1.7 - LEY

124 8 0
                                    

Kamarku berada di lantai paling bawah. Jendela kamarku menghadap persis ke halaman depan rumah Cara. Aku bisa melihat siapapun yang keluar ataupun masuk ke dalam rumahnya karena aku suka membiarkan tirai jendelaku terbuka. Bukannya aku stalker atau apa, tapi aku mencari-cari kesempatan untuk bisa ngobrol dengan Cara sendirian. Tanpa Candy ataupun kedua orangtua kami.

Seperti sekarang.

Cara keluar dari rumah dan membuka garasi. Kurasa dia akan pergi. Aku buru-buru keluar dari rumah dan berlari menghampiri Cara.

Seperti biasa, Cara terkejut melihatku tiba-tiba muncul di depan rumahnya. Ekspresi wajahnya kocak sehingga aku pun tertawa.

"Hai." ujarku

"Hai." jawabnya masih sambil memandangiku. Kemudian gadis itu menambahkan, "Kau seperti hantu."

Aku mengerti apa maksudnya sehingga aku tertawa lebih keras lagi. "Maaf sudah membuatmu kaget."

Cara pun ikut tertawa.

Astaga, aku baru saja melihat Cara tertawa. Aku membuat seorang Cara yang selalu datar tertawa. Aku terpana untuk beberapa saat dan aku bersumpah, tawa Cara bisa membuat jantungku berdebar-debar. Aku tidak peduli jika Cara menganggapku aneh, tapi aku akan sesering mungkin mengajaknya ngobrol jika aku bisa melihat tawanya setiap hari. Kalau perlu, aku akan menjadi komedian.

Sayangnya tawa itu keburu lenyap dan sedetik kemudian nada bicaranya berubah serius. "Apa kau tidak sengaja berada di depan rumahku lagi?"

"Tidak, aku melihatmu membuka garasi sehingga aku lari ke sini."

"Oh? Untuk apa?"

"Ngobrol denganmu."

Cara menaikan sebelah alisnya. "Maaf membuatmu kecewa, tapi aku ada urusan."

Aku mengangguk. "Aku tahu, kalau tidak kau tidak mungkin membuka garasi rumahmu."

Cara hanya menatapku penuh selidik.

"Sungguh, ngobrol sebentar denganmu seperti ini saja sudah cukup. Selamat jalan." ujarku akhirnya.

Cara hanya mengangguk-angguk dan berjalan masuk ke dalam mobilnya.

Aku melambaikan tangan dan berbalik badan, bersiap untuk kembali ke rumah.

Saat itu juga, aku melihat Ian di balkon. Mata kami bertemu dan dia buru-buru masuk ke kamarnya.

Apa-apaan? Apa dia sedari tadi memperhatikanku dan Cara?

Saat aku hendak masuk ke rumah, Ian membuka pintu depan dengan kasar.

"Wow." ujarku refleks. Hampir saja aku dan Ian bertabrakan.

Ian tidak menghiraukanku dan melengos masuk ke dalam mobilnya, lalu mulai menstarter mesin. Bersamaan dengan itu, aku melihat mobil Cara melewati rumah kami.

----

Pretty ThingWhere stories live. Discover now