4

535 64 13
                                    

"Mama.." Stephan langsung duduk di samping Mama nya.

Mendengar dirinya di panggil, Gracia mengalihkan pandangannya dari televisi lalu tersenyum.
"Anak Mama baru pulang. Gimana tadi belajarnya sayang?" Tanya Gracia. Ia memeluk anak semata wayangnya itu dari samping.

"Seru, Ma. Oh iya, gimana kak Ravien? Dia baik-baik aja kan?"

"Memangnya kakak kamu kenapa?"

"Tadi Ayah ngasih tes ke kak Ravien. Sampai kak Ravien pingsan. Aku tadi mau ikut pulang, tapi aku masih ada kelas." Gracia menghela napasnya.
Kedua laki-laki itu benar-benar keras saat memberikan latihan pada anak mereka.

"Mungkin kakak kamu lagi istirahat. Kita biarin aja dulu. Bunda kamu juga gak ada cerita ke Mama." Stephan mengangguk mengerti.

"Ma, sore nanti kita jalan-jalan ya Ma." pinta Stephan.

"Iya, nanti kita jalan-jalan ya. Ajak kakak kamu juga."

"Horee.." Stephan memeluk Gracia dengan erat.
~~~

Sore hari Stephan tampak bersemangat sekali, ia sudah berpakaian rapi dan bersiap untuk jalan-jalan bersama Ravien dan juga Mama nya.

"Udah siap sayang?"

"Udah Ma" Stephan tersenyum manis pada Mama nya.

(Tuh, Stephan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(Tuh, Stephan. Lucu ya mukanya. Kayak Boss Muda Okta. 😌😌)

"Kakak kamu mana?" tanya Gracia. Karena siang tadi, Ravien mengatakan jika ia ingin ikut.

"Aduh, Stephan lupa, Ma" Stephan langsung berlari ke kamar kakaknya.

Ravien membuka pintu kamarnya saat Stephan ingin mengetuk pintunya.
Di perhatikannya style berpakaian kakaknya dari atas hingga bawah lalu kembali lagi ke atas.
Syal putih, kemeja putih lengan panjang, celana jeans, sepatu putih.

"No.. No.. No.. Ayo kita masuk lagi." Stephan menarik tangan Ravien untuk masuk kembali ke kamarnya.

"Kak kita ini mau jalan-jalan biasa, bukan mau ke sekolah sihir. Memangnya Kak Ravien gak mau terlihat mempesona di depannya nanti?" Beginilah Stephan jika sudah berdua dengan Ravien. Mereka saling melengkapi satu sama lain. Untuk ukuran remaja, Ravien terlalu kaku dalam berbahasa, bersikap, dan juga berpakaian. Berbanding terbalik dengan Stephan. Stephan bisa menyesuaikan dirinya sesuai dimana tempat ia berada. Jika ia bergabung dengan manusia biasa, ia akan bersikap, berbahasa dan berpakaian layaknya orang lainnya. Karena itu, Ravien terkadang menemui adiknya itu hanya untuk sekedar bertanya sesuatu yang tidak ia mengerti. Dan sebagai gantinya, Ravien akan menemaninya latihan untuk memperkuat ilmu nya jika Ayah atau Papa nya tak bisa menemaninya.

"Apa kau yakin kita akan pergi ke tempatnya bekerja?" Tanya Ravien. Sejujurnya itulah salah satu alasan Ravien ingin ikut kali ini. Ia merindukan seorang gadis yang sepertinya telah merebut hatinya.

Two Moon [END]Where stories live. Discover now