1.3 - LEY

157 6 0
                                    

"Ini seragam sekolahmu, sebaiknya kau tidak bertingkah aneh-aneh dan dikeluarkan untuk yang kedua kalinya." Randy melempar seragamku di ranjang dan setelah mengatakan kata-kata singkat penuh ketajaman itu, dia langsung keluar dari kamarku.

Munafik.

Jika Sarah ada di dekat kami, pria itu berpura-pura mengasihiku. Padahal? Padahal Randy memperlakukanku dengan semena-mena. Aku bahkan tidak tahu apa salahku. Salahkah aku menghajar orang yang mengatai ibuku pelacur? Salahkah aku membenci Randy karena meninggalkan ibuku? Salahkah aku karena membenci keluarga Sarah?

Tidak.

Yang bisa disalahkan dari semua peristiwa ini hanya Randy.

Dengan kesal aku mengacak-acak rambutku dan keluar dari rumah. Mencari udara segar, mencari ketenangan.

Saat aku keluar, aku mendengar suara Cara dan Candy yang sedang bertengkar. Aku jadi salah tingkah. Masalahnya, rumah mereka tepat di depan rumah Sarah, mau tidak mau aku tidak sengaja mendengar pertengkaran mereka.

Setelah suasana sudah tenang, aku menghampiri Cara dan mengajaknya ngobrol. Cara tampak terkejut dengan kehadiranku dan memperhatikanku lekat-lekat, dia bahkan tidak berusaha menutupinya. Anehnya, bukannya merasa terganggu, aku malah tertantang untuk mencari tahu lebih banyak lagi tentang Cara. Aku tidak bisa menebak pikirannya, dan gadis yang misterius membuatku penasaran. Cara selalu membuatku penasaran.

Yah, setidaknya sekolah akan jadi sedikit lebih menarik.

----

Hari pertamaku masuk sekolah tidak buruk. Seperti Sarah, mereka menyambutku dengan baik. Beberapa orang mengajakku ngobrol dan membantuku menjelaskan banyak hal.

Saat pulang sekolah, Sam dan Victor menawariku bergabung dengan tim futsal mereka. Sebelum aku memberi mereka jawaban, aku mendengar suara orang cekikikan dan otomatis menoleh ke asal suara.

Aku melihat Cara. Cara dengan wajah kesal. Cara yang ditertawakan. Cara yang memungut ponselnya yang jatuh.

"Ah, lagi-lagi dia." ujar Victor melihatku memperhatikan Cara.

"Kau tidak perlu ambil pusing, gadis itu aneh. Dia selalu menyendiri dan berkata kasar." tambah Sam.

Aku hanya tersenyum dan meninggalkan mereka, menghampiri Cara. Aku tidak mau bergabung dengan tim yang isinya orang-orang tukang gosip.

Aku mengikuti Cara ke tempat parkir dan kami menunggu Candy di mobil kira-kira selama lima belas menit. Selama itu aku tidak mengajaknya ngobrol karena Cara mengenakan earphonenya dan terlihat sangat lelah. Aku jadi bertanya-tanya seberapa buruk gadis ini diperlakukan di sekolah. Gadis aneh? Kenapa? Menurutku Cara normal. Lebih normal daripada Candy yang sering bersikap sok imut padaku padahal dia sudah punya pacar.

"Kenapa ponselmu retak begitu?" tanya Candy dengan nada terkejut yang dibuat-buat.

Cara melepas earphone yang sedari tadi dipakainya dan memberikan Candy tatapan jijik. "Aku yakin kabar ponselku jatuh di koridor sudah tersebar luas di kalangan gengmu."

Candy tertawa terbahak-bahak.

Aku menggelengkan kepala. Tidak hanya di sekolah Cara diperlakukan dengan buruk, bahkan adik kembarnya sendiri memperlakukannya dengan tidak layak.

"Oh ngomong-ngomong, bagaimana harimu Ley? Aku melihatmu ngobrol dengan anak-anak dari tim futsal."

"Mereka menawariku bergabung dengan tim mereka, tapi aku menolak."

Candy terbelalak. "Kenapa? Kalau kau masuk tim futsal kau akan jadi terkenal, di sekolah kami tim futsal sangat populer."

Karena mereka orang-orang yang sama sepertimu.

"Aku sudah lama tidak main futsal, aku takut merugikan tim."

Candy hanya ber-"ohh" dan menyalakan musik di radio keras-keras.

----

Pretty ThingHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin