1.1 - CARA

219 10 1
                                    

"Sudah berapa kali kubilang, kalau kau mau pinjam mobil, beritahu aku satu hari sebelumnya!" ujarku kesal melihat Candy turun dari mobilku tepat jam dua belas malam.

"Oh ayolah, aku juga tidak tahu kalau hari ini aku akan pergi, ini undangan dadakan." Candy menyerahkan kunci mobil padaku dan dengan santainya masuk ke dalam rumah, meninggalkanku dan mobilku yang diparkir sembarangan di depan pagar.

"Aku serius, lain kali jika kau tidak memberitahuku, jangan harap aku akan meminjamimu lagi!" seruku.

"Dasar menyebalkan! Aneh! Pelit!" teriak Candy dari dalam rumah.

"Kau bahkan tidak tahu cara parkir!" balasku tidak mau kalah.

Candy tidak menjawab lagi dan kuputuskan untuk memarkir mobilku di garasi sebelum keesokan harinya aku menangis darah karena sedan antik Peugeot kesayanganku dicuri.

"Menyebalkan, aneh, dan pelit?" gerutuku. "Ya, beruntung sekali aku dilahirkan seperti itu."

"Menurutku kau tidak begitu."

Aku melompat terkejut dan menoleh ke asal suara.

Ley.

"Apa?" aku mengerutkan kening tidak mengerti. Tidak mengerti apa yang dikatakannya dan tidak mengerti kenapa tiba-tiba dia ada di sini. Di depan garasi rumahku.

Ley tersenyum mengamati wajahku yang kebingungan. "Aku kebetulan lewat dan tidak sengaja mendengar kalian bertengkar."

"Ohh.." hanya itu yang bisa kukatakan. Aku mengamati Ley yang mengenakan jaket tipis, celana jeans, dan sepatu olahraga di malam yang menjelang pagi ini. Apa tidak salah? Aku jadi merasa salah kostum dengan piyama Mickey Mouse kebesaran yang kukenakan.

"Kukira kau tidak menyukaiku, sama seperti Ian."

"Hah?"

"Kemarin lusa saat makan malam, kau tidak bicara padaku."

"Oh? Aku hanya tidak pandai bersosialisasi, atau mungkin aku memang aneh seperti yang Candy bilang." aku mencoba bergurau, tapi wajah Ley berubah serius. Aku langsung menambahkan, "Aku tidak bermaksud menghiraukanmu, hanya saja masakan Sarah sangat enak. Senang berkenalan denganmu, Ley."

Melihat uluran tanganku, Ley tersenyum dan menjabat tanganku dengan semangat. "Senang berkenalan denganmu, Cara. Sampai ketemu besok di sekolah."

"Sekolah?"

"Kau tidak tahu? Aku akan masuk di sekolah yang sama denganmu dan Candy."

"Oh ya?" aku tidak tahu harus berkata apa. Bukannya aku tidak senang, tapi..

Ley mengangguk. "Dan Cara, sungguh, menurutku kau tidak aneh." lanjutnya sambil tersenyum memamerkan kedua lesung pipinya. Detik berikutnya, dia melambaikan tangan dan berlari ke rumah Ian.

Aku hanya bisa berdiri terpaku menatap punggungnya dan mendengus kecil. Ya, memang sekarang dia tidak berpikir begitu. Tunggu saja sampai dia masuk sekolah dan melihat sendiri bagaimana semua orang menjulukiku aneh. Dia pasti tidak akan mengajakku ngobrol seperti sekarang dan lambat laun menjauhiku seperti anak-anak lain. Seperti Ian. Ian juga melakukan hal yang sama padaku. Ian berpikir aku aneh.

Satu lagi, Ley harus berhenti tersenyum seperti itu. Tidak ada yang pernah tersenyum sehangat itu padaku, berkali-kali.

----

Pretty ThingWo Geschichten leben. Entdecke jetzt