"Cieeeee!"

Satu kelas pun bersorak ramai ketika melihat tingkah Farel tadi. Sedangkan cowok itu berlalu tak peduli menuju meja pojokan. Ara sendiri dibuat linglung.

Apa-apaan Farel tadi.

"Kenapa nih?" Tanya Clarissa yang baru saja masuk bersama Febby.

"Itu--" baru saja ada yang ingin menjawab tetapi bel tanda masuk ruangan sudah berbunyi.

Huft, Ara menghela napas lega. Mereka pun berbondong-bondong keluar kelas. Mulai hari ini dan tiga hari kedepan, mungkin hari-hari Ara tak akan jauh berbeda.

***

"Nih," Farel kembali menyodorkan susu kemasan dengan rasa yang berbeda dari tiga hari yang lalu. Hari pertama Farel membawa rasa coklat, hari kedua rasa pisang, hari ketiga rasa vanilla, dan sekarang, pagi ini cowok itu membawakan yang rasa stroberi.

Beberapa hari ini Ara menjadi terbiasa dengan kelakuan Farel itu. Bahkan untuk sekedar menolak pun Ara tak kuasa hati.

"Hari ini hari terakhir, semangat!" Kali ini Ara tersenyum, merasa tersihir oleh setiap kalimat semangat yang selalu cowok itu utarakan setelah memberinya susu. Entahlah, hal kecil seperti ini membuatnya benar-benar senang.

Beberapa jam setelahnya, ujian sesi satu selesai dan mereka pun kembali ke kelas. Ara, Febby, dan Clarissa tengah berpelukan haru. Lega rasanya ketika mereka bisa melewati Ujian Nasional tanpa hambatan. Bahkan selesai keluar dari ruangan tadi Ara langsung menangis saking leganya. Dan akhirnya pun satu kelas saling berpeluk haru.

Amosfer kelas XII 3 sangat sendu sekarang. Tak menyangka mereka berhasil melewati semuanya dengan lancar.

"Ini ujiannya udah selesai? Benaran kan? Ya ampun lega banget gue."

"Iya, gue juga nggak nyangka kita udah UN."

"Cepet banget ya."

Singkat sekali perjalan Ara di kelas dua belas. Rasanya baru kemarin ia naik kelas, dan sekarang dirinya sudah usai Ujian Nasional. Bahkan sekadar bernapas pun Ara rasanya tak ingat.

"Oke, hari ini kan kita udah selesai nih. Nah berhubung juga jabatan gue akhirnya lengser juga, sebagai tanda kesenangan gue lo semua gue traktir bakso di kantin, gimana?" Adnan berucap di depan kelas. Membuat semua temannya bersorak heboh. "Geblek! Jangan berisik. Masih ada yang ujian, oon."

"Tumben Ad, baik."

"Mau kagak?"

Semuanya pun kompak, "ya maulah!"

"Tapi jangan bilang-bilang sama yang lain, yang gue jajanin cuma yang sesi satu! Awas kalo ada yang bocor."

"Siap, mantan pak ketua!"

Siswa sesi satu di kelas XII 3 pun semuanya langsung menuju kantin. Senang rasanya sehabis lega ujian, eh dapat makanan gratis.

Adnan itu sebeanrnya memang anak baik, royal. Tapi semua itu tertutupi oleh sikapnya yang ember dan kadang sengklean. Patuh juga sih bila mengemban tugas. Cowok dengan kaca mata minus itu sebenarnya masuk juga di incaran para adik kelas, tapi berhubung Adnan mendapati kelas yang sama dengan Farel, lengser sudah harapannya punya fans dedek gemes.

Sekarang, di depan masing-masing siswa sudah bertengger mangkuk bakso dengan kepulas asap panas. Menggugah selera agar segera disantap. Seperti biasa juga di meja ketiga sahabat itu terdapat satu cowok yang ikut-ikutan nimbrung.

Justru sekarang ini dominasi si pembicara jatuh pada Farel. Cowok itu rasanya semakin kesini semakin cerewet saja. Bagaimana ambisi cowok itu ketika menyuarakan pendapatnya ketika diajak debat oleh Febby. Ah Ara jadi ingat bagaimana sikap cowok itu padanya setahun lebih ini. Bukan ge-er atau apa, tetapi rasanya Farel memang berbeda ketika memperlakukannya. Iya, sekarang Ara menjadi semakin yakin bila dirinya ikut terjebak dalam pesona cowok itu.

Lamunan Ara buyar ketika dengan sengaja ada yang menyenggol sikunya kencang. Siapa lagi bila bukan Febby pelakunya.

"Santai ngeliatinnya, gausah terlalu menunjukkan kalo lo suka. Nggak gengsi apa?" Febby berbisik pelan di telinga Ara.

Ara sontak melotot, "apaan sih, gajelas!"

Farel dan Clarissa yang tadinya berebut cemilan itu pun terpusat pada Ara yang menyentak. Tak tahu situasi, tangan mereka malah saling menggenggam karena cemilannya yang masih berada di genggaman Clarissa. Dengan tidak sopannya mata Ara malah mengarah ke tangan itu. Menatapnya lama hingga akhirnya Febby berdehem keras. Membuat Ara mengalihkan pandangan serta tangan Farel dan Clarissa yang saling melepas hingga cemilan itu jatuh tak beedosa.

"Jadi jatoh kan!"

"Lah siapa suruh lo lepas?"

"Ya elo pegang-pegang!"

Ara sendiri tak menggubris perdebatan itu. Ia memilih meneruskan makan baksonya yang sekarang sudah dingin karena asik melamun tadi.

Klunting!

Farel Adhyasta
Pulang bareng gue.
Santai, cuma nggak sengaja kepegang😉

Satu pesan masuk itu pun membuat Ara mengeryitkan dahi. Mendongak menatap Farel yang berada persis di depannya.

# # #

Hi,
Minggu lalu enggak update,
Sengaja sih soalnya di bab kemarin baru dikit yang baca.

Pis✌

Semoga suka

About YOUOnde as histórias ganham vida. Descobre agora