16

393 65 12
                                    

"OKTA, NGALAH GAK SAMA ANAK KAMU." Sejak awal pertarungan itu di mulai, Gracia menjadi yang paling tak bisa diam.

"Astaga, Gre. Telinga kita bisa tuli gara-gara suara kamu." Tegur Shani.

"Ci, apa ini gak terlalu berlebihan?" tanya Gracia.

"Kamu tau sendiri Gre, gimana keras kepala nya mereka." jawab Shani. Matanya tak lepas dari pertarungan yang sengit di antara mereka.

"Kak Sinka, Stephan keren ya." Mata Nadila terlihat berbinar. Ia terlihat menikmati pertarungan di depannya.

"Iya, mereka emang keren." jawab Sinka.

"OKTA, AWAS AJA KAMU KALAU ANAK AKU SAMPAI KENAPA-NAPA." Shani, Sinka dan Nadila kembali menutup telinganya karena Gracia yang tiba-tiba saja berteriak setelah tadi ia sudah tenang.

"Aku tidak mungkin sampai membunuh anak kita. Jadi berhentilah berteriak." ucap Okta.

Melihat Papa nya yang lengah, Stephan langsung menyerang dengan tinjunya.

"Maaf, Nak. Kau salah jika mengira Papa akan terkena serangan mu ini." pukulan Stephan di tahan dengan mudahnya oleh Okta.

Stephan kembali menyerang Papa nya dengan pukulan bertubi-tubi namun tetap saja tak bisa menembus pertahanan Okta.

"Pukul terus, sayang. Kalahin Papa kamu. Mama rela!!" Gracia kembali berteriak.

Shani masih terus fokus pada pertarungan Ravien dan Vino yang sepertinya mulai merangkap ke tahap bahaya.

'Mata itu, sepertinya dia mulai serius.' batin Vino.

"Jika seranganmu berhasil menembus pertahanan Ayah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jika seranganmu berhasil menembus pertahanan Ayah. Ayah berjanji akan memberikan mu uang, kau bisa mengajak Sinka jalan-jalan dengan uang itu." Mendengar hal itu membuat Ravien semakin bersemangat untuk menerobos pertahanan Ayah nya.

Sempat beberapa kali pertahanan Vino hampir saja tertembus oleh serangan Ravien.

"Aku rasa Ayah harus menyiapkan uang itu. Karena aku pasti bisa meruntuhkan pertahanan Ayah." Ucap Ravien dengan percaya diri.

"Buktikan."

Vino melesat dengan cepat kembali menyerang Ravien. Serangan pertama, Ravien berhasil menghindar.  Serangan kedua Ravien menahannya dengan kedua tangan yang ia silangkan di depan wajahnya. Saat akan melakukan serangan ketiga, Vino menghentikan serangannya. Ia melihat Ravien tersenyum tipis padanya, Vino hafal dengan senyuman itu. Senyuman saat ia merasa akan memenangkan pertarungannya.

Vino melompat ke belekang menjaga jarak aman pada Ravien.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Two Moon [END]Where stories live. Discover now