46

266 41 10
                                    

Ditengah latihan pertarungan, Ravien tiba-tiba saja muncul dan memukul kedua murid yang sedang berlatih.
Keduanya terlempar kearah yang berlawanan.

"Jangan membuat guru kalian malu dengan melakukan hal bodoh" Ucap Ravien.

Ia muncul dengan pakaian yang rapi, lengkap dengan jubah putihnya.

"Kalian belajar disini untuk menjadi orang hebat yang bisa menjaga negeri kalian

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kalian belajar disini untuk menjadi orang hebat yang bisa menjaga negeri kalian. Melindungi kerajaan kalian. Bukan untuk menyombongkan diri dan menjatuhkan orang lain. Sihir kalian digunakan untuk melindungi. Bukan untuk mencelakai yang lain. Kesombongan, hanya akan mengantarkan harga diri kalian ke titik terendah"

Ravien sudah cukup menahan diri dengan melihat juniornya melakukan latihan dengan cara yang berlebihan seperti itu. Mungkin ia tidak akan semarah itu, jika yang mereka hadapi adalah monster yang di panggil dengan sihir. Tapi, ini adalah teman mereka sendiri.

Ravien menghampiri guru Leyona. Ia masih mengingat ciri khas gurunya itu saat sedang mengajar.

Jika memasuki sesi latihan. Guru Leyona selalu memerintahkan muridnya membentuk tim masing-masing tiga orang dan nantinya, dia sendiri yang akan menentukan tim yang akan bertarung. Biasanya, gurunya itu akan menghentikan jika latihan sudah masuk ke tahap berbahaya. Namun kali ini berbeda.

"Maaf, guru. Kenapa Anda membiarkan mereka berlatih sampai seperti ini?" Leyona tersenyum tipis.

"Karena aku tau kau ada di sini menyaksikan semuanya. Aku ingin beristirahat. Kuberikan kelasku padamu. Perlihatkan pada mereka, siapa murid kebanggaanku ini" Ucap Leyona. Ia mengambil jarak dari para muridnya.
Dengan sedikit sihir, ia memunculkan kursi dan meja. Ia benar-benar serius hanya akan menjadi seorang penonton sekarang.

Ravien mengabaikan suara para murid perempuan yang memanggil namanya.  Ia berdiri di tengah-tengah mereka.

"Latihannya mudah. Kalian hanya perlu berkerja sama untuk mencabut bendera kecil ini dan memberikannya padaku. Yang kalah akan mendapatkan hukuman. Kesalahan satu orang akan ditanggung oleh tim nya."
Ravien menancapkan tiga bendera ketanah lalu meninggalkannya.

Stephan menarik tangan Nadila yang hendak maju mencabut bendera yang berada di tengah.
Stephan mengetahui bagaimana pola pikir kakaknya. Itu tidak mungkin sesederhana itu.

"Tunggu disini. kak Ravien tidak mungkin memberikan tes yang mudah"

Dan benar saja. Sebelum mereka berhasil mendekati bendera itu, monster besar berwujud singa berkepala dua itu muncul.

Para murid tiba-tiba terdiam. Beberapa dari mereka terduduk lemas melihat monster di depan mereka.

"Kemana perginya jiwa membunuh kalian tadi?!" Bentak Ravien.

Tidak ada satu orangpun yang berani menyerang monster itu.
Ravien kembali menghampiri mereka dengan tatapan dinginnya.

"Kalian tidak pantas di sebut kesatria" Ucap Ravien. Ia menggunakan kekuatannya untuk mendorong kuat para murid hingga terpental cukup jauh.

Two Moon [END]Where stories live. Discover now