Bab 23.

129 9 0
                                    

Hari sudah pagi. Matahari mulai keluar dari peraduannya, menciptakan sinaran surya yang hangat. Bulan terbangun. Ia membuka gorden yang menutupi jendela kamarnya, lalu ia menyusul bundanya di dapur.

"Eh, Bulan udah bangun," ucap bunda dengan tangan yang terus memotong bumbu masakan.

Bulan tidak menjawab apapun. Ia hanya diam. Bulan masih kepikiran tentang kejadian kemarin. Tamparan Bintang, bentakan Feli, dan perkataan Erin yang setelah ia pikir ternyata benar juga. Bulan terlalu hanyut dalam pemikiran itu semua.

Bulan mengambil alih kegiatan yang tadi dilakukan bundanya—memotong bumbu masakan. Bundanya beralih merebus air. Bulan memotong bumbu dengan perlahan, namun pikirannya berkelana kemana-mana.

Bunda menyandarkan tangannya di kitchen bar dan menatap Bulan, "Bulan kenapa? Ada masalah?"

Bulan hanya menggeleng pelan tanpa menoleh ke arah bunda, lalu melanjutkan kegiatannya.

"Bicara pada bunda, ada apa?"

"Sebenarnya ... Bulan berantem sama ... Bintang," jawab Bulan pelan.

"Karena apa?"

"Nggak penting kok, Bun. Nanti juga selesai sendiri."

Setelah bunda menyuruhnya mandi, Bulan meninggalkan dapur lalu berjalan menuju kamar mandi.

***

Bima, Arjun, dan Devan berangkat bersama hari ini. Iya, tidak ada Bintang. Sejak kejadian kemarin, persahabatan mereka merenggang. Saat di kelas pun mereka terlihat seperti bermusuhan.

"Bintang gimana ya keadaannya?" ucap Devan tiba-tiba.

"Ngapain sih mikirin anak itu," sahut Arjun.

"Udah udah," ucap Bima.

Sesampainya di sekolah, mereka segera memasuki kelas. Saat berada di depan kelas, netra mereka menangkap Bintang bersama Feli dari arah kantin.

"Makin deket aja mereka. Gue bingung harus senang apa sedih," ucap Bima.

Arjun dan Devan menatapnya bingung.

"Maksud lo?" Devan mencoba bertanya apa maksud perkataan Bima.

"Nggak. Nggak apa-apa."

Lalu Bima mendahului kedua temannya memasuki kelasnya. Bima bingung. Ia harus senang karena Bulan dan Bintang semakin jauh, atau harus sedih karena jaraknya dan Bintang merenggang. Selain itu, ia juga merasa sedih jika ia memikirkan perasaan Bulan. Ah, sungguh rumit.

Di kelas lainnya, terlihat Erin sedang berbicara dengan Bulan.

"Rin, aku kok ngerasa nggak enak, ya, sama Bima dan temen-temennya."

"Nggak enak gimana?"

"Ya nggak enak aja gitu. Gara-gara aku, persahabatan mereka renggang."

"Ya itu bukan salah lo, Lan. Salah Bintang sendiri, ngapain pake gituin lo. Dasar. Cowok brengsek."

"Nanti aku mau ngomong sama Bima."

"Ngomong apa lagi?"

Bulan menghela napas pelan, "Kalo aku nggak mau mereka bermusuhan kayak gini cuma gara-gara aku."

Malam & Siang; Perbedaan yang MenyempurnakanDonde viven las historias. Descúbrelo ahora