28

337 48 4
                                    

Selama pelajaran berlangsung, Ravien terlihat diam seperti memikirkan sesuatu. Sesekali ia melirik ke arah Sinka yang berada di sampingnya. Ingatannya kembali pada kejadian di kantin yang masih membuatnya kesal hingga detik ini.

-Flashback

"Bisakah kau berhenti menatap pacarku? Itu membuatku kehilangan nafsu makan" Ucap Ravien. Ia sudah tak bisa membiarkan laki-laki bernama Nabil itu terus-terusan menatap Sinka.

"Pacar?"

"Iya, ada masalah?" Ravien meletakkan dengan tenang sendok dan garpu yang di tangannya.

"Vien.." Sinka menyentuh lengan Ravien. Ia tidak ingin Ravien membuat keributan di hari pertama mereka bersekolah.

"Santai, bro. Gue gak tau kalau dia itu pacar lo" Ucap Nabil.

"Dia pacar dan akan segera menjadi istriku. Jadi, kalau kau mempunyai pikiran untuk merebutnya dariku. Lebih baik kau lupakan. Karena aku tidak akan memberikannya pada siapapun." Tegas Ravien

Sinka, Stephan dan juga Nadila terdiam mendengar ucapan Ravien yang begitu blak-blakan.

"Vien, udah ya?" Nabil melihat ke arah tangan Sinka yang melingkar di lengan Ravien. Ia tersenyum tipis melihat pemandangan yang sedikit menyakitkan itu.

"Gue Cuma mau berteman aja kok" Nabil berdiri dari tempat duduknya.

"Sampai ketemu lagi" Ucap Nabil, sebelum ia meninggalkan meja tempat Ravien dan yang lainnya berada.

-Flashback end

"Kenapa?" Tanya Ravien saat melihat Sinka yang terlihat gelisah.

"Hmm, aku mau ke toilet" Jawab Sinka dengan sedikit berbisik.

Ravien berdiri dari kursinya.

"Ada apa, Ravien?" Tanya Guru yang sedang mengajar di kelas Ravien.

"Saya ingin mengantarkan Sinka ke toilet" Semua langsung melihat kearah Sinka. Meski Sinka tidak melihat mereka, tapi ia bisa merasakannya.

"Kamu laki-laki, mana mungkin Saya mengijinkan kamu menemani Sinka." Ucap Guru itu.

"Apa yang salah? Saya hanya mengantarkannya sampai di depan saja, tidak ikut masuk atau berbuat yang macam-macam" Bela Ravien.

"Biar Saya saja yang mengantarkan Sinka, Bu" Ucap salah seorang murid perempuan.

"Ya sudah. Angel, tolong kamu antarkan Sinka ya" Ravien kembali duduk di kursinya, matanya tak lepas melihat kearah Sinka dan Angel.

"Padahal jika di izinkan. Saya juga tidak akan macam-macam pada Sinka." Ravien masih tampak tidak terima.

"Itu sudah aturannya. Ayo, semua kembali mencatat"

Ravien kembali mencatat di bukunya. Tapi pikirannya terus memikirkan Sinka.
Dia merasa ada yang salah, tapi dia tidak tau itu apa.

Lima menit berlalu, Sinka tidak kunjung kembali.
Hingga...

Deg..

'Ini.. Sihir' Batin Ravien.

Tanpa meminta izin pada Gurunya. Ravien langsung berlari keluar kelas untuk menemukan Sinka.

Ravien menerobos kerumunan siswa dan siswi yang berkumpul di depan toilet perempuan.

"Ada apa?" Tanya Ravien.

"Aku gak tau, Sinka tiba-tiba pingsan pas lagi cuci tangan" Ravien mengedarkan pandangannya, tapi ia tidak menemukan apapun.

"Kita mendingan bawa Sinka ke UKS deh. Biar dia bisa istirahat dulu di sana" Ravien menggendong tubuh Sinka dan mengikuti Angel menuju ruang UKS.

Two Moon [END]Where stories live. Discover now