Bab 9.

162 15 0
                                    

Hari ini di sekolah Bulan sangat ramai karena akan diadakan lomba antarkelas, mengingat sebentar lagi semester satu akan berakhir. Bulan melenggang pelan menuju kelasnya.

"Hoy," suara yang sangat familiar itu mengagetkan Bulan. Bulan menoleh ke arah suara tersebut.

"Apa?" jawab Bulan.

"Mau ke kelas?"

"Iya."

"Nanti pulang sekolah ikut gue bentar, ya?"

"Ke mana?"

"Udah ikut aja."

"Bundaku—"

"Gue udah izin."

Sebelum Bulan kembali bertanya, orang tersebut langsung berlari menuju kelasnya. Sementara Bulan berbelok ke koridor sebelah kiri dan masuk ke kelasnya.

"Rin," panggil Bulan setelah ia duduk di bangkunya.

"Apa?"

"Heran sama Bintang," ucap Bulan sambil mengeluarkan sebuah buku novel—seperti biasanya—dari dalam tasnya.

Erin yang tadinya fokus chat dengan salah satu temannya kini melihat Bulan dengan serius. "Heran kenapa?"

"Dia tahu rumahku?"

"Ya gue nggak tahu. Kan yang lebih kenal sama Bintang itu lo. Kenapa, sih?"

"Tadi dia ngajak aku pergi nanti pulang sekolah. Katanya udah izin bundaku."

"Bulan, dia bilang kayak gitu biar lo mau pergi sama dia. Peka dikit napa."

"Oh gitu. Ya maaf. Aku nggak pernah kayak gini sebelumnya."

Erin kembali menatap layar ponsel yang menampilkan sebuah roomchat.

Karena sebentar lagi lomba akan dimulai, jadi semua siswa harus keluar menuju tempat lomba, alias lapangan sekolah. Para OSIS mendatangi setiap kelas untuk menyuruh seluruh anggota kelas keluar.

"Ayo keluar, lomba sebentar lagi dimulai," ucap salah satu anggota OSIS yang mendatangi kelas Bulan.

Bulan melihat ke ambang pintu kelas, ingin tahu siapa yang mendatangi kelas mereka. Bulan berharap itu Bintang. Ternyata salah. Itu Bima, teman Bintang. Erin dan Bulan keluar dari kelas secara beriringan.

"Ehm...," Bintang berdeham di luar, tepatnya di sisi kanan pintu kelas Bulan. Bulan menoleh ke arah suara tersebut dan mendapati Bintang berada disitu dengan mengenakan jersey basket andalannya.

Bulan berdiri mematung, terpaku. Apalagi saat melihat Bintang. Bintang terlihat lebih cool dan tampan daripada biasanya.

"Udah ayo," ucap Erin dengan menyikut lengan Bulan lalu ia melenggang mendahului Bulan.

"Aku ke lapangan dulu, ya," pamit Bulan kepada Bintang.

"Iya," jawab Bintang. Lalu Bulan berjalan menjauhi Bintang.

"Bulan," panggil Bintang tiba-tiba dan berhasil membuat langkah Bulan berhenti. Entah mengapa jantung Bulan berdetak melebihi ritme biasanya. Lalu Bulan berbalik.

"Dukung gue tanding, ya, nanti," ucap Bintang dengan senyum kecil yang menurut Bulan itu sangat manis. Bintang sudah berjalan pergi, tapi Bulan masih meleleh di tempat.

"Woy, Bulan! Ayo keluar. Mau gue tarik secara paksa biar lo keluar?" teriak Erin dari belakang Bulan.

"E-eh, iya, Rin. Santai dikit napa," jawab Bulan lalu menyusul Erin.

Sesampainya di lapangan tempat lomba dilaksanakan, Bulan dan Erin memilih posisi yang pas untuk melihat lomba. Tempat yang teduh dan bisa leluasa melihat lomba. Ya, lomba itu berada di lapangan outdoor sekolahnya. Jadi, maklum jika banyak siswa yang mencari tempat teduh.

Malam & Siang; Perbedaan yang MenyempurnakanWhere stories live. Discover now