Bab 28.

141 12 2
                                    

Bulan dan Bintang menatap orang itu. Dan orang itu adalah Feli. Tidak disangka Feli ada di sana.

"Feli."

"Kamu ... ada apa sama Bulan?"

"Nggak ada apa-apa kok. Aku cuma ketemu Bulan di sini dan aku ngomong sesuatu sama dia. Aku senang, jadi aku refleks meluk dia."

"Ngomong sesuatu apa?"

"Itu—"

Kringg....

Bel tanda berakhirnya istirahat terdengar. Mereka bertiga kembali ke kelas masing-masing. Bulan ke kelasnya sendiri, sedangkan Feli dengan Bintang.

"Fel, ini nggak kayak yang kamu bayangin. Aku sama dia nggak ada apa-apa kok."

"Terus kenapa meluk dia?"

"Ya aku refleks aja. Aku nggak sengaja meluk."

"Yaudah terserah, tapi aku nggak percaya."

Bintang menghela napas sejenak. "Yaudah terserah, tapi kamu akan percaya."

Mereka berbelok ke dalam kelas. Baiklah, Bintang dan Feli, bisa dibilang mereka bertengkar. Feli yang terlalu cemburu dan Bintang yang.... Ah, sudahlah.

***

Bulan duduk di rooftop sekolahnya. Duduk di pinggir dan memandang ke bawah. Suasana sehabis hujan sangat cocok dengan perasaannya. Bau hujan yang ia cium menusuk indra penciumannya. Ia memikirkan kejadian tadi. Pelukan Bintang dan ... Feli.

Ia merasa tidak enak. Merasa telah menjadi orang ketiga di antara mereka, padahal tidak seperti itu kenyataannya.

Pasti mereka sedang bertengkar.

Bulan diam, menarik napas panjang kemudian mengembuskannya. Jika ia dan Bintang kembali seperti dulu dan itu akan menyakiti orang lain, maka biar saja ia dan Bintang menjadi jauh, atau bahkan menjadi orang asing lagi.

Mungkin benar kata Erin, Bulan selalu saja memikirkan kebahagiaan orang lain. Tidak pernah sekalipun memikirkan kebahagiaannya sendiri.

"Hai, sendirian aja."

Suara yang datang dari belakang Bulan membuatnya terkejut. Itu Bintang. Kemudian Bintang duduk di sebelah Bulan.

"Eh, Bintang. Bertengkar sama Feli, ya? Maaf."

"Nggak kok. Lo nggak salah. Nanti gue jelasin sama Feli."

"Tapi—"

"Udah, itu urusan gue."

"Nggak. Kalian bertengkar itu karena aku. Jadi itu salahku."

Bulan menatap lurus ke depan. Memandang semua objek yang ada di depannya.

"Bintang kalau kita dekat lagi malah membuat Feli nggak suka, mending nggak usah. Biarin aja kayak gini. Atau ... kita ... kembali kayak orang asing yang belum kenal."

"Nggak. Nggak bisa. Lagian ini bukan salah lo kok. Feli aja yang terlalu posesif dan cemburuan."

"Cewek emang gitu. Udah, biar aku aja yang menjauh, gapapa. Udah, ya, aku duluan."

Kemudian Bulan turun dan meninggalkan Bintang. Bintang bingung harus melakukan apa. Ia mematap ke bawah, kemudian mengambil ponsel yang ada di sakunya.

Bintang: Bim, tolong lo ngomong ke Bulan, kalau gue pengen dekat lagi sama Bulan. Tolong.

Bintang memasukkan ponselnya ke saku. Di saat itu juga, Bima bertemu Bulan di lapangan sekolah. Bima yang sudah membaca pesan Bintang pun memanggil Bulan.

Malam & Siang; Perbedaan yang MenyempurnakanWhere stories live. Discover now