3.4 - IAN

89 5 0
                                    

Aku mengemas barang-barangku dalam satu koper dengan asal-asalan. Tidak ada satu pakaian pun yang kusisakan di kos Evan. Sudah kuputuskan, apapun yang terjadi, aku akan tinggal di rumah. Keputusanku begitu bulat dan spontan setelah Candy meneleponku barusan.

"Eh, mau pergi ke mana kau?" tanya Evan saat melihatku berkemas.

"Pulang."

Seakan baru mencerna apa maksudku, Evan panik. "Tidak biasanya kau mengemas semua barangmu jika kau pulang.. Apa ini artinya kau tidak akan tinggal di kosku lagi?"

Aku mengangguk.

"Sial, mungkin bulan depan aku benar-benar akan diusir dari sini."

Aku hanya menatap temanku itu iba. "Kalau kau diusir, kau bisa tinggal di rumahku."

"Hidupku sudah cukup rumit, tinggal di rumahmu akan menambah beban hidupku." Evan tertawa. "Santai saja, aku akan mencari cara agar bisa melunasi uang kos bulan depan."

Aku menepuk bahu Evan pelan dan berpamitan padanya.

Saat aku dalam perjalanan pulang, aku mulai kembali berpikir bahwa kepulanganku adalah hal yang salah. Aku akan sering berinteraksi dengan Randy dan Ley. Tapi kemudian kuenyahkan pikiran itu jauh-jauh. Sekarang bukan mereka masalahnya. Masalahnya adalah Cara. Aku ingin memperbaiki hubunganku dengannya. Katakanlah aku sudah gila, tapi kuakui aku iri dengan kedekatan Cara dan Ley.

Aku ingin Cara kembali dekat denganku.

Aku ingin kami kembali berteman.

Aku merindukan Cara.

Saat aku sampai di rumah, Ley sedang menikmati makan siangnya. Dia hanya melirikku dan koper yang kubawa. Sementara itu, Sarah buru-buru menghampiriku.

"Kau akan tinggal di sini lagi?" Sarah menatapku penuh harap.

Aku tersenyum kecil dan mengangguk padanya. Wanita itu langsung memelukku dan mengucapkan terima kasih. Mungkin dia berpikir aku mulai ingin berbaikan dengan Randy dan Ley? Entahlah, tapi itu yang kutangkap. Dia tidak tahu saja, alasanku kembali ke rumah ini tidak ada hubungannya dengan mereka sama sekali.

"Akan kutaruh kopermu di kamar, makanlah dulu. Kebetulan aku membuatkan pasta kesukaanmu." Sarah mengiringku ke meja makan dan aku menurut saja.

Ley menatapku dengan bingung. "Kukira alasanmu kabur dari rumah adalah supaya tidak bertemu denganku dan Randy."

"Memang. Tapi jika kupikir-pikir lagi, ini rumahku. Apa untungnya jika aku yang kabur?" jawabku santai.

Kemudian tidak ada pembicaraan lagi di antara kami.

Selesai makan, aku segera melengos ke balkon kamarku dan merokok. Saat itu juga, aku melihat Cara keluar dari rumah dan mencuci mobilnya. Saat gadis itu mengusap keringat di dahinya, wajahnya malah terkena sabun. Aku tersenyum melihatnya. Cara sama sekali tidak berubah. Sekarang yang harus kupikirkan adalah, bagaimana caraku berbaikan dengannya jika dia selalu menghindariku?

----

Pretty ThingWhere stories live. Discover now