8.4 - CARA

54 7 0
                                    

"Malam ini tidak seperti yang kubayangkan." Ian menoleh ke arahku.

"Apa maksudnya?"

"Kukira aku tidak akan punya kesempatan bicara berdua saja denganmu. Yah, kau tahulah.. kembaranmu menculikku seharian dan kau selalu bersama Ley dan teman-temannya."

"Hmm.."

"Tapi baguslah karena sekarang aku yang berhasil menculikmu." Ian mengarahkan tangannya ke arah bulan dan tersenyum. "Aku senang."

Senang? Ian senang karena berduaan saja denganku? Kuharap dia tidak mendengar suara detak jantungku yang semakin lama semakin kencang, rasanya jantungku sudah akan melompat keluar atau berhenti berfungsi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Senang? Ian senang karena berduaan saja denganku? Kuharap dia tidak mendengar suara detak jantungku yang semakin lama semakin kencang, rasanya jantungku sudah akan melompat keluar atau berhenti berfungsi.

"Apa yang kau bicarakan dengan teman-teman Ley?"

"Mereka bilang aku tidak seperti gosip yang beredar dan ternyata asik diajak ngobrol. Untuk pertama kalinya sejak SMP, aku bisa ngobrol dengan banyak orang. Sepertinya aku harus berterima kasih pada Ley."

"Aku juga."

"Kenapa kau juga?" Aku mengernyit.

"Karena sejak Ley datang, dia bisa mengembalikan senyum di wajahmu. Dan juga, sebenarnya kita bisa kembali akrab lagi seperti sekarang juga karena Ley."

"Aku masih tidak mengerti."

Ian berdeham. "Jam berapa sekarang?"

"Jam sembilan lewat lima belas. Apa kita mau kembali sekarang? Sebentar lagi acara prom selesai, nanti Candy dan Ley mencari."

"Oke." Ian lalu berdiri dan aku mengikuti.

"Tunggu." Ujarku. "Ada sepuluh missed call dari Candy. Masa prom sudah selesai?"

Ian melihat jam tangannya. "Seharusnya belum, coba kau telepon balik. Siapa tahu penting."

Aku menurut dan menelepon Candy. Dalam hitungan detik gadis itu langsung menjawab, suaranya terdengar panik. "Halo? Apa? Aku tidak mengerti apa yang kau bilang, coba bicara pelan-pelan." Aku jadi ikut panik.

"Ley! Aku tidak bisa menemukan Ley dimanapun!" Ujar suara Candy di seberang sana masih dengan nada panik dan kesal.

"Bagaimana bisa? Kau yakin sudah mencari di semua tempat? Mungkin dia keluar cari angin sebentar? Atau jangan-jangan dia di toilet?"

"Tidak ada! Aku bahkan sudah bertanya pada teman-temannya dan mereka bilang terakhir kali melihat Ley saat acara dansa, itu sudah satu jam yang lalu!"

"Oke tunggu, aku akan membantu mencari."

"Memangnya kau dimana?"

"Di sekolah."

"Hah? Sedang apa di sana? Ian juga ada di sana? Gila ya, kalian semua pergi meninggalkanku!"

Aku langsung menutup telepon, malas mendengar omelannya. Tidak ada kami pun aku yakin Candy bisa pulang dengan selamat, temannya kan banyak!

"Ada apa?" Tanya Ian.

"Candy bilang dia tidak bisa menemukan Ley dimanapun, sepertinya kita memang barus kembali sekarang."

Ian mengangguk dan kami kembali memanjat pagar dan berlari-lari kecil menuju gedung dimana prom dilaksanakan. Aku jadi khawatir, kenapa Ley tiba-tiba menghilang?

"Kalian lama sekali!" Sambut Candy di pintu masuk dengan omelannya seperti biasa. "Aku tadi mencari Ley karena dia dinobatkan menjadi Prom King, tapi dia tidak naik ke atas panggung."

"Lalu?" Ian yang menimpali.

"Lalu aku tanya ke semua orang dan tidak ada satupun yang melihat Ley setelah acara dansa. Masa dia pulang duluan? Teleponku juga tidak diangkat!"

"Kita cari dulu di sekitar sini, kalau tidak ada baru kita pulang." Usul Ian.

Setelah itu kami mencari ke sekitar gedung, baik di dalam maupun di luar. Sesekali juga kami meneriakkan namanya, jaga-jaga siapa tahu Ley masih di sini dan pria itu mendengar. Setengah jam lamanya kami mencari, hasilnya nihil. Gedung pun mulai kosong karena acara prom sudah selesai dan semua orang berboyong-boyong pulang.

"Kalau begitu, kita pulang ke rumah sekarang." Ujarku. Ian dan Candy setuju dan kami langsung bergegas naik mobil Ian.

Ley, sebenarnya kau ada di mana? Semoga tidak terjadi apa-apa.

——

Pretty ThingWhere stories live. Discover now