Keadaan yang Semakin Membaik

93 3 0
                                    

*Kara POV*

Satu hal yang mulai aku sadari bahwa aku tidak bisa memisahkan mama dari keluarganya, dari anak-anak bahkan dari suaminya yang notabene adalah papaku. Tapi aku juga belum bisa menemukan Nia yang dulu. Masih berat rasanya aku untuk bersikap hangat kembali pada papa, bunda dan kedua kakakku. Meski kak Arham memahami diriku, tapi berbeda dengan kak Aku yang sepertinya masih enggan bicara denganku.

"Ma, hari ini Nia pulang terlambat ya. Soalnya Nia mau jalan-jalan ke toko buku dulu." Pamit ku saat kami sedang sarapan.

"Kamu perginya sama Rafif?"

Ah kak Rafif, bagaimana mama bisa mengenalnya? Dan apakah mama berfikir kalau aku dan kak Rafif berhubungan? Sungguh kami sudah tidak ada lagi, kak Rafif memilih melepaskan ikatannya dariku. Tapi meskipun aku tidak ingin, pilihannya ada pada kak Rafif. Aku hanya butuh waktu untuk benar-benar menerimanya. Dan aku yakin, saat itu Amanda tidak akan pernah meninggalkanku.

"Aku janjiannya sama Amanda aja ma, tidak tau kalau nanti kak Rafif mau ikut atau tidak." Jawabku.

"Kamu jaga diri saja, karena tidak selamanya mama bisa menjaga kamu."

* * *

Saat tiba di sekolah, ternyata beberapa guru sedang ada pelatihan. Salah empatnya ada guru mata pelajaran hari ini. Kami hanya diberi tugas untuk dikerjakan secara berkelompok dan diskusi. Jam sembilan pelajaran diskusi kami sudah selesai. Selanjutnya adalah pembentukan kelompok belajar. Saat itu rasanya aku lelah, melihat Syam yang sedang membantu beberapa orang belajar, aku mendekat padanya.

"Syam, aku izin ke UKS dulu ya. Aku pengen istirahat di sana."

Awalnya Syam hanya menatapku tanpa mengatakan apa-apa.

"Kalau kamu mau tulis di absen aku izin juga nggak apa-apa kok, aku bener-bener butuh istirahat sekarang."

"Yaudah, aku anterin kamu." katanya di luar dugaan.

Sebelum mengantarku, Syam berjalan ke meja ku dan mengambil buku tugasku lalu membawanya.

"Ini buku-buku kamu, kamu di sini aja sampai jam pulang sekolah, kamu kerjain tugasnya di sini." Katanya saat kami tiba di depan ruang UKS.

"Yaudah makasih ya."

Sebelum mengerjakan tugas-tugas yang ada, aku lebih memilih untuk merebahkan tubuhku dulu sampai tidak sadar kalau aku tertidur.

Aku terbangun tepat jam istirahat, kulihat di sampingku ada minuman dan roti. Aku juga melihat Syam yang sepertinya sedang memeriksa beberapa buku tugasku.

"Kamu ke kelas aja Syam, aku biar di sini aja." kataku.

Syam mengangkat pandangannya untuk melihatku.

"Kamu lupakan apa yang pernah aku bilang sama kamu dulu, semuanya sudah berlalu. Dan aku di sini bukan untuk itu, aku di sini karena aku adalah ketua kelas kamu yang harus memastikan semua anggotanya baik-baik aja. Jadi kamu tidak usah berfikir yang macam-macam."

Aku mengangguk, akhirnya beban ku semakin ringan mendengar pernyataan Syam. Meski sebenarnya apapun yang dikatakan Syam tidak akan merubah apapun hubunganku dengan dengan Rafif, setidaknya aku tidak lagi dibebani perasaan bersalah Karena membuat Syam menaruh hati padaku.

* * *

*Author POV*

Saat istirahat, seperti biasa Amanda dan Rafif akan menunggu Kara di salah satu meja yang ada di kantin untuk makan siang bersama. Mereka hanya berdua, Rafif yang biasanya gabung bersama mereka malah ikut menghilang. Melihat Musda yang juga sudah duduk bersama Afkar dan Ayu membuat keduanya semakin gusar menunggu Kara yang tak kunjung datang.

"Manda, kamu tau nggak kemana Nia tadi?"

"Nggak tau kak, soalnya pas aku mau jemput dia di kelasnya dia udah nggak ada. Makanya aku langsung ke sini, kirain dia ada di sini."

Lebih dari lima menit menunggu, akhirnya Amanda mendekat pada Musda untuk menanyakan keberadaan Kara.

"Aku nggak tau dia di mana. Aku liat dia di pelajaran pertama doang, setelah itu dia ngilang nggak tau kemana. Tapi tasnya ada kok di kelas." Jawab Musda.

"Emang dia nggak pamit gitu sama kamu, atau kamu liat gitu dia pergi kemana."

"Ya enggak, orang selama beberapa hari dia diam terus, nggak mau ngomong. Kamu coba tanyain Syam, mungkin dia izin ke Syam tadi waktu mau keluar. Secara diakan ketua kelas."

"Oh yaudah deh, makasih ya."

Amanda meninggalkan meja Musda dan kembali ke tempatnya bersama Anggar.

"Gimana?" Tanya Anggar.

Amanda mengangkat bahunya tanda tidak tau kemana Kara pergi.

Setelah melihat Syam dan menayakan kemana perginya Kara, akhirnya mereka memutuskan untuk menemui Kara sebelum makan siang di UKS. Tapi keduanya malah sedikit dibuat kesal dengan keberadaan Rafif di ruang yang sama tempat kara berada.

"Yaelah, pada di sini berdua nggak ngomong-ngomong, bingung tau kita cariin." Kata Amanda yang langsung duduk di samping Rafif.

"Nggak sengaja juga, tadi pas ngembaliin kotak P3K aku liat Stella di sini, yaudah aku samperin." Jawab Rafif.

"Oh begitu ceritanya, oh ya Nia, kamu ngapain di sini, kamu sakit?" tanya Anggar yang berdiri di samping Kara sambil memegangi dahi Kara untuk mengecek suhu tubuhnya.

"Enggak kok, tadi cuman cape aja, aku udah izin kok sama ketua kelas buat baring sebentar. Tapi katanya kalau aku mau ngerjain tugas di sini dulu juga nggak apa-apa kok. Lagian hari ini nggak ada guru yang ngaja di kelas aku, adanya tugas doang. Tapi udah selesai tugas aku."

Anggar mengangguk. Berubung waktu itu adalah jam makan siang, mereka berempat makan siang di UKS sambil menemani Kara. Yang berbeda kali ini adalah walau hubungan asmara Kara dan Rafif sudah diputuskan oleh Rafif, nyatanya keduanya masih bisa berkawan dekat. Bahkan mungkin sampai hari ini, yang mengetahui hubungan keduanya sudah berakhir hanya Amanda dab Ayu. Selain mereka, semua orang masih menganggap hubungan mereka masih terjalin sebagaimana dulu berjalan tanpa ada yang menyadarinya.

"Manda, jadikan kita cari buku hari ini?" Tanya Kara.

"Kalau aku sih jadi, kamunya yang gimana?"

"Jadilah, orang aku juga nggak kenapa-napa."

Anggar sejenak berfikir lalu ikut nimbrung dengan dua orang itu.

"Cari buku sekalian jalan deh, gue bosen juga lama-lama belajar terus buat persiapan UN."

Perkataan Rafif disetujui oleh Rafif dan membuat mereka akhirnya merekahkan senyum bahagia. Yah meski mereka tidak utuh, setidaknya ada senyum yang kembali hadir walau itu mungkin tidak akan bertahan lama.

* * *

PulangWhere stories live. Discover now