21

363 59 6
                                    

Okta memerintahkan Delion dan Archy  untuk membawa Ravien dan Stephan kembali ke rumah mereka.

Sedangkan Okta, ia membawa tubuh Vino.

"Gre sama Shani tolong bawa Sinka sama Nadila ya" Gracia mengangguk.

Gracia melirik kearah Kakaknya yang terlihat sangat sedih dan mencoba berusaha tetap kuat.

"Jangan berpikir Saya akan melupakan kejadian ini. Saya sama seperti Panglima Vino. Jika ada yang mengganggu atau sampai melukai keluarga kami, maka kami akan melakukan pembalasan. Saya bersumpah akan meratakan kerajaan ini jika terjadi sesuatu pada Panglima Vino dan anak-anak Saya" Ucap Okta sebelum pergi meninggalkan dunia Sihir itu.
~~~

Okta membaringkan tubuh Vino di kasur dikamar tamu.

"Panglima, Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Tanya Delion.

"Entahlah, aku hanya bisa menghentikan pendarahannya saja. Tapi saat aku ingin menyembuhkan lukanya, ada kekuatan yang melawan sihirku. Apa kau melihatnya? Api biru itu, aku rasa itulah penyebabnya" Delion mengerutkan keningnya.

"Aktifkan kekuatan matamu, dan perhatikan baik-baik luka Panglima Vino" Delion menurut, ia mengaktifkan kekuatan matanya dan melihat kearah luka di perut Vino.

Ia sangat terkejut, dengan apa yang ia lihat saat ini. Ada api biru yang masih menyala pada luka di tubuh Vino, meski hanya api kecil, tapi tetap saja itu adalah suatu hal yang aneh bagi dirinya. Dan yang mengganggu pikirannya adalah, mengapa ia tidak bisa melihat api itu kecuali ia mengaktifkan kekuatan matanya seperti sekarang ini?

"Okta.." Gracia memeluk tubuh tegap Okta. Ia takut terjadi sesuatu yang buruk terjadi pada keluarganya.

"Tenanglah, semua akan baik-baik saja" Okta pun membalas pelukan Gracia, mencoba menenangkannya.

"Tapi Kak Vino.."

"Kau lupa kalau dia Panglima terkuat? Dia akan baik-baik saja. Bagaimana dengan anak-anak?" Tanya Okta.

"Nadila lagi nemenin Sinka sama Ci Shani di kamar. Ravien sama Stephan lagi di kamar juga di jagain sama Archy" Okta melepaskan pelukannya lalu menatap mata Gracia.

"Kau bisa membawa Nadila kesini?" Gracia mengangguk kemudian keluar dari kamar tersebut untuk memanggil Nadila.

"Delion, tolong beritahu Archy. Jika Ravien sudah sadar, suruh dia untuk ke sini. Kurasa hanya dia yang bisa menyembuhkan luka ini" Delion mengangguk paham dan segera keluar untuk menemui Archy.

'Aku tau kau Panglima yang kuat. Sadarlah, jangan buat Shani dan kami semua khawatir seperti ini' Batin Okta

Tok.. Tok.. Tok..

Gracia datang bersama Nadila untuk menemui Okta.

"Kenapa Stephan dan Kak Ravien lama banget sadarnya? Terus Kak Sinka kenapa? Kenapa dia diam terus? Biasanya Kak Sinka selalu ngajakin aku ngobrol. Terus yang tadi itu apa? Kenapa bisa.."

"Tenang dulu gadis kecil" Potong Okta, mungkin jika ia tidak menghentikan ucapan gadis kecil itu. Maka ia akan pusing karena mendengar begitu banyak pertanyaan yang keluar dari gadis yang berhasil mencuri hati anaknya itu.

"Om Vino kenapa? Kenapa Om Vino gak di bawa kerumah sakit? Nanti Om Vino bisa meninggal karena kehabisan darah. Kalau..."

"Gre, tolong tenangkan anak ini" Okta memijit keningnya karena pusing dengan banyaknya pertanyaan.

"Nadila, Om Vino udah di obatin. Cuma belum ganti baju aja. Kamu dengerin dulu ya, Om Okta mau ngomong" Nadila mengangguk tanda mengerti.

Okta menghela nafas lega, akhirnya gadis kecil itu bisa diam juga.

Two Moon [END]Kde žijí příběhy. Začni objevovat