3.1 - CARA

76 6 0
                                    

Hari ini akhirnya aku dan Ley akan melakukan "Zombie Movie Marathon" kami yang tertunda minggu lalu. Kali ini Ley benar-benar datang, bahkan lebih cepat tiga puluh menit dari waktu yang ditentukan sampai aku kebingungan menyiapkan snack dan minuman. Candy dan Alice hanya bisa geleng-geleng kepala melihatku mondar-mandir di dapur.

"Hey, maaf lama menunggu." ujarku saat masuk kamar. Saat aku datang, Ley sedang melihat-lihat koleksi DVD zombie-ku.

"Hey." sapanya balik sambil tertawa melihatku membawa tumpukan snack yang mulai berjatuhan di lantai. "Kau perlu bantuan?"

"Tentu saja, terima kasih." dan Ley pun membantuku membawa beberapa snack yang sudah tidak mampu kutampung di tanganku.

Kami memposisikan diri kami senyaman mungkin. Aku duduk di atas ranjang dan Ley di bawah beralaskan karpet dan bantal duduk yang tentu saja, bergambar zombie dalam versi kartun. Aku pun segera mengambil remote dan menekan tombol play. "Kau siap untuk film pertama?" tantangku.

Ley mengangguk mantap. "Sangat siap."

Dan selama enam jam kemudian, kami terlibat dalam obrolan seru mengenai zombie dan bahkan sesekali melenceng ke alien atau hantu.

Tepat jam satu pagi, total kami sudah menyelesaikan tiga film dan mulai mengantuk. Kami terlibat obrolan dan perdebatan yang lebih seru dan layar TV hanya menyala untuk sekedar formalitas. Kami bahkan tidak menontonnya. Atau lebih tepatnya, kami menonton dengan pandangan kosong.

"Kau ingat Candy pernah bertanya kenapa aku selalu berpakaian tebal, panjang, dan tertutup?" tanya Ley tiba-tiba saat kami mulai kehabisan topik.

"Ya, tapi kurasa aku sudah tahu alasannya."

"Oh ya? Apa?"

"Aku membaca di internet bahwa musim dingin di Polandia sangat mengerikan, jadi kusimpulkan kau masih dalam proses beradaptasi dengan cuaca di sini."

Ley mendengus kecil. "Kau lucu sekali."

"Bukan itu alasannya?" aku menatapnya bingung.

"Bukan."

"Lalu?"

Dalam sekejap, Ley tiba-tiba berdiri di hadapanku. Aku harus mendongak untuk melihatnya karena dalam posisi duduk, butuh perjuangan untuk melihat Ley dengan tubuh jakungnya.

Pertama-tama, Ley membuka jaket yang dikenakannya, lalu detik berikutnya dia mulai membuka bajunya. Sebelum sempat pria itu melepas bajunya, aku mencegah. "Eh Ley, aku tidak tahu apa yang sedang kau lakukan, tapi jika kau ingin melakukan hal striptis, aku akan teriak sekarang."

Ley menggeleng. "Aku akan menunjukkan sesuatu."

Aku pun diam saja dan melihat Ley yang sekarang memposisikan dirinya membelakangiku melepas bajunya, lalu celana panjangnya. Satu-satunya yang dikenakannya sekarang hanyalah boxer dan aku sudah siap untuk berteriak ketika dia membalikkan badan menghadapku dan menatapku lurus-lurus.

Bukannya teriak, aku malah tercengang, terkejut, melongo, atau apapun itu. Yang pasti mulutku tidak bisa tertutup rapat menyaksikan pemandangan di depanku.

Astaga..

----

Pretty ThingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang