43

256 41 5
                                    

Ratu Naomi mengumpulkan keempat Panglima nya, dan juga penasihat kerajaan.

"Jadi? Bagaimana menurut kalian?" Tanya Ratu Naomi.

"Jika menurut aturan, dia seharusnya sudah dibawa ke tempat pengasingan. Dan yang Saya pertanyakan adalah, apa Panglima Stephan akan menerima keputusan ini?" Ucap Jessper. Kepala sekolah sihir sekaligus penasihat kerajaan.

"Pengasingan? Tempat apa itu?" Tanya Stephan.

"Pengasingan. Tempat itu adalah tempat pembuangan orang-orang yang berkhianat dan disana mereka akan dididik dengan keras untuk menjadi pengabdi Setia kerajaan. Dan kalau tidak salah, yang berwenang disana adalah Jendral Kinal. Dia adalah Jendral yang keras dan tidak memiliki rasa belas kasih." Jelas Ravien.

"A-apa itu benar?" Ratu Naomi mengangguk.
Stephan semakin khawatir pada Nadila.

"Benar. Jendral Kinal memiliki seorang anak perempuan. Dia sangat terkenal akan kedisiplinannya dan sangat tangguh. Dia adalah Shanju. Dia adalah guru dari Panglima Okta." Ucap Ratu Naomi.

"Guru?" Ucap Stephan dan Ravien. Mereka baru saja mengetahui hal itu. Ayah mereka itu tidak pernah bercerita tentang siapa guru mereka.

"Guru Shanju orang yang sangat kuat, tegas, disiplin dan juga hangat. Dia adalah wanita yang penuh dengan tanggung jawab. Kalian akan melihat dia sebagai orang yang berbeda ketika sedang bertugas. Jujur aku ragu, mereka akan bersikap lebih baik pada Nadila. Walaupun tau, dia adalah keluargaku saat ini" Ucap Okta.

"Apa Nadila tidak bisa denganku saja? Aku akan menjaganya, dan aku juga akan mengawasinya setiap saat agar dia tidak melukai siapapun." Ucap Stephan.

Setelah mendengar cerita dari Ratu dan juga Ayahnya. Ia semakin takut jika Nadila akan dimasukkan ke tempat pengasingan.

"Apa aku bisa.."

"Maaf mengganggu anda Yang Mulia Ratu. Tapi, Saya ingin Anda melihat yang terjadi diluar sana. Ini masalah serius" Ucap salah seeorang prajurit yang berjaga di depan pintu.

Ratu Naomi langsung melangkah keluar disusul oleh para panglimanya.

"Ada apa?" Tanya Ratu Naomi.

"A-anak itu. D-dia membunuh penjaga gerbang" tunjuk salah seorang prajurit. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri. Jika gadis didepannya itu memusnahkan penjaga gerbang karena tidak memperbolehkannya masuk. Gadis itu bahkan tidak menyentuhnya.

Dan kini, yang tersisa dari sang penjaga gerbang yang malang, hanya darahnya yang berceceran ditanah.

"Biar aku yang mengurusnya" Stephan maju sebenarnya ia juga merasa takut. Takut jika ia tidak bisa mengontrol kekasihnya sendiri. Karena dari yang ia lihat, bola mata Nadila jauh lebih hitam dari sebelumnya ketika ia berada dalam pengaruh sihir.

"Nadila, ini aku. Aku Stephan. Aku Snowman mu, ingat? Kamu mau lihat salju lagi kan? Aku bisa mengajakmu sekarang. Kita lihat salju di tempat yang indah. Mau kan?" Ucap Stephan. Ia terus berjalan sambil merentangkan kedua tangannya.

Perlahan mata Nadila kembali normal. Yang semula berwarna hitam.
"Ayo sini" Ucap Stephan. Dan Nadila pun maju satu langkah dan memeluk Stephan.

"Apa mereka kasar padamu?" Nadila mengangguk.

"Mereka ngelarang aku masuk, terus mereka bilang aku mau di buang. Aku gak diterima dimanapun. Karena aku pembunuh"
Nadila menyembunyikan wajahnya di pundak Stephan.

"Aku gak berniat buat ngebunuh mereka. Aku gak tau, tiba-tiba semuanya gelap dan saat aku bisa ngeliat mereka lagi. Mereka udah bilang aku ngebunuh temannya." Nadila menangis sambil memeluk erat Stephan.

Two Moon [END]Where stories live. Discover now