54

232 32 12
                                    

Shani dan Sinka sedang berada di kamar Ravien, menunggunya untuk sadar. Sedangkan Gracia, sibuk mengurus Okta yang juga tumbang karena kelelahan menenangkan Stephan yang mengamuk setelah melihat Ravien dibawa menuju istana dalam keadaan terluka lalu mengobati luka di tangan Ravien. Energinya benar-benar terkuras.

"Dasar pembohong" batin Sinka.

Entah sudah berapa kali Sinka mengatakan hal itu untuk Ravien yang tak kunjung sadar, ia sudah lelah menangis dari semalam.

"Sin, Bunda ke dapur dulu ya, mau masak buat makan siang. Titip Ravien" Sinka mengangguk.

Sebelum Shani berdiri dari tempatnya, tangannya seperti digenggam. Ia menoleh dan melihat anak semata wayangnya itu perlahan membuka matanya.

"Akhirnya kamu sadar juga" Shani hampir ingin menangis karena terlalu bahagia.

Ravien tersenyum, matanya melirik kearah Sinka namun gadis itu memalingkan wajahnya. Shani yang melihat hal itu pun memberikan waktu untuk keduanya berbicara.

"Bunda tinggal ya? Mau masak, kamu dari kemarin gak makan" Ravien mengangguk.

"Maaf" Ucap Ravien ketika Bunda nya sudah meninggalkan mereka.

"Aku capek denger maaf kamu" Sinka masih enggan menatap kekasihnya. Tanpa sadar, airmata menetes dari sudut matanya.

Ravien berusaha untuk bangun dari tidurnya dan menggenggam tangan Sinka.

"Sekali lagi aku minta maaf. Kamu mau jalan? Kita jalan malam ini" Sinka langsung berbalik menatap tajam Ravien.

"Kamu gila?! Kamu baru aja sadar dan sekarang kamu ngajak aku jalan?!"

"Aku sudah baikan"

"Dasar pembohong"

"Aku serius" Ravien langsung bangkit dari tempat tidurnya. Ravien berusaha menjaga ekspresinya agar Sinka tidak mengetahui jika ia sedang menahan rasa sakitnya.

"Vien.."

"Kali ini kita akan benar-benar jalan seperti janji aku sebelumnya, tapi sebelum itu aku mau ke istana sebentar" Sinka langsung memicingkan matanya.

"Lama-lama kamu bikin aku trauma denger kamu ngomong mau ke istana" Ravien tersenyum lalu duduk dihadapan Sinka.

"Aku pergi cuma mau nyampein laporan aku, Ayah juga gak mungkin biarin aku dalam keadaan gini"

"Janji? Janji kamu gak akan ikut campur kalau tiba-tiba nanti ada yang nyerang?" Ravien mengangguk.

"Kalau kamu gak percaya, kamu boleh ikut aku. Aku benar-benar cuma nyampein laporan dan setelah itu kita jalan" Sinka langsung memeluk Ravien.

"Aku kesel sama kamu. Kamu pasti gak bisa ngitung dan nginget berapa kali kamu bikin aku nangis karena khawatir sama kamu, karena kamu terlalu sering ngelakuin itu." Ravien membalas pelukan Sinka sambil tersenyum.
Ia mengerti, Sinka marah karena peduli padanya.

~~~

Ravien bersama Sinka memasuki istana. Mereka langsung menuju ruangan tempat para petinggi istana berkumpul jika ingin membahas hal yang penting dan rahasia.

"Kamu tunggu disini" ucap Ravien sebelum ia membuka pintu ruangan itu, disana sudah ada Ayah, Papa, Stephan, penasihat kerajaan, Jessper, Naomi dan tiga orang pemimpin pasukan rahasia Raja.

"Maaf saya terlambat" Ucap Ravien.

"Bagaimana keadaanmu?" Tanya Naomi.

"Sudah lebih baik"

Two Moon [END]Where stories live. Discover now