3.2 - CARA

91 10 2
                                    

"Ley.." aku menutup mulutku dengan kedua tangan dan tidak tahu harus berkata apa.

"Sekarang kau tahu kenapa aku tidak pernah memakai pakaian pendek."

"Wow, aku hanya.. tidak menyangka." aku terus mengamati tubuh Ley. Meskipun lampu kamarku gelap, namun penerangan dari cahaya layar TV sudah cukup bagiku untuk bisa melihat ukiran tattoo di setiap tubuh Ley. Ya, Ley memiliki tattoo hampir di seluruh bagian tubuhnya. Badannya, lengannya, punggungnya, dan kakinya, semua berukirkan tinta hitam. Mirisnya, ada bekas-bekas luka di beberapa tempat seperti pinggang dan perutnya. Aku bertanya-tanya dari mana asal luka itu. Dari perkelahian kah? Atau.. Randy?

Ley tersenyum sinis

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

Ley tersenyum sinis. "Randy tidak tahu. Jika Randy tahu aku ber-tattoo, kemungkinan besar aku akan ditelantarkan di Polandia."

"Kenapa kau melakukannya? Maksudku, tattoo bukan hal yang buruk. Hanya saja.."

"Aku mengerti maksudmu." potong Ley. "Aku melakukannya setiap kali Randy memukulku. Aku hanya suka dengan rasa sakit saat proses mereka mengukir gambar di tubuhku. Itu membantuku menenangkan diri. Jangan tanya kenapa, aku tahu ini aneh. Tapi ini lebih baik daripada menyakiti diriku sendiri dengan silet."

"Apa kau pernah..?"

"Cutting? Ya. Aku pernah melakukannya dan aku hampir tidak selamat karena hampir menggores urat nadiku. Saat Randy tahu, dia bukannya iba tapi malah memukuliku. Dia bilang aku lemah dan cengeng. Tapi hey, siapa yang membuatku seperti ini? Dia tidak membiarkanku bertemu ibu kandungku sendiri, setiap hari aku harus mendengar ocehannya tentang betapa buruknya sifat ibuku atau bagaimana sifatku sama dengan ibuku. Saat dia mabuk, dia selalu memukulku. Tidak cukup di rumah aku merasa penat, di sekolah aku juga dibuli." Ley berhenti sejenak. Nafasnya mulai tidak beraturan. Aku bisa merasakan betapa marahnya dia, betapa sakit hatinya dia saat menceritakan semua ini. "Aku dibuli lebih parah darimu. Aku benar-benar tidak punya siapa-siapa saat di Polandia."

"Kalau boleh tahu, ada apa dengan ibumu?"

"Dia kabur dengan pria lain. Tapi itu semua karena Randy. Karena Randy tidak bisa memperlakukannya selayaknya seorang istri. Kalau aku jadi ibuku, aku juga pasti melakukan hal yang sama. Aku menganggap Randy lah yang meninggalkannya, bukan sebaliknya."

Aku diam saja.

"Aku tahu apa yang kau pikirkan. Tapi sungguh, ibuku bukan orang seperti itu. Dia sudah terlanjur sakit hati pada Randy. Meskipun begitu dia masih peduli padaku dan berkali-kali berusaha menemuiku. Bisa ditebak, Randy tidak pernah mengizinkan. Bahkan dia menyekolahkanku di sekolah asrama yang rasanya seperti penjara."

Ley tidak berbicara apa-apa lagi setelah itu dan ada jeda cukup panjang sebelum dia menambahkan, "Cara, aku tidak tahu kenapa aku menceritakan semua ini padamu. Tapi kuharap kau tidak memberi tahu siapa-siapa."

"Tentu saja, kau tidak perlu khawatir."

Ley tersenyum dan mulai memakai kembali semua pakaiannya.

"Oh Ley,"

"Ya?"

"Selama di sini, jika Randy berani melakukan sesuatu yang buruk padamu, kau bisa datang ke kamarku kapan saja dan kita akan menonton DVD dua puluh empat jam. Kalau kau bosan dengan zombie, aku punya film lain."

Senyum Ley berkembang lebih besar. "Terima kasih."

----

Pretty ThingOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz