Putus?

92 3 0
                                    

Ada yang aneh dengan sikap Rafif sehari sebelum mereka berangkat menuju olimpiade. Dia selalu terlihat mengabaikan Kara. Tidak bersikap sama seperti mereka kembali bertemu.

"Manda, kenapa tuh kakak kamu?" Tanya Kara.

"PMS kali . . . ." Jawabnya asal disertai senyuma.

"Manda . . . ayo pulang sekarang." Teriak rafif dari kejauhan.

"Aku duluan ya . . . ." Pamit Amanda langsung meninggalkan Kara.

*Kara POV*

Aneh juga dengan sikap kak Rafif. Apa dia marah? Atau hubungan kami memang sudah seharusnya berakhir?

"Hoi, ngelamun aja." Musda datang bersama Afkar.

"Gimana buat besok? Udah siap?" Tanyaku.

"Berantem?"

Musda tidak menjawab pertanyaanku, tapi malah memberiku pertanyaan lagi. Aku mengalah, aku yang akan menjawab pertanyaan Musda.

"Nggak tau tuh, ggak jelas juga." Jawabku.

"Sans aja lah, ntar juga baikan. Kalo jodoh ma nggak kemana." Afkar merangkulku dan Musda dan menarik kami berjalan.

"Bener tuh." Musda melihatku.

"Tapi jodoh kamu kemana?" Tanyaku pada Afkar.

"Semenjak dia pergi, belum balik sampe sekarang. I wish dia bakalan pulang, nemuin aku, and I will say, I Love You." Afkar melepas rangkulannya dan berpose seolah sedang menyatakan perasaannya.

"Aku berharap yang sama." Ucap Amanda lalu kami berjalan.

Aku merasakan ponselku bergetar, sebuah pesan.

From kak Arham

'Besok aku antar ke sekolah jam 9.'

'Ini pemberitahuan. Bukan pertanyaan.'

Aku menarik nafas. Yah nggak bisa nolak juga.

"Besok mau di antar?" Kak Anggar mendekatiku bersama kak Ayu.

"Nggak usah deh." Jawabku yang langsung dibalas anggukan oleh kak Anggar.

"Yaudah, malam ini istirahat ya semuanya. Sampai ketemu besok di sekolah." Kak Ayu masih tersenyum pada kami.

"Kamu, izin baik-baik sama orang tua kamu. Biar teori pak Bambang kamu selalu benar." Kali ini kak Ayu hanya bicara padaku.

"Aku udah izin sama mama dari jauh-jauh hari." Jawabku.

"Udah yuk, pulang sekarang." Ajak kak Anggar.

* * *

*Author POV*

Perwakilan olimpiade SMA 17 Makassar sudah berkumpul di aula untuk pemberian arahan sebelum berangkat. Setelah itu, mereka bersiap-siap untuk berangkat.

"Aku ke toilet bentar ya . . . ." Pamit Amanda pada rekan timnya.

"Butuh ditemenin?" Tanya Musda dan Amanda bersamaan.

"Nggak usah, aku titip ini aja." Kara mengalungkan tas kecilnya pada Amanda dan memberikan ponselnya pada Musda.

Saat keluar dari area toilet wanita, Kara dikejutkan oleh kedatangan Rafif.

"Ada orang lain kan?" Rafif langsung bicara membuat Kara terdiam, tapi gadis itu mengerti maksud Rafif.

"Aku tau kamu mengerti apa maksudku, tapi kamu tidak ada salahnya kamu jujur sejak awal." Lanjut Rafif.

"Jangan sampai ada kesalahan lagi kak, kakak dengarkan aku, kita bicara berdua dan aku akan jelaskan sesuatu." Ucap Kara tenang.

"Memberi penjelasan agar kamu menjadi tidak salah. Sudahlah, mungkin memang seharusnya kita berakhir sejak dulu. Biar kamu tidak terlalu jauh, biar kita sama-sama tidak terluka."

"Kak, dengerin aku dong. Ada banyak hal yang seharusnya aku ceritakan. Tapi aku tidak bisa, aku selalu kalah oleh rasa sakit untuk itu." Kara langsung menyambut kalimat Rafif dengan nada sedikit memohon.

"Di sini sakit, tidak tau apakah bisa sembuh atau tidak. Apakah bisa ditemukan gantinya atau tidak." Rafif meletakkan tangannya ke dadanya, dekat dengan jantungnya.

"Kak . . ." Belum kalimat itu selesai, Rafif meletakkan tangannya di kepala Kara.

"Aku janji akan baik-baik saja. Tidak akan ada yang berubah." Anggar menggerakan wajahnya sebagai isyarat agar Kara pergi.

Kara menyadari bahwa isyarat Rafif seolah memintanya pergi bersama seseorang. Benar saja, saat berbalik, ada Ayu yang berdiri di sana. Mungkin itu yang membuat rafif berfikir bahwa memang Kara datangnya bersama Ayu.

"Ke depan yuk, udah mau berangkat ini." Ayu menarik lengan Kara untuk ikut bersamanya.

"Semuanya akan baik-baik aja, kamu tenang aja." Bisik Ayu.

"Jangan bilang siapa-siapa ya." Ucap Kara namun pandangannya tetap ke depan.

Saat kembali rupanya siswi yang lain sudah bersiap-siap untuk naik bus menuju bandara.

"Kita sampingan." Amanda langsung menarik Kara.

Yang lain duduk sesuai teman yang mereka inginkan, tapi Ayu dan Musda duduk berseblahan dengan Amanda dan Kara. Dalam perjalanan, Kara terus berusaha mencari momen yang tepat untuk bisa bicara dengan Amanda. Sampai waktu itu tiba saat Amanda yang menegurnya duluan.

"Napa sih? Gelisah gitu dari tadi."

"Manda, aku mau cerita . . . ."

"Cerita aja, emang kamu ada masalah lagi ya?"

Kara mengangguk. Ia sedikit mendekat pada Amanda untuk berbisik pada sahabatnya itu.

"Aku putus sama kak Rafif . . . ." Bisik Amanda.

"Hah kok hmptphhhhh?" Teriak Amanda yang membuat Kara langsung membekapnya.

"Kan aku ngomongnya udah bisik-bisik sama kamu, jangan ribut dong." Pinta Kara masih membekap mulut Amanda.

Ayu dan Musda menyadari keributan yang hampir dibuat oleh Amanda. Tanpa komentar, Musda mengangkat alisnya pada Ayu sebagai isyarat sebuah pertanyaan.

"Nggak tau lah, kamu yang harusnya mencari tau. You know what, banyak hal yang harus kamu perlajari dari mereka."

"Oh iya, akhir-akhir ini aku sering liat kakak barengan sama Kara. Kalian baikan lagi?" Tanya Musda.

Ayu terlihat mengingat-ingat, memang benar kata Musda. Hubungan mereka lebih baik. Bahkan berangkat ke sekolah pagi ini pun mereka bersaman.

"Tapi emang harus baikan sih kak sama calon adik ipar." Musda mengalihkan perhatian dan pandangannya dari Amanda dan Kara.

* * *

PulangWhere stories live. Discover now