55

240 32 14
                                    

Tiga hari semenjak kejadian malam itu, sikap Nadila sedikit berubah. Ia menjadi lebih diam dan sering menghindar.

"Kamu kenapa?" Tanya Stephan yang tiba-tiba saja muncul di hadapannya.

"Gak apa-apa" Nadila memalingkan wajahnya dan kembali melanjutkan langkahnya.
Stephan menyusul Nadila untuk mendengarkan jawaban yang ia inginkan.

"Bunda, Mama, Ayah, Papa Kak Ravien dan Kak Sinka sering nanyain kamu. Mereka khawatir sama kamu" Nadila menghentikan langkahnya dan menatap mata Stephan.

"Khawatir?" Stephan mengangguk.
Nadila sempat terdiam beberapa saat lalu melanjutkan langkahnya tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Hal itu tentu membuat Stephan bingung. Apa yang harus ia katakan pada Mama dan Bunda nya nanti? Semalam saja, Nadila memilih tidur di negeri sihir, biasanya ia akan selalu beristirahat dirumah.

Stephan kembali mengingat-ingat, apakah ia ada berbuat salah beberapa hari ini?

"Gak ada kayaknya" ucapnya. Stephan segera pergi untuk menemui Kakaknya, mungkin jika dengan Ravien ia akan mau bercerita.

~~~

Ravien berjalan berkeliling desa untuk mencari Nadila.
Setelah mendengar cerita dari Stephan, Ravien semakin yakin jika ada yang tidak beres dengan Nadila.

Karena tak kunjung menemukan Nadila, Ravien mengutus beberapa prajurit termasuk Eve untuk mencari Nadila.

Dua puluh menit kemudian, prajurit yang diperintahkan untuk membawa Nadila pun tiba.

"Dimana Valkyrie?" Tanya Ravien. Ia sengaja menunggu di luar istana, lebih tepatnya di pos penjagaan.

"Valkyrie sedang.."

"Aku disini" ucap Nadila. Ravien melihat kearah belakang prajurit itu dan disana sudah ada Eve juga Nadila.

Ravien memperhatikan ekspresi wajah Nadila yang tidak seperti biasa.
Biasanya gadis itu selalu terlihat ceria dan bersemangat, namun berbeda kali ini. Hanya ada ekspresi wajah yang datar.

"Terimakasih, kalian boleh kembali" Para prajurit itu kembali ke dalam istana.
Eve pun mengatakan ingin pergi untuk kembali berlatih.

Kini hanya tinggal Ravien dan Nadila disana.

"Aku mencarimu kemana-mana" Ravien mencoba memulai pembicaraan.

"Kenapa Kak?"

"Seharusnya aku yang bertanya, kenapa?" Bukannya menjawab, Nadila malah memperhatikan sekelilingnya.

"Apa mempertahankan kerajaan ini.. harus menghalalkan segala cara?" Tanya Nadila sambil memperhatikan anak-anak yang sedang bermain tak jauh dari mereka.

"Bisa iya, bisa gak. Kenapa?"

"Apa memiliki kekuatan dan kekuasaan bisa bebas melakukan segalanya?" Ravien diam. Ia mencoba menebak apa maksud dari semua pertanyaan Nadila padanya.

Nadila tiba-tiba berbalik menatap Ravien.
"Kalau yang jadi Raja itu Kak Ravien, bagaimana? Apa Kakak merasa bebas melakukan segalanya?"

"Aku sama sekali gak ngerti arah pembicaraan kamu. Tapi untuk aku pribadi, menjadi Raja itu gak mudah. Karena tanggung jawab semakin besar, semakin besar tanggung jawabmu, kamu harus bisa mengontrol diri untuk gak semena-mena dan belajar untuk gak menggunakan kekuasaan itu untuk kepentingan pribadi" Jelas Ravien.

"Mungkin, diantara banyaknya orang disini. Aku cuma gak akan tega untuk nyakitin Kakak"

"Maksudnya?" Nadila menggeleng.

Two Moon [END]Место, где живут истории. Откройте их для себя