5.3 - CARA

53 8 0
                                    

Suhu tubuhku mencapai 37.9 derajat. Kepalaku rasanya pusing dan mataku berat, tubuhku lemas. Seharian ini aku hanya bisa berbaring di tempat tidur, makan pun hanya sedikit karena tidak selera. Aku heran, setelah minum obat aku merasa ngantuk, tapi tidak bisa tidur. Mungkin karena badanku rasanya tidak enak semua. Hhh.. jarang-jarang aku jatuh sakit, paling-paling dua atau tiga bulan sekali. Alice berkata jika besok pagi panasku belum turun, aku tidak harus masuk sekolah.

2:00

Ada pesan masuk dari Ley yang bunyinya, "Kau kemana saja seharian? Aku tidak melihatmu sama sekali.."

Aku segera memberikan balasan, menjelaskan bahwa aku sedang demam. Detik berikutnya pria itu memberi ucapan agar cepat sembuh dan aku tidak membalas lagi. Aku mencoba memejamkan mata.

3:00

Aku mengedipkan mata berkali-kali melihat siapa yang meneleponku subuh-subuh begini dan terbelalak begitu sadar aku tidak salah baca. Ian.

Ian meneleponku.

Suara pria itu serak, tidak seperti biasanya. Ditambah lagi, omongannya ngawur. Mabuk? Memintaku untuk menjemputnya? Apa-apaan? Tapi entah kenapa aku setuju dan buru-buru mengganti piyamaku dengan baju yang lebih layak, menguncir rambutku menjadi ekor kuda, dan menyambar kunci mobil.

Aku membaca alamat bar yang dikirimkan Ian melalui chat, dan langsung tancap gas. Dari rumahku ke bar tersebut biasanya membutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit atau lebih, tapi karena ini subuh dan tidak ada macet, perjalanan bisa kutempuh dengan waktu lima belas menit saja. Wow. Jika ayah dan ibuku tahu aku keluyuran jam segini, aku pasti kena marah. Tadi aku sudah berusaha sebisa mungkin tidak berisik, entah mereka sadar atau tidak. Ditambah lagi kondisiku sedang tidak fit, semestinya aku disuruh istirahat seharian.

Dari jauh aku melihat Ian berdiri di depan pintu masuk bar sambil memegangi ponselnya, entah siapa yang dia kirimi pesan. Tidak lama kemudian, ponselku berbunyi dan kali ini pesan masuk dari Ian. Isinya:

Maaf, lupakan saja. Aku sudah tidak seberapa mabuk, bisa pesan taksi sendiri..

Ha ha. Lucu sekali. Memangnya gampang mencari taksi jam segini?

"Cara?" Panggil Ian, terkejut melihatku berdiri di depannya.

"Terlambat, aku sudah di sini."

Ian menggaruk kepalanya, "maaf merepotkan."

"Tidak apa, ayo masuk." Aku lalu masuk ke dalam mobil diikuti oleh Ian.

"Aduh, tidak seharusnya aku meneleponmu dan menyuruhmu menjemputku jam segini, aku tadi benar-benar mabuk."

Aku hanya tersenyum sinis. "Kau tidak bawa mobil?"

"Tidak, aku ke sini bersama Evan."

"Oke, pertama kau merokok. Kedua, kau sekarang juga hobi minum? Wow Ian, aku merasa tidak mengenalmu. Apa lagi pagi ini, kau cuek sekali padaku."

Ian terlihat berpikir panjang sebelum menjawab, "Ada hal yang mengganggu pikiranku tadi pagi, maaf jika sikapku menyebalkan."

"Santai saja, aku sudah terbiasa. Memangnya ada hal apa?"

"Hmm.. kau tahu, aku putus dengan Candy."

Hah?

"Tadi aku meneleponnya, minta putus. Tapi sepertinya Candy tidak terima, katanya besok dia ingin bicara padaku."

"Kenapa kalian putus?"

"Bukankah dia menyebalkan, Cara? Sikap manjanya, tukang gosip, tingkahnya yang seperti tuan putri, dan tertawanya yang seperti.."

"Kuntilanak." Potongku.

"Ya, benar."

Kami tertawa.

"Ngomong-ngomong, terimakasih sudah datang." Ian menatapku dan memberiku senyumannya yang paling manis. Saat Ian tersenyum, matanya yang sipit semakin tenggelam dan wajahnya yang masih merah karena efek alkohol membuatnya terlihat seperti anak kecil. Sial.. aku jadi salah fokus.

"Sama-sama." Aku salah tingkah dan langsung pura-pura berkonsentrasi menyetir.

Malam ini, meskipun hanya sebentar bersama Ian, entah kenapa rasanya asik sekali. Rasanya nyaman, rasanya seperti kau pulang ke rumah dan disambut hangat oleh anggota keluargamu. Rasanya seperti kau tidak ingin berpisah dan berdoa supaya waktu berjalan lebih lambat dari biasanya.

 Rasanya seperti kau tidak ingin berpisah dan berdoa supaya waktu berjalan lebih lambat dari biasanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sebelum kusadari, kami sudah sampai di kompleks perumahan kami.

----

Pretty ThingWhere stories live. Discover now