Bab 32.

149 12 0
                                    

Hamburg, Jerman.

"Let's go home," ucap salah satu teman Bintang, Albert, sambil menepuk pundaknya. Jam sekolah mereka sudah berakhir dan mereka akan pulang sekarang.

Bintang yang tadinya ingin mengirim pesan kepada Bulan pun mengurungkan niatnya. Ia memasukkan ponselnya dan menuju ke halte terdekat. Tak lama kemudian, bus datang dan mereka menaikinya.

"Indonesia," gumam Albert.

Bintang mendengarnya dan langsung menoleh ke arah Albert, begitu juga dengan Albert.

"I want to go to Indonesia. When will you go back to Indonesia?" tanya Albert.

Bintang terlihat seperti berpikir. "I don't know, maybe during the winter holidays," jawab Bintang. Bintang ingin pulang ke Indonesia karena ia rindu teman-temannya, juga rindu Bulan.

Bintang tidak sabar menunggu liburan musim dingin satu bulan lagi. Ia ingin segera pulang ke Indonesia, bertemu teman-temannya dan juga Bulan. Sepanjang perjalanan ia terus membayangkan liburannya. Saat sudah sampai di halte tujuan, Bintang turun dan berjalan kaki menuju rumahnya yang tidak seberapa jauh dari halte.

"Welcome, Dear... How is your school today?" Catherine langsung menyambut Bintang di ruang tamu.

"Just normal," jawab Bintang seadanya.

"Du siehst müde aus. Machen Sie eine Pause," potong Levy.
(Kamu terlihat lelah. Istirahatlah).

Bintang tidak mengerti apa yang dimaksud Levy. Ia belum sepenuhnya menguasai bahasa Jerman, hanya sedikit yang ia tahu. Levy yang menyadarinya pun meminta maaf dan mengulangi dengan bahasa Inggris. Bintang mengerti dan menyetujui saran Levy.

***

Jakarta, Indonesia.

Jam sekolah baru saja berakhir. Sekarang Bima, Arjun, dan Devan sedang duduk di tribun lapangan basket indoor. Saat Bima melihat Erin sekilas, Bima langsung berlari mengejarnya.

"Ngejar siapa dia?" tanya Devan.

"Nggak tau. Udahlah nggak usah ikut campur," jawab Arjun.

"Erin...," panggil Bima saat melihat Erin di ujung koridor. Erin pun menoleh.

"Apa?"

"Bulan masuk, nggak?"

"Nggak. Dia nggak masuk."

"Udah berapa hari dia nggak masuk?"

Erin tampak berpikir. "Sekitar ... tiga hari. Gue nggak tau dia kenapa. Lo tau?"

"Gue aja tanya lo. Kata lo kalau Bulan nggak masuk selama tiga hari, lo mau ke rumahnya."

"Iya. Tapi kapan, ya? Tugas gue lagi numpuk. Yaudah nanti gue kabari kalau gue mau ke sana. Gue duluan."

"Oke."

Setelah itu Erin meninggalkan Bima. Saat Bima berbalik, ia menemukan Arjun dan Devan berada tepat di depannya. Tentu saja Bima terkejut.

"Ngapain lo?" tanya Arjun dan Devan.

"Ngejar Erin."

"Ngapain?"

"Nanyain Bulan."

"Oh. Emangnya Bulan kenapa?" sahut Devan.

Malam & Siang; Perbedaan yang MenyempurnakanDonde viven las historias. Descúbrelo ahora