8

456 66 8
                                    

Gracia membawa Sinka menuju kamar tamu.
"Minum dulu." Gracia memberikan segelas air putih pada Sinka.

"Terimakasih, tante." Gracia tersenyum

"Hmm.. Kayaknya Okta juga masih lama pulangnya. Mau denger cerita sebentar gak? Mungkin dengan begitu, kamu bisa ngerti dengan semua yang kamu lihat barusan." Gracia menyuruh Sinka untuk berbaring di atas kasur, setelah menyelimuti tubuh Sinka hingga sebatas dada. Gracia duduk di samping Sinka.

"Dulu kami juga seperti itu, sama terkejutnya dengan kamu saat ini. Kami hanya gadis biasa yang beruntung bisa mendapatkan Cinta seorang Panglima kerajaan yang tangguh. Kami merasa bersyukur di setiap detiknya saat mengingat kembali, apa yang telah kami miliki setelah bertemu mereka. Ravien hanya ingin mencoba membuktikan ke kamu, siapa dirinya yang sebenarnya. Karena kalau hanya sekedar ucapan saja, kamu, dan bahkan semua orang pun akan beranggapan kalau dia adalah orang gila." Jelas Gracia.

"Jadi, yang tadi itu.."

"Nyata. Semua yang kamu lihat itu nyata. Ravien dan Stephan memang bukan manusia biasa, walaupun mereka terlahir dari rahim seorang manusia biasa, tapi mereka lahir dan tumbuh persis seperti Ayah dan Papa mereka."

"Apa orang di luar sana tau tentang mereka?" Gracia menggeleng.

"Tidak ada yang tau. Karena mereka berbeda, mereka gak bisa sekolah di sini. Mereka sekolah di kerajaan sihir Biru. Mereka anak-anak yang baik, hanya saja mereka belum bisa untuk mengontrol emosi dan kekuatannya. Terlebih, Ravien. Dia orang yang sangat pemarah. Memancing emosinya semudah membuat roti bakar." Gracia mengingat bagaimana Ravien yang sangat marah saat teman sekelasnya mengotori syal kesayangannya.

-Flashback

Saat itu, Ravien dan keluarganya sedang menghadiri acara kerajaan. Dan secara tidak sengaja salah seorang teman sekelas Ravien yang juga ikut menghadiri acara itu, menumpahkan minuman dan mengotori Syal Ravien.

"Syal ku.." Ravien tampak kesal sekali melihat noda di syal nya. Syal itu hanya di gunakan Ravien pada hari-hari tertentu. Karena syal itu adalah hadiah dari Bunda nya.

"Aku tidak sengaja." ucap anak laki-laki itu. Dan tanpa menunggu jawaban dari Ravien atau peduli Ravien akan memaafkannya atau tidak, anak laki-laki itu langsung ingin pergi untuk mengambil minuman lain untuk mengganti minumannya yang telah tumpah tadi.

"Minta maaf pada Bunda ku." Ravien menahan pundak anak laki-laki itu. Ia memikirkan bagaimana reaksi Bunda nya jika melihat syal itu kotor.

"Tidak mau, itu hanya syal. Kau bisa menyuruh ibu mu mencuci nya nanti." ucapan anak laki-laki itu sukses membuat emosi Ravien semakin naik.

'Diffindo' baju bagian belakang anak laki-laki itu sobek besar membuat punggungnya terlihat dengan jelas.

'Aura ini..' Vino langsung mengedarkan pandangannya mencari anaknya. Sebelum anaknya itu menghancurkan acara ini.

"Minta maaf atau tubuhmu yang akan bernasib sama seperti bajumu itu." ucap Ravien dengan wajah dingin.

"Ada apa ini?" Vino berdiri diantara kedua anak laki-laki itu.

"Dia mengotori syal ku dan tidak mau meminta maaf." jawab Ravien dengan tatapan tajam yang tak lepas dari anak laki-laki di hadapannya.

"Apa itu benar?" tanya Vino.

"Aku sudah mengatakan jika aku tidak sengaja."

"Tapi kau belum meminta maaf. Aku tidak menyuruhmu untuk meminta maaf padaku, tapi aku menyuruhmu untuk meminta maaf pada Bunda ku." sambar Ravien.

Two Moon [END]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora