Bab 5.

211 16 0
                                    

Bel istirahat kedua telah berbunyi. Bulan berjalan menuju kelas X IPA 1, ingin mencari Bintang untuk mengembalikan dompetnya. Namun saat ia melihat segerombolan siswa laki-laki di depan kelas tersebut, Bulan berbalik arah. Ia memang tidak suka keramaian.

"Bulan," panggil Erin dari belakang Bulan.

"Apa?"

"Dari mana?"

"Mau ngembalikan dompet Bintang, tapi di depan kelasnya ramai. Jadi nanti saja."

"Sini aku kembalikan." Erin meminta dompet Bintang dan ingin mengembalikan kepada Bintang.

"Tidak usah. Biar aku saja."

"Terserah deh."

Erin mengajak Bulan pergi ke kantin. Kemudian mereka berjalan menuju kantin. Erin membeli makanan, sedangkan Bulan hanya duduk diam di bangku kantin menunggu Erin.

"Nggak beli makanan?"

"Nggak. Nggak lapar."

"Makan di sini, apa di kelas?"

"Di kelas aja, yuk. Disini ramai."

"Kenapa emangnya?"

"Nggak apa-apa. Nggak suka aja."

Bulan berjalan terlebih dahulu menuju kelas, dan Erin mengejarnya dari belakang. Saat Bulan ingin masuk ke kelasnya, Bulan menoleh ke arah kelas Bintang, dan melihat Bintang sedang berada di depan kelasnya, sendirian. Bulan segera berlari menuju arah Bintang.

"Bintang, ini dompet kamu. Kemarin jatuh," ucap Bulan saat memberikan dompet Bintang. Bintang melihat dompetnya lalu mengambilnya.

"Oh jadi lo yang nemuin?"

"Iya."

"Tunggu.... Lo tahu nama gue dari mana? Kan kita belum kenalan."

"Aku lihat di dalam dompetmu. Maaf, lancang."

"Iya, gapapa. Makasih."

"Iya. Yaudah aku ke kelas dulu, ya. Sebentar lagi masuk."

"Iya."

Bulan meninggalkan Bintang. Bintang hanya berdiri mematung melihat ke arah Bulan. Setelah Bulan memasuki kelasnya, Bintang tampak menyesal.

Ah! Kenapa nggak sempat kenalan lagi, sih. Siapa nama perempuan itu? gumam Bintang.

Bulan kembali ke kelasnya yang ternyata sudah ada seorang guru di dalamnya. Bulan mencium tangan gurunya lalu duduk di bangkunya.

"Habis dari mana?" bisik Erin.

"Ngembalikan dompet."

"Oh."

Sebenarnya Bulan kurang menyukai pelajaran ini. Matematika. Bulan sama sekali tidak suka matematika. Ia lebih suka pelajaran seni, bahasa, dan apapun selain matematika. Bulan menatap papan tulis yang penuh dengan catatan itu, dengan terpaksa.

"Jam pelajaran ini kapan berakhir?" bisik Bulan.

"Sebentar lagi. Kurang satu jam pelajaran," jawab Erin.

"Satu jam pelajaran lagi itu berarti empat puluh menit lagi. Lamanya," gerutu Bulan.

Erin hanya diam lalu mencatat.

Empat puluh menit telah berlalu. Guru matematika sudah keluar dari kelas Bulan. Bulan sangatlah bosan. Ia terus melihat jam dinding, menghitung berapa menit lagi ia akan pulang. Sekarang tidak ada guru di kelasnya. Jam kosong. Anak-anak lain di kelas Bulan sedang bermain sesuka hati. Bulan hanya diam, diam, dan diam.

Malam & Siang; Perbedaan yang MenyempurnakanWhere stories live. Discover now