3.5 - LEY

94 3 0
                                    

Aku tidak tahu apa yang kuharapkan. Yang pasti, sejak aku memberitahu Cara rahasiaku, sejak aku menunjukan bahwa seluruh tubuhku ber-tattoo, aku pikir Cara akan takut dan menjadi segan denganku. Nyatanya, keesokan harinya sikapnya biasa saja, seakan-akan peristiwa kemarin tidak pernah terjadi. Kami bercanda seperti biasa sambil berdiskusi tentang genre film yang akan kami tonton selanjutnya. Dan kalau kemarin "markas" kami adalah kamar Cara, hari ini kami berpindah ke kamarku.

"Oh Ley, ini baru saja terlintas di otakku." ujar Cara tiba-tiba.

Aku menoleh padanya dan di saat yang sama, Cara menatapku dengan wajah serius.

"Kenapa bukan kau yang mencari ibumu? Maksudku, oke Randy tidak membiarkanmu bertemu dengan ibumu. Lalu kenapa kau tidak berusaha mencari jalan lain? Yah.. Kalau kau memang benar-benar ingin bertemu dengannya.."

"Karena aku pengecut."

Cara menaikkan sebelah alisnya.

"Di satu sisi aku ingin bertemu dengannya. Tapi, dia sudah punya keluarga baru, Cara.. Bagaimana jika saat aku menemuinya, kami menjadi canggung? Kami sudah bertahun-tahun tidak bicara. Aku takut menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri bahwa dia bahagia dengan keluarga barunya, dengan anak-anaknya, dan merasa aku seperti orang asing, atau dia tidak tahu bagaimana harus memperlakukanku di hadapan keluarganya."

"Yah.. Itu bisa saja terjadi.."

"Terima kasih, kau sama sekali tidak membantu." ujarku setengah bergurau agar pembicaraan kami tidak terlalu serius.

"Aku hanya memposisikan diriku sendiri jika aku adalah kau, aku juga pasti takut hal seperti itu terjadi. Tapi tidak ada salahnya mencoba."

Aku mengangguk-angguk.

"Aku serius. Kalau perlu, saat liburan kelulusan nanti akan kutemani kau ke Polandia." tambah Cara dengan polosnya. Aku pun tidak bisa menahan tawa.

"Kenapa?" tanya gadis itu bingung.

"Selama masih ada Randy, aku tidak akan bisa kembali ke Polandia. Dia tidak akan membiarkan hal itu terjadi."

"Kita bisa pergi diam-diam."

"Ha ha ha lucu sekali. Kau terlalu banyak menonton film."

Cara ganti tertawa, "Aku hanya berpikir itu akan seru. Petualangan mencari ibu kandung Ley di Polandia."

Aku tersenyum membayangkan bagaimana bahwa "petualangan" itu terealisasi. Tapi tidak, aku tidak punya cukup nyali untuk itu.

"Ian di kamar?"

"Ya, kenapa?"

"Oh.. Tidak. Ini aneh. Tapi mungkin aku berimajinasi. Saat aku datang tadi, Ian menyapaku."

"Aku melihatnya. Kenapa hal itu aneh?"

"Kau tahu sendiri hubungan kami tidak baik, bahkan dia mengata-ngataiku di depanmu. Astaga, jadi dia benar-benar menyapaku tadi."

"Cara Eudia, berhenti bicara pada diri sendiri dan mulai bantu aku belajar atau aku tidak bisa lulus."

Cara mengangguk dan detik berikutnya dia membantu mengajariku pelajaran-pelajaran yang tidak kumengerti. Hingga larut malam, Cara baru pulang.

----

Pretty ThingWhere stories live. Discover now