketemu."

Ya Allah, hari ini sudah tiba. Seandainya aku bisa, aku ingin segera memutar waktu untuk mencegah hari ini terjadi.

"Aku harus ke rumah sakit sekarang." Katanya meraih ponsel dan tas kecilnya untuk pergi.

Kak Ayu sedang berusaha menghubungi seseorang dan aku yakin orang itu adalah kak Arham. Tapi ekspresi kak Ayu menunjukkan perasaan kesal karena panggilannya tidak terjawab.

"Aku antar." Kataku berdiri dan meraih kunci mobil serta dompetku.

Untungnya kak Ayu tidak punya kesempatan menolak. Aku segera hanya mengambil kunci mobil, aku bari ingat kalau barang bawaan kami belum turun dari mobil.

* * *

*Author POV*

Kara membawa Ayu sampia ke rumah sakit. Saat Ayu menunjukkan kecemasannya, Kara terus mengemudi mobilnya tanpa mengatakan apa-apa. Setelah hampir setengah jam, mereka tiba di rumah sakit yang ditunjukkan oleh Ayu.

Setelah parkir, Ayu langsung berlari menemui Hana.

"Bunda beneran ketemu sama mama?" Tanyanya.

Hana mengangguk, dan Kara tetap diam memperhatikan keduanya. Setelah dokter keluar, tidak banyak pertanyaan.

"Apa kakak saya sudah bisa ditemui?" Tanya Hana.

Saat dokter mengangguk, mereka berdua langsung meninggalkan Kara sendiri. Dalam posisi itu, Kara tau diri untuk tidak merusak momen apapun. Gadis itu memilih duduk di luar ruang pemeriksaan sambil memainkan ponselnya.

Setelah lama, pintu terbuka. Barulah Kara berdiri menghadap tiga orang dengan mata yang semuanya sembab habis menangis.

"Pulang sekarang?" Tanya Kara.

Melihat orang yang dipeluk Hana dan Ayu mengangguk, Kara memasukkan ponselnya ke dalam saku.

"Tunggu di depan aja, aku ambil mobil dulu." Katanya langsung pergi.

Tiba-tiba Kara jadi tidak banyak bicara, meski biasanya memang begitu. Tapi kali ini selain hemat bicara, gadis itu juga nampak dingin.

"Kita langsung pulang ke rumahku ya." Pinta Ayu saat duduk di samping Kara.

"Jangan, mama tidak bisa ke sana sekarang. Adik kamu tidak mungkin mama tinggal di rumah sendirian." Tolak perempuan yang dipanggil mama oleh Ayu.

"Memangnya mama tinggal di mana sekarang?"

"Green Villa."

Sementara dalam pembicaraan itu, Kara terus menyimak. Tanpa diarahkan, Kara mengantar mereka semua ke sebuah alamat yang disebutkan sendiri oleh perempuan yang tadi mereka jemput.

"Kita singgah di apotik dulu ya, soalnya mama mau beli obat dulu buat adik kamu." Pinta perempuan itu.

Kara mengangguk tanpa bicara, saat tiba di apotik, dia langsung membuka pintu mobilnya.

"Obat apa?" tanyanya sebelum turun.

"Obat demam sama flu."

"Yaudah." Kara langsung turun dari mobilnya.

Hanya lima menit sampai Kara kembali ke dalam mobilnya. Membawa kantongan obat.

"Memangnya Nia sakit mba?" Tanya Hana.

"Kita bicarakan semuanya dir rumah saja, lagian aku juga masih cape banget."

Hampir satu jam mereka tiba di sebuah rumah yang berdiri megah dengan cat berwarna putih. Terlihat begitu megah.

Perempuan yang dibantu oleh Ayu dan Hana mengarahkan masuk ke dalam rumah. Sampai detik itu Kara tidak kunjung banyak bicara. Dia hanya mengikut dari belakang sambil membawa kantongan obat.

"Ma, Nia kemana?" Tanya Ayu.

"Sayang, kita bicarakan semuanya setelah kita semua kumpul. Ada banyak hal yang harus kita bicarakan bersama."

Perempuan itu mengambil obat yang dibeli Kara dan diberikan kepada kepada seorang perempuan.

"Kalau dia bangun, kamu langsung kasih obatnya ya. Jangan biarkan dia keluar kamar, biar saya sendiri yang menemui dia nanti." Perintahnya.

"Baik bu."

Setelah itu mereka duduk, melanjutkan pembicaraan yang sepertinya akan ada sesi Tanya jawab yang panjang nan rumit.

PulangWhere stories live. Discover now