Bab 18.

137 10 0
                                    

Setelah cukup lama berdiskusi, Bulan dan Erin memilih untuk pergi ke Punthuk Setumbu. Mereka ingin pergi ke sana pagi-pagi agar bisa melihat matahari terbit.

Pagi ini, mereka langsung pergi ke sana. Menikmati udara segar yang ada dan melihat matahari terbit yang indah. Dari Jogja ke Magelang, Jawa Tengah. Mereka hanya membutuhkan waktu perjalanan sekitar satu jam untuk ke sana. Di sana mereka sangat kagum.

"Indah sekali," ucap Bulan.

Bulan dan Erin dapat melihat Candi Borobudur dari sini yang diselimuti kabut tipis. Di sana juga terlihat Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Erin yang sudah membawa kamera pun bergerak memotretnya. Mengabadikan melalui foto. Namun, lain dengan Bulan. Ia lebih memilih untuk menggambarkan di bukunya.

Bulan mengeluarkan kertas gambar dan pensilnya, lalu memulai untuk menggambar.

"Kenapa nggak difoto aja sih? Lo kan bawa hp."

"Nggak. Lebih enak digambar."

"Habis ini kemana?"

"Bukit Rhema."

Erin tengah asyik memotret pemandangan di sekitarnya. Ia juga memotret Bulan yang sedang menggambar. Dan pemandangan yang menjadi latar belakang foto Bulan sangatlah bagus.

"Rin, kamu ngefoto aku ya?"

"Iya. Hehe."

"Ih nakal. Coba lihat. Mana."

"Nih."

"Bagus."

"Iya dong. Kan gue yang ngefoto."

Hari sudah lumayan siang. Mereka keluar dari area Punthuk Setumbu dan menuju ke Bukit Rhema. Mereka berjalan kaki dari Punthuk Setumbu ke Bukit Rhema selama kurang lebih lima belas menit.

Bukit Rhema yang dikenal Gereja Ayam sebenarnya berbentuk Merpati. Namun, banyak yang mengira berbentuk ayam. Bukit Rhema juga bukan sebagai gereja, melainkan rumah doa bagi segala bangsa.

Bulan dan Erin memasuki bangunan tersebut. Melihat semua arsitektur yang disuguhkan. Mereka menaiki setiap lantai yang ada di sana. Hingga akhirnya mereka sampai di puncak bangunan yang berbentuk seperti mahkota. Pemandangan yang disuguhkan juga tak kalah indah dengan Punthuk Setumbu.

Mereka menghabiskan waktu hampir seharian di sana. Entah apa saja yang mereka lakukan. Dan pada sore harinya, mereka kembali ke penginapan.

"Bulan, lihat deh. Bagus banget," ucap Erin saat ia melihat foto-foto di kameranya.

"Mana lihat?"

"Ini nih. Tuh, bagus banget pemandangannya."

"Iya. Eh besok ke mana lagi?"

"Sebentar." Erin mengambil buku hariannya.

"Di sini tertulis, besok kita ke Ratu Boko."

"Sekalian ke Candi Prambanan ya? Please."

"Iya."

Hari sudah mulai malam. Bulan dan Erin keluar ke teras. Erin duduk di kursi sambil menikmati teh hangat yang telah ia buat. Bulan juga duduk di sana sambil membaca buku pemberian Bima.

Aku kira saat itu, Bintang benar-benar akan menciummu. Jadi, aku memilih pergi. Aku tau, pasti hari itu, kamu diantar pulang olehnya. Iya, kan?

Iya.

Tapi kan Bintang ada jadwal latihan. Jadi aku pikir, Bintang tidak berlama-lama di rumahmu. Aku sedikit lega.

Lalu aku mendengar kabar dari salah satu anggota basket bahwa latihan dibatalkan. Saat itu aku lihat Bintang ada di parkiran sekolah. Lalu dia pergi entah kemana. Meninggalkan Sarah sendirian.

Malam & Siang; Perbedaan yang MenyempurnakanDär berättelser lever. Upptäck nu