27

331 48 22
                                    

Selama pelajaran berlangsung, Ravien memperhatikan gurunya dengan serius. Sinka juga duduk dengan tenang, mendengarkan ucapan gurunya. Hanya itu yang bisa ia lakukan saat ini.

"Baik, anak-anak. Pelajaran cukup sampai disini. Selamat siang"

"Siang, Bu"

"Aah, akhirnya selesai juga" Ucap salah seorang murid.

"Vien, ini dompet kamu" Ucap Sinka.

"Kau pegang saja."

'Gila, dompetnya tebel banget'

'Anak orang kaya nih'

'Iya lah, udah keliatan kali'

'Kok dompetnya, ada sama cewek buta itu ya?'

Begitulah bisikan-bisikan yang terdengar dari beberapa murid yang masih berada di dalam kelas itu.

"Tapi ini dompet kamu, dan kamu harus nyimpan ini sendiri. cepet, simpen di kantong celana kamu" Ravien pun mengambilnya dan menyimpannya di kantong belakang celananya.

Sebenarnya Ravien ingin seperti Ayah dan Bunda nya. Kata Bunda nya, uang Ayah nya semuanya ada pada Bunda nya. Karena itu, saat ingin berbelanja atau hanya sekedar jalan-jalan, mereka akan selalu pergi bersama. Dan Ravien juga ingin melakukan hal yang sama.

"Hai, gue Riskhi Fairun. Panggil aja Ikhi, gue ketua kelas disini" Ucap seorang lelaki dengan senyum ramahnya.

"Ravien"

"Kalau ada yang gak lo ngerti, lo bisa nanya langsung ke gue." Ravien hanya tersenyum tipis. Ia tidak tau harus menjawab apa.

"Lo udah tau kantin nya dimana?"

"Kantin?" Ulang Ravien.
Ia berusaha mengingat, sepertinya Archy sudah memberitahukan tentang apa itu kantin. Tapi sepertinya ia melupakannya.

"Kita belum tau, kan masih baru" Jawab Sinka. Ia tau, pasti kekasihnya itu sedang bingung memikirkan apa itu kantin.

"Ya udah, bareng aja sama gue. Gue juga mau ke kantin kok"

"Tapi aku harus ke gedung sebelah. Adik ku ada disana" Ucap Ravien.

"Oke, yuk sekarang aja." Ajak Riskhi.

Ravien meraih tangan Sinka, Riskhi memperhatikan Ravien dan Sinka seperti ada sesuatu di antara mereka.

"Kak Ravien" Stephan melambaikan tangannya saat melihat sosok kakaknya.

"Dia siapa Kak?" Tanya Stephan saat melihat orang lain datang bersama Kakaknya.

"Dia ini ketua kelas ku, dia yang akan mengantarkan kita ke kantin."

"Ah, akhirnya. Aku sudah lapar Kak" Ravien yang hendak menanyakan sesuatu pada Stephan pun ia urungkan karena Riskhi sudah berjalan lebih dulu.

Beruntung, kantin SMP dan SMA sekolah itu menjadi satu tempat. Jadi mereka tak harus terpisah dan bisa memakan makan siang mereka bersama.

"Wah tempatnya ramai banget" Ucap Stephan. Ravien melirik adiknya

"Kenapa kau berbicara seperti itu?" bisik Ravien

"Itu agar kita tidak terlihat berbeda dari mereka. Mata Kak Ravien, dan warna rambutku saja sudah berbeda dari mereka. Jadi kata-kata kita harus menyesuaikan." Jawab Stephan.

Ravien mengangguk paham. Matanya menangkap satu meja yang masih kosong, ia menarik tangan Sinka untuk mengikutinya.

 Matanya menangkap satu meja yang masih kosong, ia menarik tangan Sinka untuk mengikutinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Two Moon [END]Where stories live. Discover now